Nikah Tanpa Cinta - Bab 394 Aku Bukan Dia

Tapi kedua pelayan itu masih tidak percaya, menurut mereka, aku adalah Feline Tsu, tidak ada yang perlu diragukan.

Aku juga tidak mau menjelaskan masalah ini algi, karena jika terus menjelaskannya, aku juga semakin ragu apakah aku ini Feline Tsu atau bukan.

Secara rasional, tentu saja aku tahu jika aku bukan Feline TSu. Jika aku adalah Feline Tsu, maka dari awal Julian Tsu akan memberitahuku, dan Zacker Tsu pasti akan langsung mengenalku, tidak perlu mengenali putri baptisnya.

Apalagi jarak Kota Y dan Shanghai sangat dekat, jika aku Feline Tsu, maka dari awal Keluarga Tsu sudah memanggilku pulang, tidak akan membiarkan aku tinggal di Shanghai? Ini jelas tidak masuk akal.

Melihat kedua pelayan itu begitu yang tulus sayang padanya, dia dia mau berulang kali menekankan bahwa dirinya bukanlah Feline Tsu, ini akan melukai hati mereka. Aku memberi tahu mereka, agar mereka menjaga kesehatan dengan baik, dan aku akan sering mengunjungi mereka.

Ketika aku pergi, Bibi Meng terus mengantar aku sampai ke gerbang pintu pabrik, dia menarikku tidak mau melepaskan ku sambil meneteskan air mata. Aku merasa sangat tersentuh, dan memberi gelang di tanganku, memintanya untuk menjaga tubuhnya dengan baik.

"Nona Feline *, sebelumnya kamu paling suka tahu rebus buatanku. Jika ada waktu mainlah ke rumahku, aku akan memasaknya untukmu. Di hari kami, selamanya kamu akan menjadi Nona besar kamu, kami sangat senang bisa melihat kamu kembali, ke depannya kamu harus sering datang mengunjungi kami. "Kata Bibi Meng sambil menangis.

Aku kaget, karena aku sangat suka akan tahu rebus kacang merah! Dan aku tidak pernah mengatakan ini kepada mereka!

Terlintas sebuah pikiran di benakku, mungkinkah aku benar-benar Feline Tsu yang sudah mati? Mana mungkin? ! Aku ini hidup, bagaimana mungkin aku bisa mati selama bertahun-tahun?

"Ah ya, Bibi Meng, sebelumnya di mana SMA Feline Tsu?"

“Kelas Praktikum Sekolah Keempat Kota Y .” Bibi Meng menjawab tanpa berpikir.

“Baiklah, aku tahu, aku pergi dulu, aku pasti akan mengunjungi kaluan lagi.” Aku melambaikan tangan pada mereka dan menyalakan mobil.

……

Saat masih di jalan, kakak kedua meneleponku. Berkata bahwa aku harus menjemputnya di lapangan golf dan makan malam bersama dengan teman-temannya.

Aku melihat waktu, saat itu baru pukul dua siang. Aku berkata kakak kedua, apakah tidak terlalu awal untuk makan malam?

Kakak kedua berkata bahwa masih terlalu awal buat makan malam, tapi aku bisa bermain kartu dan mengobrol dulu dengan teman-temannya.

Aku kira kakak kedua akan memperkenalkan beberapa tamu penting kepadaku, tapi hari ini suasana hatiku sedang tidak baik. Aku langsung berkata jika aku tidak mau ikut. Kakak kedua tidak memaksa, dan berkata agar beristirahat lebih awal.

Aku menelepon Alfred Jiang lagi, dan dia menjawab telepon dengan cepat, "Ivory, ada apa?"

"Kak Alfred, aku ingin menanyakan satu hal. Aku ingat sebelumnya kamu pernah melacak Crystal Lin, saat itu, bukankah kamu bilang bahwa nama aslinya adalah Deborah Huang?"

Alfred Jiang terdiam beberapa saat, "Ada apa, kenapa kamu mengungkit hal lama lagi? Bukankah ini sudah lama sekali, apa Crystal Lin bersama Yulianto lagi?"

Aku mengatakan itu tidak benar, tetapi tiba-tiba aku teringat soal ini lagi, jadi aku bertanya padanya.

"Ini sudah lama sekali, aku tidak ingat dengan jelas, sepertinya ada hal seperti itu. Ivory, semuanya sudah berakhir, jadi jangan pedulikan lagi."

“Kakak Alfred, kamu benar-benar salah paham, aku tidak ingin peduli soal yang sudah lewat. Masalah ini sedikit rumit, tidak ada hubungannya dengan Yulianto Hua. Bukan soal perasaan jadi aku membahas masalah ini. "

“Yah, tapi aku benar-benar lupa tentang itu. Tapi Crystal Lin punya nama lain yaitu Deborah Huang, aku yakin itu.” Kata Alfred Jiang.

"Lalu apa Kak Alfred ingat, di mana rumah Deborah Huang?"

"Aku tidak ingat soal ini, sepertiya dia tinggal di kabupaten tertentu di Kota Y. Jarak dengan Kota Y sangat dekat, seharusnya kurang dari 20 kilometer."

Aku menjawab ya, aku tahu, terima kasih Kak Alfred.

"Jika ada sesuatu, kamu bisa meminta aku mengurusnya. Jangan lakukan sendiri.” kata Alfred Jiang kepadaku.

"Benar-benar tidak ada masalah, hanya saja, Kak Alfred jangan beri tahu Yulianto tentang ini, bisakah?"

"Baik, tidak maslaah. Tapi jika ada kesulitan, harus beritahu aku.” kata Alfred Jiang.

Aku menutup telepon dari Alfred Jiang, aku mengeluarkan ponselku untuk melihat peta. Setelah melihatnya sebentar, hanya ada satu kabupaten yang jaraknya hanya 20 kilometer dari Kota Y, yang sangat mudah dicari.

Aku langsung berkendara ke daerah itu, tetapi ketika tiba di sana, aku tidak tahu ke mana harus pergi. Meskipun aku tahu Deborah Huang berada di daerah ini, tetapi daerah ini cukup besar, bagaimana bisa menemukan rumahnya? Bahkan kenapa aku harus pergi ke rumahnya, aku sendiri belum sepenuhnya menemukan motifku.

Aku duduk di mobil selama beberapa saat, karena tidak ada pergerakan, aku menelepon Ricky Chen lagi. Aku bertanya apakah dia bisa meminta sepupunya untuk memeriksa alamat rumah Deborah Huang untukku. Rick Chen bahkan tidak bertanya mengapa akus ingin memeriksa alamat orang lain, dia langsung bersedia.

Setelah lewat dua puluh menit, Rick Chen mengirim alamanya kepadaku. Aku mencari tempat parkir, lalu memarkirkan mobil, dan naik taksi. Tujuan utama dari ini adalah takut memprovokasi keluarga Crystal Lin menghancurkan mobilnya.

Sehabis menemukan alamat itu, aku menyadari alamat itu tidak mudah ditemukan, dasarnya termasuk kabupaten yag ada di pinggiran kota. Di sebelahnya ada pelelehan logam besar di dekatnya, jika dilihat dari gerbangnya yang berkarat, seharusnya pabrik ini sudah lama ditutup.

Lalu di sampingnya ada beberapa orang tua yang sedang berkumpul bermain catur, dan ada dua wanita tua sedang mengobrol tentang keluarga mereka. Aku berjalan mendekat dan bertanya pada wanita tua itu apakah rumah Deborah Huang berada di sekitar sini.

Wanita tua itu tidak tahu siapa Deborah Huang, setelah aku menunjukkan fotonya, dia baru bereaksi. Dia berkata bahwa keluarganya tidak tinggal di sini lagi, sekarang mereka sudah kaya raya dan sudah lama pindah, sekarang mereka membuka supermarket besar di kota, namanya bernama Green Supermarket dan memberi alamat barunya kepadaku.

Jadi aku naik taksi ke kota, lalu mencari supermarket itu. Sebenarnya, tidak termasuk supermarket yang sangat besar, tetapi di daerahnya, memang supermarket ini relatif lebih besar.

Hasilnya, begitu masuk ke dalam supermarket, ketika mau bertanya, Crystal Lin berjalan ke arahku.

Sambil berjalan, dia sambil berbicara dengan gadis kecil. Tanpa memperhatikan aku, aku memanggilnya, dia tidak menanggapi, aku memanggilnya Deborah Huang, barulah dia mengangkat kepalanya menatapku.

Pada saat itu, ekspresi wajahnya menjadi sedikit bingung. Seperti tidak mengenaliku.

Ini sedikit berlebihan, aku dan dia sudah sering menghancurkan satu sama lain, bagaimana bisa dia tidak mengenaliku? Apa mungkin dia juga amnesia seperti diriku?

Tapi detik berikutnya, wajahnya terlihat panik, jika dia panik, artinya dia mengenaliku.

Tapi ketika memikirkannya lagi, ini juga tidak benar. Apa yang dia takutkan? Ini bukan pertama kali aku bertemu dengannya, dan aku juga tidak tahu pendapatnya soal Yulianto Hua, apa yang membuatnya panik? Bagaimana dia harus menjelaskan rasa paniknya?

“Kenapa kamu bisa datang ke sini?” Ekspresinya terlihat buruk dan nada bicaranya sangat terdengar tidak ramah. Seharusnya dia tidak suka aku datang ke sini mencarinya.

“Apakah kamu Crystal Lin atau Deborah Huang (Deborah Huang)?” Aku langsung bertanya padanya.

Ekspresi wajahnya berubah lagi.

Novel Terkait

Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu