Nikah Tanpa Cinta - Bab 265 Ternyata begitu

Aku mengabaikannya, hanya makan. Aku sangat lapar, dan nafsu makanku sangat bagus, aku pun tidak tahu mengapa aku memiliki nafsu makan yang begitu baik. Aku bahkan curiga ini karena aku bersama dengan Yulianto Hua.

Jika benar begitu adanya, maka aku benar-benar tidak berguna, tetapi apa yang dapat aku lakukan?

Dia selalu makan sangat sedikit, jadi dia meletakkan mangkuk dan sumpitnya dan duduk di samping mengawasiku makan. Terus mengingatkan aku dari waktu ke waktu untuk pelan-pelan.

“Hari-hari di dalam, sangat menderita ya?” Yulianto Hua tiba-tiba bertanya dengan sangat serius.

Aku yang sedang dalam suasana hati yang baik, ketika dia menanyakan pertanyaan ini, aku sedikit kesal. Itulah topik yang paling tidak ingin aku bicarakan. Meskipun aku telah difitnah, tapi itu juga adalah kemaluan terbesarku. Yang terpenting, pengalaman itu mengingatkanku bahwa Yulianto Hua sangat tidak berperasaan terhadapku.

“Aku kenyang, aku pergi dulu.” Aku meletakkan piring dan berkata.

"Hei, kenapa kamu langsung marah? Bukankah tadi semuanya baik-baik saja?"

"Terima kasih untuk semua yang kamu lakukan untukku hari ini. Tapi bukan hanya karena kamu melakukan sedikit hal kecil, aku akan melupakan semuanya yang terjadi sebelumnya. Aku pergi."

"Kalau begitu tunggu aku, aku akan membayar tagihannya dan pergi."

Aku tidak menunggunya, hotelnya tepat di depan, aku bisa kembali sendiri. Aku benar-benar tidak ingin terlalu terlibat dengannya, aku merasa aku hampir tidak mampu mengendalikan diri dan akan memaafkannya. Tapi bagaimana aku bisa memaafkannya? Aku difitnah dan harus mendekam di penjara, dia tidak hanya tidak mencoba yang terbaik untuk mengeluarkanku, dia malah meminta orang mengirim surat cerai, dan selama lebih dari setahun, dia tidak pernah datang mengunjungiku, sekarang aku sudah keluar, dia hanya menunjukkan sedikit kebaikan kepadaku lalu aku akan memaafkan dia?

Aku memutuskan untuk check out daripada menginap di hotel yang sama dengannya. Dengan tidak bertemu, tidak akan memiliki begitu banyak keterikatan, dirinya juga bisa lebih santai.

Aku baru saja tiba di pintu hotel ketika sebuah kendaraan komersial Mercedes-Benz melaju menghampiri. Supirnya membuka pintu, dan orang yang keluar dari mobil ternyata adalah Julian Tsu.

“Adik, katanya kamu sedang tidak enak badan? Sudah pergi ke rumah sakit belum?” Tanya Julian Tsu cemas.

Tidak tahu saluran apa yang dia gunakan, dia bisa mengetahui tentang penyakitku dan bergegas dari Kota Y untuk menemuiku.

Tadinya aku datang untuk merasakan sendiri jasa pariwisata mereka untuknya, tapi sekarang, aku belum bisa memberikan saran yang membangun untuknya, malah menyebabkan* dia datang jauh-jauh untuk menengokku, benar-benar memalukan.

“Kakak kedua, aku baik-baik saja, aku hanya merasakan sedikit sakit perut, sudah membaik. Kamu begitu sibuk, kamu datang jauh-jauh untuk menemui aku, ini sungguh membuang waktumu.” Aku sangat malu.

"Beneran tidak apa-apa? Besok aku juga tidak ada urusan penting, makanya aku datang ke sini. Tidak terlalu jauh juga. Kamu sudah makan belum?"

"Aku baru saja makan. Kakak kedua, kamu belum makan, aku temani kamu makan."

“Aku tidak lapar, kamu pergi makan sendiri? Kamu sedang tidak enak badan, bisa minta seseorang mengantarmu, jangan keluar sendiri.” Kata Julian Tsu.

"Tidak apa-apa, Kakak kedua, aku benar-benar baik-baik saja. Aku tidak terlalu suka hotel ini, aku ingin tinggal di hotel lain. Aku akan mengambil barang bawaanku."

Julian Tsu tidak bertanya mengapa, "Baiklah, kita tinggal di hotel yang lain."

Ketika aku datang ke kamarku, aku mulai mengemas barang-barang, memang tidak rumit, jadi dengan cepat aku menyelesaikannya. Saat ini seseorang membunyikan bel pintu di luar.

Melihat kesibukanku, Julian Tsu pun langsung membuka pintu, begitu pintu terbuka, Yulianto Hua berdiri di luar. Keduanya bertanya satu sama lain hampir bersamaan, "Mengapa kamu di sini?"

Setelah keduanya bertanya pada saat bersamaan, mereka pun terdiam pada saat bersamaan, lalu mereka menatapku bersamaan. Sorot matanya sama dinginnya.

Julian Tsu telah mewanti-wanti aku untuk tidak lagi berurusan dengan Yulianto Hua karena dia merasa Yulianto Hua tidak baik kepadaku, lelaki seperti ini, tidak perlu ada hubungan dengannya. Jadi dia tentu saja tidak senang ketika melihat Yulianto Hua disini, dia mengira akulah yang mengundang Yulianto Hua, tapi sebenarnya bukan.

Adapun Yulianto Hua yang melihat Julian Tsu di kamarku, itu bahkan lebih tidak bisa dijelaskan lagi, dengan tabiatnya yang seperti itu, tentu saja dia tidak akan senang.

Suasananya tiba-tiba menjadi sedikit canggung, dan aku tidak bisa menjelaskan begitu banyak hal untuk sementara waktu. Tiba-tiba merasa lelah.

Untung saja barang bawaanku sudah beres, aku pun berkata kepada Julian Tsu, Kakak Kedua, ayo berangkat.

Tapi Yulianto Hua tidak terima, "Kalian bersama terus? Kita datang ke Kota F, apa janjian untuk berlibur bersama?"

“Itu bukan urusanmu,” kataku dingin.

“CEO Tsu, menurutmu ini urusanku atau bukan?” Yulianto Hua mengarahkan api amarahnya ke Julian Tsu.

“Adikku bilang itu bukan urusanmu, berarti itu bukan urusanmu.” Julian Tsu juga berkata dengan dingin.

"Ini menarik, jika orang lain yang mengatakan ini, aku pikir masih bisa dimaafkan. Tapi jika CEO Tsu yang mengatakannya, maka itu salah. CEO Tsu sangat mengerti apa hubunganku dengannya. Urusan dia, mana bisa dibilang bukan urusanku?” Yulianto Hua menghalangi pintu, tidak bermaksud membiarkan kami pergi.

“Oh ya, kalau begitu aku ingin bertanya kepada tuan ini, apa hubungan kita? Secara hukum, apakah kita memiliki hubungan?” Aku bergegas menyela Yulianto Hua sebelum Julian Tsu, karena aku tidak ingin mereka menjadi musuh dikarenakan diriku.

Yulianto Hua menatapku dan kemudian menatap Julian Tsu, "Ternyata begitu."

Lalu dia berbalik untuk memberikan kami jalan, berdiri di lorong sambil memperhatikan Julian Tsu dan aku memasuki lift dengan membawa barang bawaan. Dia berdiri di sana, sorot matanya yang seperti pisau terus mengikuti sampai pintu lift tertutup.

Di sini, raut wajah Julian Tsu juga sangat jelek. Aku jarang melihat wajahnya yang dingin terus seperti ini. Dia adalah pria dengan kepribadian luhur dan penuh sopan santun jarang memperlakukan orang dengan wajah yang dingin, tetapi kali ini berbeda. Aku bisa merasakan kekecewaannya yang teramat sangat pada diriku.

“Kakak kedua, bukan seperti yang kamu pikirkan,” kataku pelan.

"Seharusnya aku tidak boleh ikut campur dalam kehidupan pribadi kamu, dan aku memang tidak memiliki hak untuk ikut campur. Tapi apa yang telah kamu alami, hatimu sendirimu yang paling tahu. Bagaimana Yulianto Hua memperlakukanmu, kamu sangat jelas. Awalnya aku sangat mengagumi Yulianto Hua, dan aku juga berharap kalian bisa hidup rukun sampai tua, tapi saat dihadapkan pada situasi yang sulit, sikap Yulianto Hua benar-benar membuat orang kecewa, pria seperti itu, apakah kamu masih tidak bisa melupakan cintamu? "

Aku menundukkan kepalaku, merasa sedih. Aku telah sangat mengecewakannya. Entah berapa banyak energi dan uang yang diperlukan untuk mengeluarkanku, tetapi aku malah mengecewakannya, sungguh tidak seharusnya.

"Kata-kataku memang sedikit tidak sabaran dan sedikit berat, tapi kamu ..." Nada suara Julian Tsu melembut, lalu dia menghela napas.

"Maafkan aku, Kakak Kedua, tapi Yulianto Hua benar-benar bukan diundang olehku, aku melihatnya di Bandara Kota Y, kami berada di penerbangan yang sama, aku tidak menyapanya, semula kalau aku dan anggota rombongan lain menginap di hotel yang sama, tidak akan bertemu dengan Yulianto Hua, tetapi kamu secara khusus mengatur agar aku tinggal di sini, tidak disangka, kami tinggal di lantai yang sama, kamarnya ada di sebelah aku, jadi kami pun bertemu. Meskipun aku ini tidak berguna, aku bukan tipe orang yang tidak tahu malu, aku tahu bagaimana dia memperlakukanku ... "

Julian Tsu menyelaku, "Sudahlah, kamu terlalu serius, jangan bicara tentang dirimu seperti itu, aku yang terlalu buru-buru, sehingga tidak mendengarkan penjelasanmu, sekarang sudah jelas, sudah tidak apa-apa."

Novel Terkait

My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
3 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu