Nikah Tanpa Cinta - Bab 33 Kegelisahan

Yulianto Hua meneleponku. Aku mengangkatnya dengan panik, dia bertanya apakah aku ingat minum obat.

Aku bilang aku sudah minum, dia berkata bahwa sebentar lagi supir akan datang menjemputku kemudian kami akan menjemput Melvin pulang sekolah.

Ketika aku mengakhiri teleponnya, jantungku berdebar tak karuan. Aku tidak bisa tinggal di lantai tiga lebih lama lagi. Jika Yulianto Hua mengetahuinya, maka tamatlah hidupku.

Aku bergegas turun ke bawah, mengunci pintu di lantai tiga, ketika aku mengangkat kepalaku, Kak Yulie terkejut menatapku, "Nyonya, kenapa kamu ..."

"Sepertinya ada layang-layang terbang ke lantai tiga, tadi aku pergi mencari tetapi tidak menemukannya." Jawabku mencari alasan.

"Tuan tidak mengizinkan siapa pun pergi ke lantai tiga, nyonya sebaiknya jangan ke sana lagi, kalau tidak ..." Kak Yulie tidak melanjutkannya lagi.

"Aku tahu, aku tidak akan naik lagi. Kali ini tolong jangan memberitahu Tuan ya?" Aku mengisyaratkan pada Kak Yulie.

Kak Yulie mengangguk, "Baiklah, Nyonya, kami sebagai pelayan hanya berharap tuan dan keluarganya memiliki hubungan harmonis dan bahagia sehingga kami juga akan memiliki kehidupan yang baik."

"Baik, kamu lanjutkan pekerjaanmu saja." Aku berkata kepada Kak Yulie.

Setelah itu, Kak Yulie turun ke bawah.

Setelah aku mengganti pakaian, supir juga tiba. Aku masuk ke dalam mobil kemudian menuju taman kanak-kanak.

Karena terjebak macet di jalan, ketika tiba di taman kanak-kanak, kami sudah terlambat setengah jam. Sebagian besar anak-anak sudah pulang. Melvin berdiri menunggu di depan pintu, seorang wanita yang tubuhnya ramping sedang berbicara dengan Melvin. Wanita itu sedang membelakangi kami sehingga aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, tetapi dari cara berpakaian, sepertinya dia adalah seorang guru taman kanak-kanak.

Aku keluar dari mobil dan memanggil Melvin. Melvin berlari ke arahku dengan gembira.

Wanita itu berbalik, aku terkejut ketika melihat wajahnya yang cantik.

Dia adalah Crystal Lin, gadis yang dirindukan oleh Yulianto Hua. Kenapa dia ada di sini? !

Dia tersenyum dan mengangguk padaku, aku melihat kartu kerja yang tergantung di dadanya, dia adalah guru di sekolah ini.

“Ibu, ini adalah Guru Lin.” Melvin sangat cerdas, ketika melihatku menatap Crystal Lin cukup lama, dia dengan cepat memperkenalkannya padaku.

“Halo, Nona Yao.” Crystal Lin mengangguk sopan dan tersenyum padaku. "Ternyata kamu adalah orangtua Melvin Hua. Kebetulan sekali."

Aku bahkan tidak tahu kapan Yulianto Hua mengubah nama Melvin dari Melvin Wu menjadi Melvin Hua.

"Halo, kebetulan sekali, ternyata kamu adalah guru di sini, tolong jaga Melvin dengan baik." Aku juga mengangguk dan tersenyum.

Meskipun aku sedang tersenyum, namun ada sedikit kegelisahan di dalam hatiku.

"Melvin sangat taat dan cerdas, jauh lebih baik daripada anak-anak lain. Kamu mendidiknya dengan baik." Puji Crystal Lin dengan senyum.

Dia memiliki wajah yang nyaris sempurna, matanya jernih, perilakunya sopan. Wanita yang sangat cantik. Aku berkata pada diri sendiri kemungkinan aku terlalu banyak mikir, mungkin semuanya hanya kebetulan.

"Kalau begitu aku pamit dulu, Melvin, pamit dulu pada guru." Aku menggandeng Melvin.

"Sampai jumpa guru." Melvin melambaikan tangannya.

“Sampai jumpa Nona Yao, sampai jumpa Melvin.” Crystal Lin melambaikan tangannya.

Aku membawa Melvin duduk di atas kursi anak-anak dan mengikat sabuk pengaman. Setelah aku duduk di dalam mobil, aku menurunkan jendela mobil dan kembali melambaikan tangan dengan Crystal Lin.

Dia berdiri di sana dengan senyum di wajahnya. Seketika itu juga aku merasakan sesuatu yang aneh pada senyumnya membuat jantungku sedikit berdebar.

Mobil melaju jauh, dia masih berdiri di sana. Ketidaknyamanan di dalam hatiku semakin tak karuan.

“Melvin, apakah Guru Lin baik padamu?” Tanyaku pada Melvin.

"Baik sekali. Ibu, mengapa bertanya seperti ini?" Tanya Melvin.

"Tidak apa-apa, ibu hanya bertanya, apakah hari ini kamu nakal di sekolah?"

"Tidak, aku sangat taat. Apakah Paman Hua pulang makan malam hari ini? Kenapa dia tidak datang menjemputku?" Tanya Melvin.

"Dia sibuk dengan pekerjaannya, tidak bisa setiap hari datang menjemputmu," Jawabku tidak konsentrasi.

Melvin memberitahuku apa yang terjadi di sekolah, aku tidak terlalu ingat apa yang dia katakan. Aku terus memikirkan Crystal Lin, apakah hanya kebetulan dirinya muncul di taman kanak-kanak?

Setelah kembali ke Maple Garden, pelayan memandikan Melvin dan mengantikan pakaiannya. Aku pergi ke dapur untuk membantu menyiapkan makan malam, Yulianto Hua tidak kembali sepanjang malam.

Keesokan harinya, Yulianto Hua baru pulang pada siang hari tetapi dia sedang terburu-buru. Sepertinya akan mengambil sesuatu di ruang kerja dan harus pergi lagi.

Aku memanggilnya di tangga, ingin berbicara padanya mengenai Crystal Lin, tetapi aku tidak tahu bagaimana cara memulainya.

“Apa yang ingin kamu katakan? Aku sedang buru-buru.” Yulianto Hua bertanya padaku.

"Kemarin aku menjemput Melvin pulang sekolah." Jawabku ragu-ragu.

"Kamu hari ini juga pergi menjemputnya, jika kamu lelah, biarkan supir menjemputnya juga bisa. Jika orang tua yang menjemputnya maka guru akan merasa bahwa orang tua perhatian pada pendidikan anak-anak mereka." Kata Yulianto Hua.

"Itu ..." Aku ragu apakah harus berbicara padanya mengenai hal itu, jika aku ingin memberitahunya, apa yang harus aku katakan.

"Itu apa? Kamu jangan kelamaan, jika tidak ingin berbicara maka aku akan pergi." Yulianto Hua tidak sabar.

“Aku menemukan bahwa guru Melvin adalah Nona Lin.” Aku memandang Yulianto Hua.

Ekspresinya tidak banyak berubah, dia hanya mengangkat alisnya dengan santai, "Ada apa dengannya?"

Ini menandakan bahwa dia tahu, hanya aku yang tidak tahu.

"Saat dia pergi membeli ponsel, dia juga membelinya di counter tempat aku bekerja. Belakangan ini aku juga bertemu dirinya di restoran, dia bahkan meminta nomor ponselku. Aku merasa ini semua bukan kebetulan." Jelasku.

Tatapan Yulianto Hua berubah dingin, "Apa yang ingin kamu katakan sebenarnya?"

Apa yang ingin aku katakan? Apakah aku berhak meminta apapun?

“Apakah kamu mendaftarkan Melvin disana karena dia mengajar di taman kanak-kanak itu sehingga kamu bisa lebih mudah bertemu dengannya?” Aku berkata dengan datar.

Yulianto Hua berjalan dua langkah ke depan mendekatiku, "Ivory Yao, apakah kamu sedang cemburu? Apakah kamu merasa dirimu berhak cemburu hanya karena kita memiliki surat akta perkawinan?"

"Tidak." Jawabku tenang, "Aku juga tidak butuh."

Yulianto Hua terbengong sejenak, "Benarkah? Lalu apa maksudmu mengatakan semua ini?"

Aku seketika tertegun, "Dia membuatku merasa gelisah. Aku tidak ingin dia mendekati anakku. Aku tidak peduli hubungan kalian berdua, tetapi aku tidak ingin dia mendekati anakku."

"Kenapa?" Suara Yulianto Hua terdengar lebih dingin. "Kamu pikir dia akan menyakiti Melvin? Mengapa kamu bisa berpikir hal buruk seperti itu?"

"Pokoknya aku tidak ingin dia dekat dengan anakku," Bantahku dengan tegas, "Aku tidak ingin anakku sekolah disana."

Ekspresi hina muncul pada wajah Yulianto Hua, "Sekarang Melvin adalah anakku, bukan lagi anakmu. Hanya aku yang bisa memberinya kebahagiaan. Ivory Yao, jangan membuat onar lagi, nikmati saja kehidupan yang ada di hadapanmu saat ini."

Dia berbalik dan pergi. Tanpa menatapku lagi.

Aku merasa dadaku sedikit sesak, tapi aku tidak bisa melakukan apapun. Setelah serangkaian perencanaannya, aku merasa diriku terjebak dalam segala perencanaan Yulianto Hua. Dia memberiku kehidupan yang bebas khawatir, namun semuanya hanya bisa dilakukan sesuai yang dia inginkan.

Apa pun yang ingin dia lakukan, dia bisa sepenuhnya mengabaikan perasaanku. Aku hanya bisa menerima semua pemberiannya.

Ini bukan kehidupan yang aku inginkan, bukan hidup yang aku inginkan juga, aku harus mengubah semua ini.

Setelah aku kembali ke dalam rumah, aku melihat telepon di atas meja berdering, aku mengangkat telepon, ternyata telepon dari taman kanak-kanak yang bertanya apakah aku orang tua Melvin Hua atau bukan.

Aku seketika panik dan menjawabnya, ada apa dengan Melvin?

Dia mengatakan bahwa Melvin baik-baik saja, hanya ingin memberitahu bahwa guru sekolah akan melakukan kunjungan rumah besok dan bertanya apakah dia bersedia, jika bersedia maka bisa bersiap-siap terlebih dahulu.

Kunjungan rumah? Artinya, Crystal Lin akan datang ke rumah?

Novel Terkait

Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu