Nikah Tanpa Cinta - Bab 79 Tidak Tahu Malu

Tiba-tiba, dia menempelkan tangannya di pantatku, "Baik jika kamu bilang jangan membuat masalah, tapi siapa yang menyuruh kamu untuk menggodaku? Kamu harus bertanggung jawab!"

Tangannya membuat tubuhku terasa aneh, dan aku menjadi semakin gugup.

Tapi aku tidak bisa membiarkannya melihatnya, aku berpura-pura tenang, "Boss, kamu terlalu percaya diri, saat itu Felicia Chen ada di sampingku, dia ingin menggertakku, jadi aku menggunakanmu untuk menakutinya. Itu saja, terlalu berlebihan untuk mengatakan bahwa aku menggodamu, oke?"

Wajah Yulianto Hua sedikit berubah, “Kamu berani bilang aku melebih-lebihkan?”

“Aku tidak tahu apakah kamu orang seperti itu atau bukan, lepaskan aku, aku lapar, aku mau mandi dan makan.”

“Kebetulan aku juga mau mandi, lebih baik kita mandi bersama?” Yulianto Hua membisikkannya di telingaku dan membuatku sangat geli.

“Tidak, terima kasih, aku terbiasa mandi sendiri.” Aku mengambil kesempatan saat dia lengah dan lolos darinya, kemudian kabur ke luar.

Menggodanya dari mana, jelas-jelas dia yang membuatku kesulitan bernafas, oke?

Aku mengambil napas dalam-dalam untuk meredakan gejolak hebat di hatiku.

Pria ini benar-benar setan, sama sekali tidak boleh memancingnya, akan berada dalam bahaya jika berada dekat dengannya.

Aku keluar setelah selesai mandi dan berganti pakaian rumah, makan malam sudah siap.

“Melvin, hari ini mami sudah melakukan hal yang luar biasa, ayo kita berikan tepuk tangan padanya.” Ucap Yulianto Hua.

Melvin tidak mengerti apa yang sebenarnya aku lakukan, tetapi karena Yulianto Hua berkata demikian, dia mengikuti perintahnya dan bertepuk tangan. "Mama hebat sekali!"

Aku menghampirinya dan mencubit wajahnya, "Apa yang kamu tahu, kenapa bilang mama sangat hebat?"

Dia tidak senang dan mengerucutkan bibir kecilnya, “Aku tahu semuanya, aku adalah orang besar. Ada gadis yang menyukaiku di kelas, dia juga bilang ingin menikah denganku!”

Daguku hampir saja copot dari wajahku.

Anak sekecil dia sudah tahu ada yang menyukainya? Ini pasti ajaran Yulianto Hua, kan?

“Apa yang kamu bicarakan? Berapa umurmu? Kamu sudah tahu ada yang menyukaimu? Sungguh tidak masuk akal." Aku manasehatinya.

“Aku bukan anak kecil lagi, aku tahu siapa yang suka dan tidak suka padaku. Papa dan nenekku yang sebelumnya tidak menyukaiku, tapi papa yang sekarang menyukaiku, aku tahu itu.” Melvin menjelaskan.

Anak ini menjadi lebih bisa mengekspresikan diri akibat terlalu sering bersama dengan Yulianto Hua, tapi sepertinya juga belajar hal-hal yang tidak baik.

Lihatlah cara dia berbicara, dia terlihat seperti orang dewasa!

“Yang dulu itu bukan papa, di dunia ini kamu hanya ada satu papa, yaitu aku.” Yulianto Hua memperbaikinya dengan serius.

“Kalau begitu apa?” Melvin menatap Yulianto Hua.

Yulianto Hua berpikir sejenak, "Jika bisa jangan membahasnya, jika terpaksa panggil saja Pak Tua Wu."

"Oke." Melvin menanggapi dengan sungguh-sungguh.

"Tentu saja, Melvin juga sangat hebat, dan memenangkan juara pertama dalam kontes cerdas cermat di sekolah. Sekolah sedang menyiapkannya untuk berpartisipasi dalam kompetisi yang lebih besar," kata Yulianto Hua.

Aku sangat senang mendengarnya, “Anakku sangat hebat, kamu sudah menuruni gen unggul mama!”

Orang di sampingnya tidak senang, "Bagaimana kamu tahu bahwa dia bukan mewarisi gen unggulku?"

Aku tertegun, hal ini juga mau didebatkan?

“Baik baik baik. Gen unggul kita berdua, kamu puas?”

“Tidak, aku tetap menganggap ini semua karena gen unggulku, karena genku jelas lebih unggul.” Ucap Yulianto Hua percaya diri, benar-benar tidak sanggup lagi.

Aku memutuskan untuk tidak berdebat dengannya tentang topik yang membosankan itu, jadi aku menutup mulut.

"Ma, ada kegiatan orangtua-anak di sekolah minggu depan, aku harap mama dan papa bisa hadir. Bisakah mama berjanji padaku?” Melvin menatapku dengan penuh harap.

Aku tidak memiliki masalah, tetapi aku khawatir Yulianto Hua menolak untuk berpartisipasi dalam kegiatan seperti itu, karena dia memiliki banyak hal yang harus dilakukan, jadi aku melihat Yulianto Hua.

Tak disangka dia langsung berkata, “Aku sudah mewakilkanmu menjawabnya, kalau kamu tidak setuju, Melvin akan kecewa, benar, kan, Melvin?”

Melvin segera mengiyakan, "Ya, ya, aku akan sangat kecewa, jadi mama harus berjanji."

Tiba-tiba aku merasa diculik oleh dua orang ini, Yulianto Hua sangat pandai, dalam waktu yang singkat, Melvin langsung menjadi sama dengannya.

Melvin yang sekarang, sudah tidak seperti Melvin yang dulu.

Dulu dia sangat tertutup dan rendah diri, juga dewasa, namun kedewasaan yang ia tunjukkan selalu membuat orang kasihan.

Dia dewasa dan pengertian, anak kecil seperti ini, seringkali ada karena lingkungan hidup yang tidak bahagia, sehingga pandai mengamati mata orang dewasa.

Tapi sekarang Melvin Hua, tidak dewasa seperti itu lagi, dia sekarang ceria, cerah, dan percaya diri.

Berbicara seperti Yulianto Hua, tidak hanya tidak merasa rendah diri lagi, tetapi juga menunjukkan sedikit kesombongan. Lebih pada kepolosan yang seharusnya dimiliki seorang anak, daripada hebatnya anak kecil yang dewasa.

“Mama tidak akan benar-benar menolak, kan? Papa saja sudah setuju.” Ucap Melvin.

“Tentu saja aku setuju. Aku akan menghadiri acara kalian.” Aku mengatakannya dengan senyum, “Tapi Melvin, tidak boleh mengatakan hal-hal seperti ada yang menyukaimu atau ingin menikah denganmu, kamu masih anak-anak, tidak boleh berkata seperti itu.”

“Sangat normal, karena aku tampan, seperti mama yang ingin menikah dengan papa karena ketampanannya.” Ucap Melvin dengan serius.

“Siapa lagi yang mengajarimu berkata seperti ini?” aku memelototi Yulianto Hua ketika mengatakan hal ini.

Yulianto Hua terbatuk, “Uhuk, kenapa memelototiku, bukan aku yang mengajarinya.”

“Apa papa sudah lupa, papa yang bilang padaku bahwa mama menikah denganmu karena papa tampan.” Ucap Melvin.

Yulianto Hua tertawa kikuk, “Oh ini, aku lupa pernah mengatakannya.”

“Tidak tahu malu.” Aku memarahi Yulianto Hua.

“Tidak tahu malu.” Melvin mengikuti gaya bicaraku.

“Wanita ini, tidak bisakah kamu mengatakan sesuatu yang merusak citraku di depan anak? Dia akan mengikutinya!" Yulianto Hua memperingatkanku.

"Apakah kamu tahu bagaimana harus bersikap di depan anak-anak? Kemudian kamu memuji diri sendiri tampan dan mengatakan bahwa orang lain ingin menikahimu dengan begitu tak tahu malu, kamu tidak takut anak belajar menjadi buruk?" Tanyaku.

“Aku memang tampan, apakah kamu mempertanyakan ketampananku?" Yulianto Hua bertanya dengan sungguh-sungguh.

Aku menghela nafas, "Seperti kata pepatah, orang yang tak tahu malu tidak akan takut pada apapun, kamu menang. Kamu adalah orang yang paling tampan di dunia, oke?"

Yulianto Hua mengangkat dagunya, “Seleramu bagus juga.”

Melvin menatapku dan Yulianto Hua bergantian, dan tiba-tiba berkata mengejutkan, "Papa, mama, bagaimana jika kita tidur bersama malam ini?"

Aku tertegun, apa ini juga ajaran Yulianto Hua? Konspirasi apa lagi ini?

"Bagaimana? Di TV, orang tua dan anaknya tidur bersama, mengapa kalian tidak pernah tidur bersama? Ma, bukankah kamu ingin menikah dengan papa? Mengapa mama tidak tidur dengannya?"

Wajah Kak Yulie dan asisten rumah tangga di sebelahnya langsung memerah dan menjadi canggung ketika mendengar ucapan Melvin.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu