Nikah Tanpa Cinta - Bab 31 Katakan sekali lagi

Aku dipaksa masuk ke dalam mobil olehnya. Setelah dia mengunci pintu mobil, dia langsung membawa paksa diriku kembali ke Maple Garden.

Sesampai di lantai dua, terdengar suara Yulianto Hua sedang menyuruh pelayan untuk memasak obat tradisional, "Gunakan api besar terlebih dahulu, lalu menggunakan api kecil, ingat untuk menutupi potnya, jika tidak akan mempengaruhi kemanjuran obat, setelah obat selesai dimasak, langsung antar ke lantai dua. Jangan membawa obat yang terlalu panas ataupun terlalu dingin."

“Baik, tuan,” pelayan itu menjawab.

Hatiku bergetar sesaat.

Yulianto Hua mulai menjawab telepon: "Jangan mendesak lagi, aku sedang menuju ke tempatmu sekarang."

Dia yang begitu sibuk masih setia menungguku untuk datang ke klinik tradisional untuk diperiksa. Setelah selesai diperiksa, dia masih ingin mengantarkanku pulang. Terkadang dia benar-benar baik padaku, tetapi di saat dirinya berubah menjadi kejam, seakan-akan aku berhutang padanya.

Ivory Yao, kamu tidak boleh dengan cepat terharu akan aksinya. Harus tegar! Bisikan hatiku terus mengingatkanku.

Setelah selesai makan obat, aku langsung tertidur. Belakangan ini memang terasa lebih lelah.

Dia tidur dengan nyenyak, setelah bangun dia bergegas bangkit karena teringat bahwa dia harus pergi menjemput Melvin pulang dari sekolah.

Setelah mencuci muka dan turun, Kak Yulie menyambutnya dan mengatakan bahwa Tuan meneleponnya tadi. Menyuruhnya untuk beristirahat dan dia yang akan pergi menjemput tuan muda.

Dia tidak memberitahu Melvin bahwa aku akan menjemputnya, dia hanya ingin menipuku kembali, dia tau aku tidak akan mengecewakan anakku.

Aku berbaring di kursi santai di tepi kolam renang dan membengong menatap langit biru.

Cuacanya sangat bagus, dan matahari terbenamnya dengan sangat indah. Perasaan yang kurang menyenangkan selama beberapa hari, tiba-tiba menjadi rileks.

Saat itu juga, terdengar suara mobil, Yulianto Hua telah kembali.

Melvin langsung lari ke arahku, "Ibu! Aku sangat merindukanmu."

Baru dua hari terpisah, aku benar-benar merasa seperti sudah berpisah dengan Melvin untuk waktu yang sangat lama. Aku memeluknya erat sampai meneteskan air mata.

"Bu, jangan pergi lagi, Melvin akan turuti semua perkataan Ibu."

Hatiku terasa masam, pergi atau menetap bukanlah aku yang bisa menentukannya. Jika orang tersebut memiliki suasana hati yang buruk, maka dia bisa mengusirku, aku juga tidak punya pilihan apa-apa.

"Iya, ibu tidak pergi. Jika ibu harus pergi, ibu akan membawamu pergi juga." kataku pelan.

Ketika Aku melihat ke atas, Aku melihat wajah Yulianto Hua sedikit dingin, tentu saja dia sangat tidak puas dengan apa yang baru saja Aku katakan.

"Melvin, ini rumahmu. Jangan pergi ke mana pun," dia mengoreksi perkataanku yang ingin membawa pergi Melvin.

Di depan Melvin, Aku tidak melawannya. Dia mengatakan seperti itu juga karena mencintai Melvin.

Anak itu sangat cerdas dan tahu bahwa Aku tidak sependapat dengan Yulianto Hua, dia menatap Aku dan Yulianto Hua tanpa berbicara.

Setelah selan makan malam, Aku berjalan di taman Villa. Aku sedang memikirkan beberapa hal yang baru terjadi belakangan ini. Tiba-tiba Melvin berlari menghampiriku, dan berkata ibu aku ingin memberitahumu sesuatu.

Aku berjongkok dan menyentuh wajahnya yang putih dan lembut, "Ceritalah, ibu sedang mendengarkanmu."

"Kata Paman Hua, dia telah salah paham dan ingin berminta maaf pada ibu."

Aku tercengang, apa maksudnya? ingin minta maaf? Mengapa dia tidak mengatakannya sendiri, malah menyuruh seorang anak menggantikannya.

Aku melihat sekeliling dan melihat Yulianto Hua berdiri di tepi kolam renang dengan mengenakan celana renang, saat dia melihat aku sedang menatapnya, dia langsung melompat ke dalam air dan menyelam ke dalam.

Jadi dia pikir dia bisa menjaga harga dirinya dengan menyelam ke dalam kolam? Hari itu aku dengan sangat sedih karena kehilangan anakku, dia malah tidak menanyakan apapun kemudian menampar dan mengusirku keluar. Kejamnya bukan main.

Sekarang sudah menyadari kesalahannya, dia bahkan tidak ingin minta maaf secara langsung. Apakah pria ini terlalu menjaga harga dirinya atau tidak tahu malu?

Aku memeluk Melvin dan berjalan ke tepi kolam.

Bukankah kamu sedang menyelam, jika kamu merasa dirimu hebat, maka teruslah menyelam di bawah, jangan muncul untuk bernafas di atas!

Dia memang mampu menyelam, setelah lewat beberapa waktu, dia masih belum mengapung. Sampai pada akhirnya dia sudah tidak mampu menahan lagi, tiba-tiba dia muncul di atas permukaan air, dan bernapas dengan terengah-engah.

"Paman Hua hebat sekali!" Melvin bertepuk tangan dengan semangat.

“Melvin, apa yang kamu katakan kepada ibu barusan?” Kataku keras.

“Hah?” Melvin sudah lupa.

“Apa yang kamu katakan kepada ibumu di taman tadi?” Aku mengingatkan dengan keras lagi.

Mata gelap Melvin berputar dan akhirnya ingat, "Paman Hua yang mengatakannya."

“Apa yang dia katakan?” Aku menaikkan volume suaraku menjadi lebih keras lagi.

"Kata Paman Hua ..."

Sebelum Melvin menyelesaikan kata-katanya, terdengar suara puup, Yulianto Hua menyelam ke bawah lagi.

Aku hanya bisa menyeringai, dasar pria yang tidak tahu malu, aku ingin lihat seberapa lama kamu bisa menahan di bawah sana!

Aku memeluk Melvin dan berdiri di tepi kolam renangnya, ketika dia muncul lagi, aku tanya lagi kepada Melvin, "Melvin, apa yang Paman Hua katakan tadi?"

Melvin tidak berdaya, "Ibu, bukankah Aku sudah mengatakannya dua kali, mengapa ibu masih tidak bisa mengingatnya?"

"Ibu khawatir kamu telah salah mengingat, jadi aku ingin memastikannya. Coba kamu katakan sekali lagi. Kamu harus mengatakannya lebih cepat, jika tidak ada seseorang akan menyembunyikan diri lagi ke dalam air." kataku dengan keras.

"Paman Hua berkata, dia telah salah paham dan ingin berminta maaf pada ibu ..."

"Kamu pasti salah dengar." Jawabku.

Melvin merasa bersalah dan dia memandang ke arah Yulianto Hua, "Paman Hua, itu yang kamu katakan tadi tetapi ibu tidak percaya!"

Yulianto Hua tidak menyelam ke air lagi kali ini, dan menatapku dengan dingin, "Apakah kamu merasa senang dengan mempermainkan anak-anak seperti itu?"

"Yo, Tuan Hua mendengarnya? Kupikir kamu akan menyelam lagi, apakah di dalam kolam ada kura-kura, hanya kura-kura saja yang suka menyelam di dalam air."

Melvin mungkin merasa lucu ketika dia mendengar kata "kura-kura", kemudian tertawa terbahak-bahak.

Yulianto Hua mengulurkan tangan dan menyeka air di wajahnya, mendengus dingin.

"Melvin, jangan tertawa lagi, suruh Bibi Yulie mandikan kamu." kata Yulianto Hua.

"Tidak mau, aku masih ingin bermain sebentar," Melvin tidak senang.

"Pergilah, mandi dulu, ibu akan bermain denganmu nanti," kataku lembut.

Melvin akhirnya pergi.

"Aku bersalah dengan masalah itu, tidak seharusnya aku menyalahkanmu tanpa menyelediki masalah itu hingga salah menyalahkan dirimu. Kamu tenang, aku tidak akan dengan mudah melepaskan Rick Chen si bajiangan itu."

Dia akhirnya menyampaikan permintaan maafnya secara langsung, sungguh jarang. Rasanya seperti matahari akan bersinar dari sebelah barat. Jika Aku tidak menggunakan cara ini, mungkin dia masih tidak ingin mengakui kesalahnnya?

Melihat Aku tidak berbicara, dia berenang mendekatiku dan memegang tepi kolam renang tempat aku berdiri. "Karena aku telah menikahimu, jadi aku memiliki kewajiban untuk melindungimu. Aku tidak melakukannya dengan baik, semua itu adalah kegagalanku."

Dia mengatakan 'kegagalannya', tetapi dia tidak mengatakan itu salahnya.

"Aku tidak berpikir itu salah Rick Chen." Inilah yang selalu Aku pikirkan.

"Apakah matamu terhalang oleh sesuatu? kamu bahkan masih memercayainya?" Suara Yulianto Hua berubah menjadi lebih dingin.

"Aku tidak percaya padanya, aku hanya merasa. Jika itu dilakukan oleh Rick Chen, tidak perlu baginya untuk muncul di tempat kejadian, apalagi membawaku ke rumah sakit, dan kemudian mengekspos dirinya di depanku. Dan pelaku pada awalnya langsung menyebut nama Rick Chen, tidak ada tanda keraguan sama sekali membuat orang merasa aneh. Lagipula, pas kejadian itu, ketika mereka melihat Rick Chen langsung lari, jika memang itu Rick Chen yang buat, setidaknya mereka harus berpura-pura bertengkar terlebih dahulu sebelum meninggalkan tempat itu, jadi bisa dikatakan mereka sangat takut pada Rick Chen, ditambah mereka juga tau hubungan kamu dan Rick Chen tidak baik, jadi sengaja menyalahkan insiden ini pada Rick Chen, kelihatannya masuk akal, namun juga tidak sepenuhnya masuk akal."

Di bawah penerangan cahaya, tatapan Yulianto Hua berubah menjadi lebih dingin lagi, namun dia mengatakan sesuatu yang tidak terduga, "Kamu lebih pintar dari yang aku kira."

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu