Nikah Tanpa Cinta - Bab 418 Wawancara

Tongyu Technology juga memiliki sebuah ruang rapat, namun tidak cukup besar. Aku tidak membiarkan semua orang masuk, hanya mengundang beberapa wartawan resmi untuk mengisi ruang rapat. Sisanya yang hanya ingin memanfaatkan situasi demi mencari sensasi, sama sekali tidak diindahkan.

Setelah melakukan seleksi ketat, hanya belasan wartawan yang diizinkan masuk, beban pun berkurang banyak.

Aku meminta asisten menuangkan minuman untuk mereka, mengisyaratkan mereka untuk menenangkan diri terlebih dahulu.

“Wahai teman-teman wartawan, kalian sudah sangat direpotkan, aku tahu kalian datang karena kabar pengunduran diri Yulianto Hua dari Hua’s Inter Company. Karena waktu terbatas, begini saja, satu orang hanya boleh mengajukan satu pertanyaan, semua orang diberikan kesempatan yang sama, selesai bertanya, kita bubarkan pertemuan ini, kalian juga masih harus melanjutkan pekerjaan, aku juga memiliki kesibukan tersendiri, OK?”

Mereka mengangguk, tanda tidak keberatan sama sekali. Sebenarnya sekalipun mereka merasa keberatan, tetap saja tidak berdaya, jika membuatku panik dan kesal, cukup diusir keluar saja.

Aku menunjuk seorang wartawan yang terlihat lebih profesional, mempersilahkan dia bertanya lebih dulu. Karena biasanya wartawan yang lebih profesional akan menanyakan hal yang jauh lebih profesional pula, tidak sembarangan, juga tidak akan menyulitkan posisi narasumbernya.

“Nona Yao, hari ini Tuan Yulianto Hua resmi mengumumkan pengunduran dirinya, aku juga baru saja mendapat kabar itu sehingga langsung mengejar waktu kemari. Dari luar kelihatan ramah dan tenang, tetapi dengar-dengar, Tuan Hua turun dari jabatannya karena kalah dalam persaingan, mohon maaf, apakah benar seperti itu? Nilai saham Hua’s Inter Company jatuh dengan sangat cepat, langsung pada batas terendah, bagaimana cara Hua’s Inter Company menanggapi masalah ini?”

Pertanyaan ini benar-benar profesional, tetapi dia telah melanggar peraturan, menanyakan dua hal sekaligus.

Aku tersenyum, berkata: “Aku harus mengingatkan Anda, bahwa setiap orang hanya boleh mengajukan satu pertanyaan, tetapi Anda menanyakan dua hal dalam sekaligus. Sebenarnya Tuan Hua sendiri sudah memberikan penjelasan yang rinci dalam jumpa pers, dia berangkat ke Amerika untuk melanjutkan studi. Menghentikan pekerjaan untuk sementara, demi mengisi penuh energi dalam tubuh, ini adalah hal yang sangat wajar, kenapa tiba pada diri Tuan Hua, malah bertambah unsur-unsur persaingan, dan kekalahan? Dia murni ingin menambah ilmu dan wawasan, demi meningkatkan kualitas diri. Soal kabar burung yang beredar, banyak sekali gosip dan isu tanpa bukti jelas di luar sana, tidak perlu dihiraukan.

Untuk pertanyaan kedua, aku tidak akan menjawab, karena itu adalah privasi Hua’s Inter Company, saat ini aku tidak bekerja untuk Hua’s Inter Company, tidak berhak bertanya dan ikut campur dalam sistem kerja Hua’s Inter Company. Aku juga harus mengingatkan teman-teman yang bertanya setelah ini, di tempatku, hanya boleh menanyakan hal pribadi tentang Yulianto Hua, soal Hua’s Inter Company, aku tidak akan menjawab apapun.”

Situasi menjadi hening, setelah itu, aku mengisyaratkan orang kedua mengajukan pertanyaan.

“CEO Yao, saat keberangkatan Tuan Hua ke Amerika kali ini, apakah Anda juga akan ikut bersama? Jika iya, apakah Anda juga akan mengundurkan diri? Soal hubungan Anda dan Tuan Hua, sudah ada banyak sekali kabar beredar, apakah saat ini kalian masih suami-istri? Jika iya, kenapa Anda tidak bergabung ke Hua’s Inter Company, malah memilih perusahaan lain?”

Seorang wartawan di samping mengingatkannya: “Itu sudah tiga pertanyaan! Baru saja teman wartawan yang itu tidak sengaja menanyakan dua sekaligus, kini dia malah tiga pertanyaan dalam sekaligus!”

“Benar, ada tiga pertanyaan di dalamnya, aku hanya bisa menjawab salah satu, jadi, pertanyaan mana yang paling ingin kamu tanyakan padaku?” Tanyaku pada wartawan itu.

Karena peraturan sudah dibuat, maka harus dijalankan dengan ketat, jika tidak, wawancara itu tidak akan ada akhirnya.

“Kalau begitu jawab saja pertanyaan pertama, apakah Anda akan berangkat ke Amerika bersama Tuan Hua?”

Aku mengangguk, menjawab: “Akan, karena aku akan berangkat bersamanya, maka sebenarnya jawaban tentang hubungan di antara kami sudah terjawab dengan jelas.”

Terdengar suara tawa ramah di dalam ruang rapat.

Setelah itu, giliran wartawan ketiga, dia adalah seorang gadis cantik, pertanyaan yang dia sampaikan pun sangat santai, bertanya bagaimana cara aku merawat kecantikan sendiri… apakah ada pengaruh dari kehidupan percintaan…..

Pertama-tama aku harus berterima kasih pada Anda yang telah memujiku cantik, soal bagaimana cara merawatnya, pada dasarnya tidak ada, cukup makan tepat waktu dan teratur, usahakan jangan begadang, kemudian oleskan krim muka jika memiliki waktu luang, itu saja.

Sekitar setengah jam berlalu, semua wartawan sudah mengajukan pertanyaannya sendiri. Pertanyaan yang terlalu menusuk langsung aku tangkis kembali. Yang pasti, semua pertanyaan terkait masalah internal Hua’s Inter Company selalu aku kembalikan pada pemiliknya.

Pada akhirnya, aku mengantar langsung para wartawan ke depan pintu gedung, lalu kembali ke ruanganku untuk melanjutkan pekerjaan.

Meski Yulianto Hua telah berhasil mengundurkan diri, aku masih belum tahu jelas. Aku tidak tahu bagaimana cara membicarakan pengunduran diri pada Kakak Kedua. Daridulu Kakak Kedua selalu menjagaku dengan baik, entah dia akan kecewa atau tidak jika tiba-tiba mendengar aku ingin pergi.

Saat akan segera pulang kerja, Yulianto memintaku pulang mengganti pakaian. Nanti malam dia harus menghadiri sebuah pesta, tepatnya pesta perpisahan yang perusahaan siapkan untuknya, oleh karena itu memintaku menemaninya hadir disana.

Aku berkata aku lelah, bolehkah tidak pergi?

Dia malah menjawab tidak, saat ini dia sudah mengundurkan diri dari pekerjaan. Perusahaan sedang bersedih, juga banyak isu yang beredar, memintaku menemaninya hadir, sekaligus menghangatkan suasana, agar hati semua orang lebih tenang.

Mendengarnya berkata demikian, aku pun hanya bisa menyetujuinya.

Baru tiba di rumah dan selesai mengganti pakaian, mobil yang diutus Yulianto pun sampai. Alfred Jiang mengemudi sendiri, hari ini dia juga berpakaian formal, terlihat sangat tampan dan bersemangat, namun tetap saja berekspresi datar, dia memang selalu memasang wajah dingin layaknya mayat hidup.

Aku tiba-tiba merasa penasaran, Alfred selalu bekerja untuk Yulianto, kini kami sudah akan berangkat ke Amerika, apakah dia juga akan ikut?

“Kak Alfred.” Panggilku.

Alfred tidak menoleh melihatku, hanya menyahut ‘hm’.

“Apakah kamu akan pergi ke Amerika bersama kami?”

“Kamu berharap aku pergi, atau berharap aku tidak pergi?” Dia malah bertanya kembali.

Eh, ini menarik, dia sangat jarang berbicara panjang, kali ini pertanyaan darinya juga sangat menantang.

“Aku tidak berharap kamu pergi.” Kataku sambil tersenyum.

Selesai berkata, aku terus mengamati raut wajahnya, dia tidak menunjukkan ekspresi tidak senang, hanya menanyakan alasannya padaku.

“Kak Alfred juga sudah tidak muda, sudah seharusnya mencari seorang pasangan untuk menjalani hari-hari, dan memiliki kehidupan sendiri. Aku tidak ingin Kak Alfred selalu menjomblo hanya demi menjaga dan melindungi kami, ini sangat tidak adil bagi Kak Alfred.”

“Kamu pasti merasa cemas dengan hadirnya aku, akan menjadi pengganggu di antara kamu dan Yulianto kan?” Katanya dengan terus terang.

“Oh sungguh bukan, Kak Alfred adalah keluarga kami, jadi tidak ada istilah pengganggu di antara kita. Dalam hati aku selalu berharap Kak Alfred bisa menemani kami, tetapi demi kebahagiaan Kak Alfred, lebih baik Kak Alfred tetap di dalam negeri, menikah dan melahirkan anak.”

“Aku belum memutuskan. Tetapi aku tidak berencana menikah, perempuan terlalu berbahaya, lebih baik tidak mencari masalah untuk diri sendiri.”

Aku pun tidak kuat menahan tawa: “Kak Alfed pernah terluka karena perempuan? Bisa-bisanya begitu takut pada perempuan, kamu adalah Kak Alfred yang tidak pernah terkalahkan, kenapa malah takut dengan yang namanya cinta?”

Kak Alfred terdiam sesaat, lalu berkata: “Bukan seperti yang kamu pikirkan. Aku tidak takut dengan cinta, tetapi cinta terlalu langka, tidak mudah dijumpai dengan begitu saja.”

Ternyata Alfred Jiang yang selalu pendiam itu adalah penganut pandangan cinta bersifat suram, sungguh tidak tahu pengalaman apa yang telah dia lalui dulu…

“Kak Alfred, di kantorku ada seorang perempuan cantik, bagaimana jika aku kenalkan saja padamu?” Kataku sambil tersenyum.

“Tidak mau.” Dia menolak langsung.

“Kenapa? Yang akan aku kenalkan seorang gadis cantik loh.”

“Yang pasti tidak mau. Secantik apapun aku tidak mau.” Dia tetap menolak keras.

“Memangnya kenapa, apakah Kak Alfred sudah menyukai perempuan lain?” Aku semakin dibuat penasaran.

“Tidak ada yang seperti itu. Jangan bahas soal ini lagi, sama sekali tidak berarti.”

Dia terlihat menghindar dari topik yang sedang kami bicarakan, dengan indera keenam peka yang aku miliki, dalam hati merasa yakin dengan dugaan sendiri, dia sungguh sedang menyukai orang lain. Ini terdengar menarik, seorang laki-laki pendiam seperti dia, siapakah yang mungkin dia sukai?”

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu