Nikah Tanpa Cinta - Bab 259 Bertemu Lagi

Aku berharap setelah Yulianto Hua mengambil koper, aku bisa pergi dan mengambil koperku. Tapi entah kenapa, kopernya tidak keluar-keluar. Jika dia tidak pergi, maka aku tidak bisa ke sana.

Kali ini, seorang bibi yang bersamaku tiba-tiba berteriak padaku, "Nak, aku ingat koper biru ini, bukankah ini milikmu? Apa yang kamu lakukan di sana, ayo cepat ambil."

Bibi itu baik, tapi suaranya sangat keras. Dia berteriak dari tenggorokannya, sehingga banyak orang terkejut olehnya, pertama-tama mereka menatapnya lalu mengikuti tatapannya ke arahku.

Aku malu sekarang, selain karena malu, aku bahkan lebih khawatir jika Yulianto Hua akan mengikuti. Tapi dia tidak menoleh dan aku merasa lega.

Bibi itu melihatku sebagai orang bodoh, dia menyeret koperku dan berjalan, "Ada apa denganmu gadis, aku ingat ini kopermu. Kenapa kamu tidak mengambilnya?"

Aku tersenyum canggung, "Terima kasih, Bibi, ini memang koperku. Tadi kakiku sedikit kram, jadi tidak pergi untuk mengambilnya. Terima kasih."

"Kenapa kakimu bisa kram, apakah serius?" Bibi itu sangat antusias.

Aku bilang tidak apa-apa, sekarang jauh lebih baik.

Aku membawa keluar koper itu, siap untuk bertemu dengan pemandu di luar. Namun, tanpa sadar aku menoleh ke belakang, mencoba melihat apakah orang itu masih ada di sana.

Ini bukan masalah, tapi aku melihat pria itu mengambil koper dan berjalan ke arahku dengan kakinya yang panjang.

Aku panik, dengan cepat aku membalikkan kepalaku, mempercepat langkahku, sedikit berlari kecil. Aku berpikir, apa dia melihatku?

Di depan ada sebuah supermarket kecil yang menjual produk pariwisata, aku berlarian berlindung di supermarket dan menunggu Yulianto Hua pergi sebelum akhirnya aku keluar.

Penjual dengan antusias merekomendasikan produk spesial Kota N kepadaku, pikiranku terbang dan tidak mendengar jelas apa yang dia bicarakan. Aku hanya ingin tahu apakah Yulianto Hua mengejarnya?

Setelah dua putaran memastikan bahwa Yulianto Hua tidak datang, aku menghela napas lega.

Staf merekomendasikan begitu banyak produk kepadaku, aku tidak bisa tidak membeli apa pun, jadi aku membeli sebungkus buah kering lokal dan membawanya keluara dari supermarket.

Aku menunduk untuk melihat tanggal expired buah kering dan tidak memperhatikan depan, alhasil aku hampir saja menabrak seseorang. Aku mendongak dan melihat wajah gunung es tampan yang mata bunga persiknya menatap ke arahku.

Saat ini, aku merasa bingung, aku melewati dia dan bersiap untuk melarikan diri. Tapi ditangkap olehnya, "Kenapa kamu ada di sini? Kapan kamu keluar? Baru saja aku pikir mataku bermasalah, tapi aku tidak menyangka itu benar-benar dirimu."

"Tuan, kamu salah mengenali orang, kita tidak saling mengenal." kataku dingin.

"Benarkah? Perlukah aku memperkenalkan diri?" Kata Yulianto Hua dingin.

"Aku tidak mengenalmu. Aku tidak tertarik. Lepaskan aku atau aku akan berteriak." Aku ingin membebaskan diri, tetapi aku tidak bisa.

"Kapan kamu keluar?" Yulianto Hua terus bertanya, "Kenapa kamu tidak memberitahuku ketika kamu keluar?"

Aku merasa sakit hati, "Untuk apa aku mencarimu? Kita sudah bercerai! Kita sekarang adalah orang asing!"

Yulianto Hua tercengang sesaat, "Kamu bilang kita orang asing?"

"Pada dasarnya kita adalah orang asing. Tolong berhenti menggangguku." Aku memelototinya.

"Lalu kamu tinggal dimana sekarang? Dengan siapa kamu tinggal?" Yulianto Hua bertanya lagi.

"Di mana aku tinggal, dengan siapa aku tinggal, apa hubungannya denganmu? Lepaskan aku." Aku berjuang lagi.

Namun, aku masih belum bisa melepaskan diri, energinya pria ini terlalu besar. Aku tidak bisa membebaskan diri. Dan semakin aku berjuang, semakin erat dia menarik. Matanya semakin dingin.

"Bagaimana tidak ada hubungannya denganku? Banyak yang ingin kutanyakan padamu. Ikuti aku." Yulianto Hua menyeretku ke depan.

"Lepaskan aku, aku benar-benar akan berteriak!" Teriakku.

"Teriak saja, teriak sesuka hatimu."

"To..." Aku baru saja meneriakkan sepatah kata, tapi aku tidak bisa anjut berteriak. Aku merasa kalau aku berteriak, banyak orang akan memperhatikannya. Itu terlalu rendahan.

"Kamu ada di sini? Aku mencarimu kemana-mana." Pada saat ini seorang pria menyusul, dia adalah pria yang duduk di sampingku di pesawat.

Aku punya ide, "Aku juga mencarimu kemana-mana, kenapa kamu pergi?"

Yulianto Hua berhenti, matanya berubah seperti pisau, menatapku dan kemudian ke pria itu. Lalu menatapku lagi, "Siapa dia?"

"Pacarku." kataku dengan tenang.

Yulianto Hua menarik tanganku dan perlahan melepaskan, "Pacarmu? Kapan kamu punya pacar?"

"Itu bukan urusanmu." Aku lari ke pria itu. "Sayangku, aku tidak bisa menemukanmu di mana-mana, kamu membuangku."

"Ini salahku, aku akan memperhatikan lain kali." Pria itu juga bekerja sama.

Yulianto Hua mengikuti, "Ivory Yao, kenapa kamu melakukan ini?"

Aku mengabaikannya, di samping pria itu, membuat pemandangan yang sangat intim.

Yulianto Hua mengambil beberapa langkah dan berhenti di depan kami. "Ivory Yao, jelaskan dulu, sebelum pergi."

"Tuan, sebenarnya apa yang ingin kamu lakukan, kamu sangat tidak sopan kepada pacarku." Kata pria itu dingin.

"Pergilah, aku ingin bicara dengannya." Yulianto Hua mulai menunjukkan amarahnya.

"Kamu yang seharusnya pergi, tolong jangan ganggu pacarku." Pria itu bahkan tidak takut dan tidak menyerah sama sekali.

Mata Yulianto Hua sedikit tajam, "Apakah kamu yakin ingin merebut wanita bersamaku?"

Aku kenal Yulianto Hua, begitu dia menjadi galak, itu akan sangat merepotkan. Aku berpikir bagaimana cara menghadapi situasi yang ada. Jika karena aku orang ini juga ikut terlibat masalah, maka itu buruk.

"Jika kamu mengganggu pacarku lagi, aku akan menelepon polisi. Ketua Hua's Inter Company yang bermartabat melecehkan pacar orang lain di jalan. Akan menarik sekali jika berita ini menyebar." Pria itu tiba-tiba berkata.

Bukan hanya Yulianto Hua, diriku juga tertegun, orang yang sepesawat denganku ternyata mengenal Yulianto Hua?

Yulianto Hua memandangnya, berpikir apakah dia mengenalnya, tetapi alhasil dia tidak mengenalnya. Jadi dia bertanya dengan suara dingin, "Dari mana asalmu?"

Ini adalah pertanyaan yang sangat ambingu, kedengarannya seperti pertanyaan tentang dari mana asalnya, tetapi sebenarnya bukan. Ini menanyakan, apa latar belakang kamu, termasuk statusmu, latar belakang dan semua jenis informasi rumit.

"Tuan Hua, tolong jangan ganggu pacarku. Ivory, ayo pergi." Pria itu menarikku dan berjalan ke depan.

"Ivory Yao, apakah kamu benar-benar akan mengikutinya?" Yulianto Hua memanggil dari belakang. Aku tidak menoleh padanya, tapi aku mendengar sesuatu yang berat dalam suaranya.

Aku mungkin terlalu pede, dia bahkan tidak mengunjungiku sekali dalam setahun, aku dan dirinya sudah bercerai. Bagaimana mungkin dia masih memiliki perasaan padaku.

Bahkan jika dia sedikit merasa tak senang, aku khawatir itu hanya karena dia tidak mau kalah. Seperti yang dia katakan sebelumnya, bahkan jika dia membuang sesuatu, dia tidak ingin orang lain mengambilnya ataupun menggunakannya.

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu