Nikah Tanpa Cinta - Bab 32 Sedekah

Aku tidak tahu apakah dia sedang memuji atau menyindir diriku. Aku tidak menjawabnya.

Dia masuk ke dalam air sekali lagi, tubuhnya yang kokoh mulai berenang seperti seekor ikan berukuran besar.

Dia berenang menuju ujung sana dan kembali ke tempat semula, "Yang kamu katakan cukup masuk akal. Tidak peduli siapa itu, aku akan menemukannya. Tidak peduli apakah orang tersebut adalah Rick Chen atau bukan, kamu harus menjauh darinya."

Nada bicaranya sangat tegas sehingga tidak bisa berkompromi, setelah itu dia kembali berenang tanpa memedulikanku lagi.

Aku merasa bosan dan kembali ke dalam kamar.

Saat sarapan pagi pada keesokan harinya, aku memberitahu Yulianto Hua bahwa aku ingin pergi bekerja. Aku tidak ingin menjalani kehidupanku dengan tidak bekerja dan harus bergantung pada orang lain.

"Kerjamu adalah merawat Melvin dengan baik." Intonasi suaranya sangat dingin.

"Melvin mulai sekolah playgroup ketika dia berusia dua tahun, dia adalah anak yang sangat mandiri. Jadi aku tidak perlu menemaninya. Lagipula dia sekarang sudah naik ke tahap Taman Kanak-Kanak. Kamu tahu persis bahwa sebelum aku mengenalmu, aku memiliki pekerjaan." Jelasnya.

Dia menyesap susu dan menyeka bibirnya dengan tisu, "Itu karena dia tidak mampu membiayaimu, tetapi aku bisa membiayaimumu. Bahkan bisa lebih baik."

Tidak salah. Dulu aku akan bekerja pada siang hari dan menjaga anak pada malam hari, saat aku sedang kelelahan, aku pernah berpikir alangkah baiknya jika aku memiliki seorang pria yang dapat membiayaiku sehingga aku tidak akan kelelahan bekerja.

Tetapi ketika aku benar-benar menjalani kehidupan seperti ini, aku menyadari kehidupan seperti ini tidak sesuai dengan ekspetasiku dan membuat diriku semakin cemas. Karena aku tahu bahwa semua ini bukan milikku. Siapa pun yang memberi sedekah seperti ini dapat menghentikannya kapan saja, bahkan bisa saja meminta kembali yang telah diberi sebelumnya.

Ketika aku diusir oleh Yulianto Hua, aku bahkan tidak punya tempat untuk pergi. Pada akhirnya aku kembali ke tempat tinggalku yang semula, sebenarnya tempat itu juga merupakan sedekah darinya. Jika tidak, aku kemungkinan sudah tidur di pinggir jalan.

Aku tidak ingin menjalani kehidupan seperti ini, aku tidak bisa menjadi layaknya hewan peliharaan orang lain. Disayangi ketika pemiliknya sedang dalam suasana bahagia, kemudian diusir ketika pemilik sedang tidak bahagia.

“Apa yang kamu pikirkan?” Suara Yulianto Hua mengembalikan lamunanku...

"Aku tidak ingin kamu membiayaiku, aku butuh pekerjaan," tegasku.

Dia terdiam beberapa saat.

"Kita akan membahasnya setelah kondisimu sehat total. Jika kamu ingin bekerja, aku yang akan mengatur semuanya, kamu tidak bisa pergi keperusahaan manapun sesuka hatimu." Kata Yulianto Hua.

"Hanya ada surat akta nikah diantara aku dan kamu. Kamu tidak memiliki hak untuk membatasi seluruh hidupku hanya dengan surat itu. Aku tentu saja akan mendengarkan saran kamu, tetapi aku tidak akan menaati sepenuhnya. Aku bukanlah boneka dan tidak ingin menjadi boneka."

Yulianto Hua menghabiskan sisa susunya dan meletakkan gelasnya sedikit lebih kuat.

Kemudian dia berdiri, "Melvin, nanti sore Ibu akan menjemputmu, hari ini aku akan pulang terlambat."

"Oke, Paman Hua, sampai jumpa." Melvin melambaikan tangannya.

Yulianto Hua berbalik dan mencium Melvin, tatapannya yang lembut membuat diriku terasa sangat nyaman.

Setelah Yulianto Hua pergi, orang-orang yang akan mengantar Melvin ke sekolah juga tiba. Kemudian rumah ini kembali tersisa diriku bersama tiga orang pelayan.

Aku ingin membantu para pelayan untuk melakukan sesuatu, namun mereka tidak ingin diriku campur tangan. Aku sangat gelisah ketika diriku tidak bisa melakukan apapun, padahal sebelumnya aku punya banyak kesibukan.

Aku pergi ke lantai dua dan kembali ke lantai satu. Rasanya seperti berada di dalam sebuah kandang yang tidak bebas.

Di tengah kebosanan ini, aku melihat ke arah lantai tiga. Taman rahasia Yulianto Hua.

Setiap orang memiliki seorang iblis di dalam hatinya. Aku memiliki keinginan untuk menjelajahi lantai tiga lagi.

Saat itu aku memecahkan bingkai foto kristal dan ditampar oleh Yulianto Hua kemudian aku di usir keluar. Aku sudah pernah mengorbankan diri atas menerobos ke tempat terlarang, mengapa aku tidak sekaligus melihat jelas dalamnya?

Itu adalah tempat terlarang, dikarenakan Crystal Lin belum muncul. Saat ini dia sudah kembali, segala sesuatu tidak lagi rahasia dan tidak semestinya diabadikan layaknya seorang dewa.

Jadi iblis di dalam hatiku menemukan banyak alasan agar aku berinjak ke lantai tiga lagi. Aku berhasil menemukan kuncinya dan naik ke atas.

Piano itu masih ada di sana, bingkai foto telah diperbaiki, meskipun kelihatan ada jejak perbaikan, namun sudah diperbaiki sebagus mungkin.

Pikiranku terbayang dimana Yulianto Hua berlutut memungut bekas pecahan kaca di lantai, kesedihannya yang amat dalam membuat orang terkejut. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun, tetapi semua orang bisa merasakan bahwa dia sangat mencintai gadis itu.

Jika bukan cinta yang begitu dalam, tidak akan ada kesedihan yang meluap. Perasaan seperti itu adalah kesungguhan dari dalam hatinya, bukan hasil sandiwara.

Aku merasakan sesuatu yang ganjal, aku ragu apakah diriku sedang cemburu. Namun setelah dipikir-pikir, apakah aku memiliki hak untuk cemburu?

Meskipun kami memiliki surat akta perkawinan yang bisa membuktikan hubungan kami sah dalam bidang hukum. Tetapi aku tahu persis alasan mengapa dia menikahiku yaitu masalah anak. Sekarang dia telah berhasil mendapatkan hak asuh anak, dan aku sudah tidak lagi penting.

Aku perlahan keluar dari kamar dan berjalan ke kamar lain.

Ada lebih banyak barang di ruangan ini. Ada banyak buku tunanetra di atas meja.

Aku teringat kakak Yulianto Hua yang merupakan seorang dokter pernah memberitahuku bahwa Yulianto Hua pernah buta selama dua tahun. Kemungkinan buku-buku ini adalah miliknya saat itu.

Aku tidak pernah buta, tetapi aku pernah melihat orang buta dan tahu kesulitan mereka. Ketika seseorang sedangfrustrasi, yang paling dibutuhkan adalah perhatiandan cinta dari orang lain. Crystal Lin telah merawat Yulianto Hua denganbaik selama dua tahun itu, sehinggaYulianto Hua sangat mencintainya.

Jika mengabaikan kecemburuanku, aku benar-benar bisa memakluminya, jika diriku buta, siapapun yang merawatku selama dua tahun, aku juga akan berterima kasih padanya seumur hidup.

Ada juga bingkai foto di ruangan ini, Yulianto Hua kelihatan sangat tampan dengan kemeja putih dan kacamata hitam.

Tetapi dari posturnya, dia sepertinya tidak bisa melihat. Tubuhnya sedikit condong ke kiri, sepertinya seseorang sedang menopang tubuhnya, atau mungkin dia meringkuk pada seseorang. Namun anehnya, separuh fotonya terpotong. Bahkan tangan kiri Yulianto Hua juga tidak terlihat akibat fotonya terpotong.

Jika ini adalah foto Yulianto Hua dengan Crystal Lin, berdasarkan perasaan Yulianto Hua terhadap Crystal Lin, dia tidak mungkin rela memotong fotonya. Lalu siapa yang melakukannya?

Setelah dia berpikir cukup lama, dia juga tidak bisa menemukan jawaban apapun, dia meletakkan kembali foto tersebut dengan hati-hati. Kali ini, aku tidak boleh membuat onar lagi.

Aku melihat lagi beberapa barang lain di ruangan itu, seketika itu juga ponselku berbunyi membuat diriku terkejut.

Ketika aku melihat layar ponselku, aku semakin panik.

Novel Terkait

Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu