Nikah Tanpa Cinta - Bab 122 Benar-benar Bukan Manusia

Pemandangan selanjutnya bahkan lebih mengejutkan lagi, Yulianto Hua dan Rick Chen masuk ke dalam sebuah mobil secara bersamaan dan pergi.

Sebelumnya keduanya adalah musuh bebuyutan, sekarang mereka bahkan pergi dengan mobil yang sama, apakah mereka akan bertarung? Jika tidak apa yang akan mereka lakukan?

“Ayo kita pulang juga. Kita harus berkumpul lagi di lain hari. Hari ini sungguh sial.” ucap Ivana Hua.

Antek Yulianto Hua menghampiri, dan menyuruhku masuk kedalam mobil, dia berkata bahwa Tuan Muda Keempat yang memerintahkannya untuk mengantarku pulang sampai rumah dengan selamat.

Aku berpamitan dengan Ivana Hua, lalu naik ke mobil dan pergi.

Saat aku sampai rumah, Melvin masih belum tidur, dia bermain denganku sebentar, kemudian dia yang sudah tidak sanggup menahan kantuknya lagi, langsung tertidur.

Aku terus memikirkan kemana sebenarnya Yulianto Hua dan Rick Chen pergi, hal ini membuat tidurku tidak nyenyak.

Pada dini hari, aku mendengar suara mobil, lalu bergegas bangun dan melihatnya, ternyata seseorang mengantarkan Yulianto Hua pulang.

Aku buru-buru kembali berbaring, tapi beberapa saat kemudian, Yulianto Hua telah mengetuk pintu dari luar, “Ivory Yao, Ivory Yao!”

Begitu aku mendengar nada suaranya, aku langsung tahu kalau dia sedang mabuk. Dia sangat pandai minum, dia pasti minum banyak sampai bisa sangat mabuk seperti ini,.

Aku pura-pura tidur, dia mengetuk sebentar dan kemudian berhenti, namun suaranya masih terdengar di depan pintu, “Ivory Yao, aku haus......”

Aku sedikit kasihan padanya, jadi aku mengambil sebotol air, dan membuka pintu.

Begitu aku membuka pintu, Yulianto Hua yang sedang bersandar di pintu pun langsung jatuh terlentang, tubuh tinggi besarnya itu tergeletak di lantai, dengan tangan dan kaki yang direntangkan lebar.

Aku sungguh ingin mengambil ponsel dan memotretnya, supaya semua orang bisa melihat bahwa Tuan Muda Keempat yang terkenal sangat hebat sekarang mabuk tak berdaya.

Aku berusaha sekuat tenaga agar bisa membantunya bangkit duduk, aroma alkohol yang menyengat segera tercium, dia pasti telah minum alkohol yang sangat kuat.

“Ivory Yao, kamu telah menyandungku, dan membuatku jatuh.” Dia masih sadar, hanya saja tubuhnya lemas.

“Kamu mau minum atau tidak?” Aku membuka tutup botol air minum, kemudian menyodorkan botol ke mulutnya, dia membuka mulutnya dan meminum habis sebotol air itu dengan cepat, lalu dia menghembuskan nafas dengan lega.

“Sebaiknya kembali tidur di kamar, ya?” Aku bertanya dengan lembut.

“Bantu aku, bantu aku berbaring di kasur. Kepalaku agak pusing.” ucap Yulianto Hua.

Aku telah mencobanya sejenak, dia terlalu berat, aku telah mengerahkan seluruh tenaga yang ada, tetap saja tidak dapat menggerakkan dia.

“Benar-benar tidak berguna.” Dia bahkan masih berkata dengan nada menghina.

Aku melepaskan tanganku, “Kalau begitu kamu bangun saja sendiri, kamu bisa pergi minum, lalu kenapa tidak bisa bangun sendiri?”

Dia mendengus, secara perlahan menopang dirinya untuk bangkit, aku yang tidak tahan melihatnya, hanya bisa membantunya.

Dengan bantuanku dan usahanya, dia memaksa berjalan ke sisi tempat tidurku, lalu menjatuhkan dirinya ke atas kasur, lengannya yang masih bersadar padaku, yang membuat aku juga jatuh ke atas kasur bersamanya, dan menimpa tubuhnya.

Aku ingin bangkit, tetapi dia malah memelukku, aku bisa mencium aroma alkohol pada tubuhnya, namun bagaimanapun juga aku tetap tidak bisa bangkit.

“Malam ini aku minum terlalu banyak, dan hampir mabuk.” Yulianto Hua berkata sambil mengusap kepalaku, seperti sedang mengelus seekor kucing.

“Hampir mabuk kamu bilang? Bangun saja sudah tidak mampu, masih bilang hampir mabuk?” kataku sinis.

“Rick Chen memintaku menemaninya minum, aku tidak bisa menolak, jadi aku minum agak banyak.” Dia menghela nafas panjang.

“Lepaskan aku, aku ingin bangkit.” Aku kembali memberontak.

“Temani aku sampai aku selesai berbicara, untuk apa kamu bangkit, tetaplah seperti ini.” Dia memperkuat pelukkannya.

Aku tidak bergerak, dan hanya bisa menurutinya, sambil berbaring diatas tubuhnya.

“Ah, bukankah kamu bermusuhan dengan Rick Chen, kenapa kamu mau menemaninya minum?” Aku bertanya kepada Yulianto Hua.

“Aku tidak mau memberitahu kamu.” Jawaban Yulianto Hua cukup menyebalkan.

“Kalau begitu aku akan membekapmu, membekapmu sampai mati!” kataku dengan marah.

“Sebenarnya aku dan Rick Chen dulunya bersahabat baik, dan tidak bermusuhan sejak lahir,” Yulianto Hua mulai menceritakannya.

“Kelihatan kok, kalian dulunya pasti telah mengalami banyak hal. Hubungan kalian sangat rumit.”

“Pernah satu kali aku berkelahi dengan seseorang, lalu dikepung oleh lebih dari sepuluh orang. Dia mengendarai sepeda motor dan melawan mereka, kami berdua berjuang bersama, tak disangka, pihak lawan kembali menambah belasan orang pasukan, pada akhirnya kami tidak dapat mengalahkan mereka, dia melindungi tubuhku dan membiarkan dirinya yang dipukuli oleh orang-orang itu dengan kayu hingga pingsan diatas tubuhku, dia terbaring di rumah sakit selama tiga bulan sampai akhirnya sembuh. Pada saat itu aku bilang padanya, tidak peduli apa yang akan terjadi di masa depan, aku akan mengorbankan hidupku untuk melindunginya jika dia dalam kesulitan, tapi dia bilang tidak perlu, selama aku menyetujui satu syarat.”

“Syarat apa?”

“Dia bilang, bagaimanapun hubungan kami di masa depan, aku harus berjanji padanya, aku harus menemani dia minum jika dia sedang dalam suasana hati yang buruk. Aku pada saat itu langsung menyetujui permintaannya yang terdengar sederhana ini. Dia bilang janji saja tidak cukup, dia ingin aku bersumpah, menurutku syaratnya terlalu mudah, sehingga aku bersumpah bodoh. Aku bilang jika nanti dia sedang ingin minum tetapi aku tidak menemaninya, aku dan keluargaku akan mati dengan menderita. Aku masih muda saat itu, dan menjawabnya tanpa berpikir panjang terlebih dahulu.”

Aku juga mendesah ketika mendengarnya, anak muda yang berpikiran dangkal.

Janjinya untuk minum bersama tampak sangat sederhana saat itu, tapi tidak ada yang menyangka bahwa selaga sesuatunya dapat berubah, sahabat baik pada waktu itu, pada akhirnya dapat berubah menjadi musuh.

“Dia memang lebih cepat dewasa dariku, dia sudah mengerti beberapa hal.” Kata Yulianto Hua, “Maka dari itu dia bisa menyuruhku berjanji kepada dia seperti itu.”

“Dia minta kamu berjanji untuk menemani dia minum, mungkin karena dia khawatir suatu hari nanti kalian akan saling bertentangan dan melawan satu sama lain, dengan minum bersama, siapa tahu akan ada kesempatan untuk berkomunikasi satu sama lain. Tuan Chen sebenarnya sangat pintar.”

“Ivory Yao, aku tidak mengijinkanmu memuji kepintaran pria lain di depanku.” Yulianto Hua tiba-tiba meninggikan nada suaranya.

Suaranya tidak terlalu keras, namun sekarang sudah larut, suasana kamar sangat hening, dengan nada suaranya yang meninggi terdengar sangat berisik.

“Kecilkan suaramu, jangan sampai membangunkan orang lain. Kenapa kalian bisa bersitegang?” Aku bertanya kepada Yulianto Hua.

“Ceritanya panjang.” Kata Yulianto Hua.

Aku menunggu kata-kata berikutnya, tapi ternyata dia tidak berbicara lagi.

“Ayo lanjutkan, aku sedang mendengarkan.”

Namun dia tidak mengatakan apa-apa, dia menekan kepalaku, dan tiba-tiba mulai menciumku, gerakkannya agak kasar, tapi ciumannya sangat lembut.

Berciuman dan terus berciuman, hingga dia berhenti bergerak, kekuatan tangannya juga mengendur, dan ternyata dia tertidur.

Dia bisa tertidur dengan keadaan seperti ini? Benar-benar bukan manusia.

Aku berusaha menggoyangkan tubuhnya, tetapi dia masih tidak bergerak, dan akhirnya aku dapat turun dari pelukannya lalu berbaring di sebelahnya, tanpa sadar ikut tertidur juga.

Ketika aku bangun keesokan harinya, dia sudah tidak ada.

Dia memang seperti ini, tidak peduli betapa mabuknya dia kemarin malam, dia akan bangun dan segar kembali keesokan harinya, dia tidak akan merasa lesu sama sekali, alih-alih bermalas-malasan di ranjang, dia akan memilih untuk berolahraga, sehingga dia dapat sepenuhnya sadar dari mabuknya.

Karena ini adalah akhir pekan dan aku tidak perlu pergi bekerja, aku malas bangun dari tempat tidur. Jadi aku hanya berbaring di atas kasur sambil memainkan ponsel, setelah beberapa saat Melvin juga datang, aku dan anakku bersenda gurau diatas kasur, sampai Kak Yulie memanggil dari luar untuk sarapan.

Namun akhir-akhir ini aku terlalu lelah, dan aku tidur terlalu larut tadi malam, membuatku benar-benar tidak ingin bangun dan terus bermalas-malasan di kasur.

Kali ini Yulianto Hua datang, dia telah berganti pakaian menjadi pakaian olahraga berwarna hitam, disandingkan dengan kulitnya yang putih benar-benar membuatnya terlihat sangat bersinar dan tampan.

“Apa kamu tidak mendengar Kak Yulie yang memanggil kamu untuk sarapan? Sekarang sudah jam berapa, masih tidak mau bangun?” ucap Yulianto Hua dingin.

“Tidak mau bangun dan tidak mau makan.” jawabku.

“Tidak bagus untuk tubuh jika melewatkan sarapan, cepat bangun.” Ucap Yulianto Hua.

“Melvin, katakan padanya, kita tidak mau bangun.” Kataku dengan mata terpejam.

Melvin menatapku ragu, lalu menatap Yulianto Hua, “Papa, bawakan kami sarapan, mama lelah, dan tidak mau bangun.”

Yulianto Hua mengangkat Melvin dan berkata, “Pandai sekali kamu mengatur-atur, tidak boleh makan di atas kasur. Cepat bangunkan mama kamu yang jelek itu dari kasur.”

“Kamu yang jelek, tatapan apa itu. Semalam kamu mabuk tak berdaya, melihatmu seperti ini, nampaknya kamu masih belum sepenuhnya sadar.” Aku mengejeknya.

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu