Nikah Tanpa Cinta - Bab 186 Tidak Punya Hati Nurani

Yulianto Hua di ujung telepon sana seperti juga dapat menyadari perasaan aku, "apa kamu mengingat sesuatu?"

"Apakah kamu bisa pulang sekarang? Ada sedikit masalah yang terjadi di rumah, ada orang yang mengantar sebuah paket, isi paket tersebut adalah sebuah kepala kuda dan kuda tersebut merupakan milikmu."

Yulianto Hua di ujung telepon sana terdiam sejenak, "kamu jangan panik, aku akan segera pulang. Jangan bergerak dan jangan melakukan apa pun, cukup tunggu aku pulang saja."

"Baik." Aku menjawab.

"Jangan takut, ada aku di sisimu." Yulianto Hua menenangkan aku.

"Tentu saja aku tidak takut." Aku juga berpura-pura tenang.

Setelah selesai menelepon Yulianto Hua, aku kembali menutupi kotak inkubator tersebut dan mengambil beberapa gambar dengan ponselku.

Yulianto Hua tiba dalam waktu yang singkat, dia menatap kepala kuda tersebut dalam waktu yang panjang lalu menjulurkan tangan dan meraih mata kuda yang terbuka itu.

Setelah beberapa saat, anak buah Alfred Jiang juga datang dan membawa pergi kepala kuda tersebut.

Yulianto Hua berdiri di paviliun taman sabil mengerutkan kening dan terdiam. Entah apa yang sedang dipikirkannya, aku juga tidak menganggu dia hanya berdiri saja di sampingnya untuk menemani dia.

"Kemarin di arena kuda aku bertemu dengan seseorang yang aneh, lalu karena aku sibuk setelahnya, aku pun tidak sempat memberitahumu masalah ini." Aku berkata dengan pelan.

Yulianto Hua membalikkan badannya, "Orang seperti apa?"

"Aku bertemu dengannya secara tiba-tiba, dia menunggangi seekor kuda hitam, dia meminta aku untuk bertanding dengannya, akan tetapi aku tidak ingin. Lalu dia menggunakan cambuk dia memukul kuda yang sedang aku tunggangi, kuda terkejut dan hampir saja terjadi masalah. Orang itu hanya dalam sekali lihat saja sudah dapat diketahui bahwa dia orang jahat. Oh iya lalu ketika aku mau pergi, aku kembali bertemu dia. DIa tahu kuda yang aku tunggangi merupakan milikmu dan juga bertanya apa hubungan aku denganmu. Lalu dia berkata kita akan bertemu lagi."

Yulianto Hua menganggukkan kepalanya, kerutan keningnya semakin dalam, "bagaimana ciri-ciri orang tersebut?"

"Umurnya sepertinya tidak berbeda jauh denganmu, rambutnya berwarna abu-abu dengan panjang sebahu, cekungan matanya sangat dalam, hidungnya mancung dan tatapannya sangat dingin. Intinya terlihat sangat jahat."

Yulianto Hua kembali menganggukkan kepalanya, "mengenakan kaos berwarna hitam dengan corak tengkorak di bagian depan dan kalung tengkorak? Ras campuran orang Asia dan orang Eropa, serta terlihat sangat tampan."

"Benar,benar,benar. Siapa orang itu? Aku curiga dia adalah pelaku yang membuat kepala kuda menjadi seperti ini."

Yulianto Hua memberikan isyarat agar aku tenang, dia mengeluarkan ponsel untuk menelepon: "Kak Alfred, urusan itu tidak perlu dibawa ke kantor polisi, benar itu merupakan perbuatan dia. Kemarin Ivory ada bertemu dia di arena kuda. Cari saja, kita lihat apakah dapat menemukan dia atau tidak."

Setelah mematikan panggilan, Yulianto Hua menatap aku, "kalau begitu apakah kamu ada mengatakan hubungan kita?"

"Aku mengatakan kamu adalah atasan aku, aku pergi ke arena kuda hanya untuk menjaga kuda milikmu. Aku tidak mengatakan lagi yang lain."

Yulianto Hua menganggukkan kepala, "baguslah jika kamu tidak mengatakannya, orang itu adalah orang gila. Jika dia kembali mencari kamu, kamu jangan menghiraukan dia, kamu cukup segera mencari cara untuk kabur."

"Siapa dia sebenarnya? Apakah dia ada dendam denganmu? Mengapa dia membunuh kudamu dan mengirimkan kepala kudanya kepadamu? Apakah dia sedang menunjukkan kehebatannya kepadamu?"

"Dia memang sedang menunjukkan kehebatannya kepadaku atau lebih tepatnya sedang memprovokasi. Dia suka permainan yang berhubungan dengan darah, sejak kecil dia sudah seperti itu. Tidak menyangka dia akan keluar sebegitu cepat. Jika dihitung, seharusnya masih ada satu hingga dua tahunan baru dia bisa keluar. Berdasarkan karakter dia, dia juga tidak mungkin mendapatkan pengurangan hukuman. Apakah ada orang yang menghabiskan banyak orang untuk membebaskan dia?" Yulianto Hua berbicara sendiri.

"Siapa dia sebenarnya? Dia memiliki dendam apa denganmu?" Aku menjadi sedikit panik. Sudah berbicara panjang lebar seperti itu akan tetapi dia masih belum memberitahu siapa orang brengsek itu sebenarnya.

"Nama dia Michael Lu, nama panggilan dia adalah iblis kecil. Dia melakukan tindakan kriminal beberapa tahun yang lalu, lalu sepertinya kabur ke Moskow. Dia kembali melakukan tindakan kriminal di sana dan masuk ke dalam penjara di sana. Dia sudah lama tidak muncul di Shanghai."

Aku sedikit familiar dengan nama ini seperti pernah mendengarnya di tempat lain.

"Kalau begitu dia memiliki dendam denganmu bukan?"

"Ada, pada waktu itu aku dan Rick Chen bersama-sama memaksa dia pergi. Dia memperkosa seorang siswa tingkat menengah kedua. Pihak lawan memberontak dan dia pun memotong satu telinga milik dia. Setelah itu dia kabur, aku dan Rick Chen tahu keberadaan dia pun langsung memberitahu kepada kepala detektif David Chen. David Chen membawa anak buahnya untuk menangkap dia. Lalu Michael Lu menculik seorang bayi. David Bai sudah menggunakan alat untuk menangkap dia, akan tetapi dia berhasil kabur." Yulianto Hua berkata.

Aku pernah bertemu dengan David Chen. Dulu ketika aku kabur ke bawah gunung, di kota kecil itu, David Chen datang menjemputku, sepertinya dia adalah adik sepupu Rick Chen.

"Dulu orang ini bersama kamu dan Rick Chen mendapatkan panggilan Tiga Tuan Muda di Shanghai bukan?"

Tatapan Yulianto Hua menjadi dingin, "kamu tahu darimana? Aku belum pernah mengungkit hal ini kepadamu, kamu mendengar dari siapa?"

Rick Chen yang memberitahu aku hal ini, akan tetapi aku tidak berani mengatakannya. Aku takut Yulianto Hua akan marah. Otakku berputar sejenak lalu mengatakan bahwa Kak Alfred yang memberitahu aku.

Alfred Jiang pasti mengetahui semua masalah ini. Jika aku memberitahu bahwa dia yang memberiitahu aku, seharusnya Yulianto Hua tidak akan curiga.

Rupanya benar Yulianto Hua tidak merasa curiga dan tidak bertanya lagi.

"Aku tidak pernah mengakui apa itu sebutan Tiga Tuan Muda. Dulu karena masih muda sehingga masih kekanak-kanakan sehingga tidak dapat dihindari melakukan hal-hal bodoh. Lalu juga sudah membayar atas perbuatan itu sendiri. Aku dan Michael Lu masih memiliki perbedaan." Yulianto Hua berkata sambil mengerutkan kening.

"Tentu saja, kamu tidan mungkin jahat seperti dia. Orang ini benar-benar jahat, bahkan sampai memotong telinga milik orang lain. Benar-benar tidak punya hati nurani. Dia tidak berhak di sebut Tiga Tuan Muda bersama kalian."

"Apa itu Tiga Tuan Muda, jelas-jelas sekelompok orang yang membosankan yang membuat hal seperti itu. Untuk apa kamu menganggap benar hal itu." Yulianto Hua mengoreksi aku.

"Jadi kali ini dia kembali pasti ingin membalas dendamnya kepada kamu dan Rick Chen bukan? Dia tahu kuda itu milikmu, dia pun membunuhnya dan mengirimkan kepala kuda itu untuk memprovokasi. Dia juga tahu kamu tinggal di mana. Saat ini aku mencemaskan Melvin."

"Tenang, aku akan meminta Kak Alfred meningkatkan keamanan. Melvin akan baik-baik saja, kamu juga tidak perlu memberitahukan masalah ini kepada Melvin, nanti dia akan ketakutan." Yulianto Hua berkata.

"Baik aku mengerti, aku tidak akan mengatakannya. Hanya saja Michael Lu ini....."

"Kamu tidak perlu mengurusi dia. Kamu tetaplah menjalankan aktivitasmu seperti biasanya. Apakah hanya sebuah kepala kuda saja sudah dapat membuat aku ketakutan."

"Baik." Aku menjawab dengan pelan. Tetapi aku tetap saja khawatir. Orang itu memperkosa seorang siswi dan memotong telinganya. Orang jahat seperti itu sudah seharusnya mati sejak awal, akan tetapi dia kembali lagi.

Tidak selang berapa lama, Alfred Jiang datang.

Kedua orang itu membahas masalah itu di dalam ruang baca Yulianto Hua. Lalu hingga jam makan siang tiba, mereka pun makan bersama-sama.

Aku mendapatkan panggilan dari dari Peter Shen, dia menanyakan aku apakah ingin pergi menunggang kuda.

Orang ini benar-benar, perusahaannya sudah mau bangkrut, akan tetapi setiap harinya terus-menerus menunggangi kuda.

Aku mengatakan hari ini tidak bisa. Lalu dia mengatakan apakah bisa bersama minum kopi pada jam istirahat makan siang.

Aku juga ingin mencari dia, akhirnya aku pun menyetujuinya.

Meskipun aku menjadi tidak tenang karena kepala kuda itu, akan tetapi kehidupanku tetap berlanjut.

Aku bertemu dengan Peter Shen di kafe dekat perusahaan. Rambut belakangnya disisir dengan rapi, lalu dia sengaja mengenakan setelan jas yang membuatnya terlihat seperti seorang pemimpin

Novel Terkait

Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
3 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu