Nikah Tanpa Cinta - Bab 234 Tunggu Kapan Lagi

Jika bukan saat ini menindasnya, harus menunggu sampai kapan?

Aku menggunakan tanganku mengelus dahi, "Kamu begitu bersemangat, aku tidak dapat mengingatnya. Bagaimana jika kamu menuangkan segelas air es dan membiarkanku tenang?"

Yulianto Hua segera bangkit, "Oke, kamu duduk, aku akan menuangkan air. Kamu berbaringlah dan berpikir perlahan."

Aku merasa senang dan berbaring dengan nyaman, segera Yulianto Hua menuangkan air. "Nyonya, silahkan minum, apakah kamu sudah ingat?"

"Bahuku sakit sekali, aku sangat lelah, seharian sangat sibuk." Aku meregangkan pinggangku, "Bagaimana jika kamu memijatnya?"

"Boleh, mana yang pegal, akan aku urut."

Nyatanya, dia cukup pandai dalam hal itu, pijatannya membuatku merasa nyaman, aku menutup mata menikmatinya.

"Apakah kamu mau tidur? Kamu belum mengingat hal yang kusuruh ingat?" Yulianto Hua menyadari ada yang tidak beres.

"Oh, aku sedang berusaha untuk mengingatnya. Sudah hampir ingat."

Yulianto Hua menghentikan tangannya, "Ivory Yao, apakah kamu sengaja? Kamu selalu memiliki ingatan yang bagus. Kamu tidak dapat mengingat beberapa kata dari ayah? Apa kamu bercanda?"

"Jika kamu memaksaku seperti ini, maka aku semakin tak ingat, kamu mengejutkanku, pikiranku semakin kacau."

"Aku mengejutkanmu? Cepat katakan, apa yang ayah katakan padamu?"

"Aku sedang berusaha keras untuk mengingatnya."

Yulianto Hua tiba-tiba memeluk kaki kiriku, menjepitnya di antara kedua kaki, lalu merobek kaus kakiku, "Ivory Yao, jangan paksa aku untuk menyiksamu, kamu menikmatinya bukan? "

Setelah selesai berbicara, dengan jari dia mengelitik telapak kaki, seketika rasa geli melanda, aku menggunakan kekuatan untuk meronta, tapi tak ada gunanya, tenaganya sangat besar.

"Baik baik, aku ingat, aku ingat. Lepaskan aku." Aku tidak punya pilihan selain mengakuinya.

"Beri tahu dulu, baru aku lepaskan." Yulianto Hua memegang erat kakiku dan aku tidak bisa melarikan diri sama sekali.

"Uh, aku sudah ingat, dia berkata bahwa suatu kali dia lewat di dekat rumah, dia hanya ingin pergi melihat-lihat, kemudian menemukan bahwa ada seorang wanita yang tinggal di sana dan wanita itu bukan istri Keith Feng."

Yulianto Hua melepaskan kakiku, berdiri, bertepuk tangan penuh semangat, "Hal ini baru benar!"

"Ada apa?" Aku terus bertingkah bodoh.

"Kenapa kamu berpura-pura? Apakah kamu tidak mengerti apa maksud dari perkataan ayah? Saat makan tadi, kamu menekankan kata-kata "Menyetujui dulu". Bukankah maksudmu kita harus terlebih dahulu menyetujui Keith Feng untuk bergabung dengan dewan direksi, lalu mencari cara untuk menguasainya? Sekarang ayah telah memberi kita informasi penting seperti itu, dia memiliki ide yang sama denganmu. Sepertinya aku yang bodoh kali ini?"

Aku merasa senang mendengar kata-kata ini, "Sebenarnya, kamu tidak bodoh. Orang yang mengetahui kemampuannya sendiri, bukanlah orang yang tak dapat ditolong." Aku berkata serius.

Yulianto Hua meraih kakiku dan berkata, "Aku memujimu dan kamu benar-benar berpikir demikian? Lihat betapa hebat dirimu."

Aku segera berhenti, "Bicaralah dengan baik, bicaralah dengan baik!"

"Tampaknya ayah benar-benar berdiri di pihak kita, memberikan hadiah sebesar itu kepada Melvin dan sekarang dia diam-diam membantu kita untuk terlibat dalam Keith Feng, ayah benar-benar bersembunyi dengan baik. Hebat!"

"Makanya orang-orang berumur memanglah hebat dalam menyelesaikan masalah. Mengenai Keith Feng yang memiliki wanita gelap, hal ini harus mendapatkan bukti kuat, kemudian ledakan sehari sebelum rapat pemegang saham. Mereka juga menggunakan cara yang sama padamu sebelumnya. Kali ini waktu yang tepat untuk balas dendam!" Aku merasa diriku juga menjadi bersemangat.

"Aku akan meminta Kak Alfred untuk memeriksa besok. Tapi jika hanya membuatnya tak masuk dewan direksi itu terlalu murah untuknya, lebih baik jika bisa mengeluarkannya dari kantor.

"Tidak, menurutku yang terbaik adalah berhenti sampai titik itu tercapai. Jika kita terlalu keras, pasti akan menyebabkan keluhan dari keluarga Feng, kamu masuk ke dewan direksi, setelah tenang baru dibicarakan lagi."

Yulianto Hua mengangguk, "Benar juga."

"Kalau begitu bisakah kamu melepaskan kakiku?" Tanyaku pada Yulianto Hua.

"Aku khawatir tidak akan berhasil." Tangan Yulianto Hua tiba-tiba meluncur ke atas kakiku dan badannya tiba-tiba membungkuk.

Meski dia sudah mandi tapi aroma anggurnya masih menyengat. Aroma alkohol, aroma gel mandi di tubuhnya dan aroma maskulin yang tak bisa dijelaskan, mengalir ke arahku, aku merasa sedikit bahaya.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanyaku dengan suara rendah.

"Apa maksudmu?" Dia bertanya padaku dengan bodoh.

"Kita berbicara tentang bisnis dan itu sangat bagus." Aku mengingatkannya.

"Ya, tapi urusan bisnis sudah selesai. Sekarang waktunya urusan pribadi."

"Ini balkon." Aku mengingatkan dengan lembut.

"Aku tahu."

"Kalau begitu kamu masih ..." Belum selesai berkata, aku sudah dihadang oleh bibir yang memiliki aroma anggur.

Tubuh besar Yulianto Hua menekan, pikiranku khawatir, apakah kursi baring ini dapat menahannya?

Tapi segera pikiranku menjadi kosong oleh ciuman sengit Yulianto Hua, aku tidak bisa berkonsentrasi lagi pada area bayangan kursi bayang.

…………

Meski malam musim gugur sedikit sejuk, tapi sekujur tubuh masih dipenuhi keringat.

Kursi malas besar dan diriku telah bertahan dalam ujian badai yang dahsyat.

Meskipun kursi itu sudah mengeluarkan suara decitan, tapi akhirnya tetap tak patah.

Cahaya di taman bersinar redup, aku melihat Yulianto Hua menegakkan tubuh dan menghela napas puas: "Tetap lebih nikmat membicarakan masalah pribadi."

Aku capek ditambah pinggang dan punggung yang lelah, aku tidak dapat memikirkan bisa-bisanya Yulianto Hua di kursi baring itu membuatku melakukan banyak posisi, benar-benar gila.

"Getarannya besar sekali, aku tidak tahu apakah Kak Yulie dan yang lainnya mendengarnya di bawah, benar-benar tidak tahu malu." Aku mengumpat dengan suara rendah.

"Tidak ada banyak pergerakan, lumayan lumayan." Kata Yulianto Hua menghibur.

"Kelak jangan terlalu gila."

Yulianto Hua membelai tangannya, "Kamu tidak menyukainya?"

Mengenai pertanyaan ini, aku sangat malu untuk angkat bicara.

Meski di hatiku jawabannya ya.

Aku mengambil baju tidur yang robek di lantai oleh Yulianto Hua, "Oke, aku akan mandi dan tidur, ini sudah larut."

"Ayo pergi bersama. Kita bisa terus membicarakan bisnis dan urusan pribadi," kata Yulianto Hua lembut.

"Sudah larut malam, entah itu urusan bisnis atau pribadi, aku tidak ingin bicara lagi. Aku hanya ingin tidur." Kataku malas, aku lelah sekali.

"Kita akan mandi bersama lalu tidur." Kata Yulianto Hua tanpa penjelasan apapun, lalu menggendongku dan berjalan menuju kamar mandi dengan telanjang.

Aku berbaring telentang di pelukan Yulianto Hua, mengingat kekejamannya padaku barusan, aku menoleh dan menggigit dadanya.

Ototnya sangat keras sehingga sulit untuk digigit.

"Bagaimana? Bagaimana rasanya?" Tanyanya dengan suara parau.

"Dagingnya sangat keras dan rasanya tidak enak." Aku menggigit lagi.

"Dagingmu rasanya sangat enak, aku harus mencicipinya nanti."

Aku tiba-tiba merasa putus asa: "Tidak mau!"

"Tidak mau apa? Tidak mau...berhenti?" Yulianto Hua tersenyum jahat.

"Terlalu lelah, hentikan, kamu harus bekerja besok, ada banyak hal penting yang harus dilakukan, kamu tidak boleh terlalu santai. Santai adalah iblis, kamu harus belajar disiplin diri." Aku mengajarinya dengan sungguh-sungguh.

Namun, tidak ada gunanya, dia membungkuk lagi ...

Novel Terkait

My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu