Takdir Raja Perang - Bab 564 Baru Bertemu Langsung Berlutut

Mendengar perbincangan antara Indra dan pemuda tersebut, orang-orang disekitar langsung menjadi gelisah.

“Eng… Enggar? Apakah ini Enggar yang dijuluki sebagai Dewa bersayap perak? Dia adalah salah satu manusia mutan teratas di Kota Taoyuan, kekuatannya sangat kuat, sebulan yang lalu, seekor binatang mutan masuk ke dalam Kota Taoyuan, lalu dibunuh oleh Enggar.”

“Tidak menyangka teman mutan pria ini adalah Enggar, pantas saja dia begitu merajalela barusan, ternyata dia juga punya orang pegangan yang merajalela.”

“Berakhir sudah, kemungkina pemuda ini benar-benar akan mati di sini hari ini, meskipun dia bisa bertarung, dia tidak akan mungkin bisa menjadi lawan manusia mutan, apalagi Enggar, Dewa bersarap perak di antara manusia mutan.”

“Huu, katanya kebaikan dan kejahatan mempunyai balasan, tetapi kenyataannya, orang jahat menikmati semua kemuliaan dan kekayaan mereka, orang miskin tidak hanya hidup di bawah, tetapi martabat mereka juga diinjak-injak… Ini benar-benar… membuat orang berpikir dunia ini sangat gelap.”

……

Enggar sangat terkenal di Kota Taoyuan, jadi, banyak orang di sekitarnya mengenalnya.

Awalnya, sebagian besar penonton terlalu meremehkan Indra, awalnya, beberapa orang bahkan membantu Welli berbicara, tapi sekarang, melihat teman mutan Indra adalah Enggar, orang-orang ini sangat ketakutan sehingga mereka tidak berani melanjutkan melihat pemandangan ini dan pergi dengan terburu-buru.

Mendengar komentar para penonton, raut wajah Nofan sangat tenang, tanpa ketegangan sedikit pun.

Dia bahkan bisa membunuh manusia mutan super, bagaimana dia bisa takut pada manusia mutan biasa? Jadi, dia sama sekali tidak takut!

Jessica melihat Nofan begitu tenang, tidak ada yang dikhawatirkan.

Dan Welli hanyalah orang pedesaan, jadinya dia tidak terlalu mengenal Enggar, meskipun dia mendengar Enggar sangat kuat dari komentar para penonton, dia berpikir bahwa putrinya memiliki secercah harapan, awalnya dia ketakutan, tapi tiba-tiba sekarang dia tidak takut.

Indra dan Enggar saling menyanjung, Enggar menepuk dadanya dan berkata kepada Indra: “Kak Indra, kita bicarakan dengan baik nanti, sekarang, beri tahu aku dulu siapa orang yang tidak tahu diri yang berani menindasmu, dan aku akan melenyapkannya sekarang.”

“Dia, dia!”

Indra sudah tidak sopan, dan dengan cepat mengulurkan tangan, dan menunjuk ke Nofan.

Enggar melihat ke arah jari-jari Indra, dan melihat Nofan berdiri di tengah kerumunan, wajahnya yang awalnya sangat sombong tiba-tiba terdiam, semua ekspresinya terdiam dalam sekejap.

Indra tidak memperhatikan Enggar, sambil menunjuk ke arah Nofan, dia berkata kepada Nofan: “Bocah, apakah kamu sudah melihatnya? Ini adalah teman mutanku, namanya Enggar, dia dijuluki sebagai Dewa bersayap perak!”

“Jika kamu takut, silakan berlutut di tanah dan mohon ampun kepadaku sekarang, aku bisa menyuruh dia untuk tidak menghajarmu.”

“Jika tidak, aku berjanji untuk memberi tahumu bahwa akan ada konsekuensi yang lebih menyakitkan daripada kematian.”

“Haha!” Nofan mencibir dan berkata: “Dewa bersayap perak? Baiklah, kebetulan aku ingin makan sayap panggang, aku akan memanggang sayapmu, pasti enak!”

Indra tertegun sejenak, awalnya dia berpikir bahwa jika Nofan melihat Enggar, dia akan takut dan langsung berbaring di tanah dan gemetaran, tapi dia melihat bahwa Nofan masih tenang dan ingin menghadapinya, sama sekali tidak ada tanda-tanda takut.

Setelah beberapa detik, Indra tersadar, dia sangat marah dan berkata: “Bagus, sangat bagus, bocah, kamu benar-benar sombong, sudah mau mati masih sombong? Setelah temanku menghajarmu, aku akan menghancurkan mulutmu, sehingga kamu tidak berani berbicara begitu sombong di kehidupan selanjutnya.”

Ketika dia berbicara sampai sini, tanpa sadar Indra menatap Enggar, dia melihat bahwa Enggar berdiri di tempat yang sama seperti “Membatu”, ini membuat Indra kebingungan dan bertanya: “Kak Enggar, kenapa kamu terdiam seperti ini? Orang itu-lah yang sudah menindasku, ssekarang, kamu bantu aku menghajarnya.”

“Meng, meng, meng, menghajarnya?” Enggar memandang Nofan dan berkata kepada Indra dengan suara gemetar: “Sialan, apakah kamu ingin membunuhku?”

Sambil berbicara, Enggar tidak ragu-ragu, dia langsung berlutut di depan Nofan dengan kaki ditekuk.

Melihat pemandangan “Aneh” ini, semua orang yang hadir tercengang.

“Ini, ada apa ini? Kenapa Enggar tiba-tiba berlutut? Operasi dewa macam apa ini?”

“Aku tidak mengerti mengapa Enggar lari menghampiri pemuda itu dan berlutut ketika dia melihat pemuda itu, apakah pemuda itu sangat hebat?”

“Enggar baru saja berteriak kepada Indra, sepertinya dia benar-benar takut pada pemuda itu.”

“Dewa bersayap perak, orang paling di takuti di seluruh Kota Taoyuan, masih takut dengan orang? Apakah pemuda ini adalah Sam Wang yang paling kuat di Kota Taoyuan kita?”

……

Semua penonton berbisik dan mulai berkomentar, mereka semua sangat bingung, mereka benar-benar tidak mengerti mengapa Enggar tiba-tiba berlutut di depan Nofan, beberapa bahkan menduga bahwa Nofan adalah Sam Wang, orang terkuat di Kota Taoyuan.

Meskipun pembunuhan Richard sudah tersebar luas di Kota Taoyuan, tapi berit itu hanya tersebar di lingkungan manusia mutan.

Bagi masyarakat awam, masih banyak orang yang belum mengetahui bahwa Richard sudah dibunuh.

Sebenarnya, penonton tidak hanya terlihat bingung, tetapi bahkan Nofan pun sedikit bingung, dia tidak mengerti mengapa Enggar tiba-tiba berlutut di depannya.

Dia menatap Enggar beberapa kali barusan, yang bisa dia yakini adalah dia tidak mengenal Enggar sama sekali, jadinya, Nofan sama tidak tahu apa yang terjadi sehingga Enggar tiba-tiba berlutut.

Setelah diteriaki Enggar, Indra terdiam beberapa saat, ketika dia melihat Enggar berlutut di depan Nofan, dia bergegas ke depan untuk menariknya dan berkata kepadanya: “Kak Enggar, ada apa denganmu? Mengapa kamu berlutut untuk bocah ini?”

“Minggir!”

Namun, Enggar menunjukan raut wajah jelek kepada Indra, ketika dia berteriak dia menumbuhkan sepasang sayap di belakang punggungnya, dengan sekuat tenaga menggerakan sayapnya, dia menerbangkan Indra sejauh lima meter, gedebuk, Indra jatuh di atas tanah, memercikkan debu dan berguling.

“Tuan Enggar, apa maksudmu? Bukankah kamu dan Kak Indra saudara dekat, bagaimana kamu bisa berlutut kepada orang-orang yang menindas kak Indra, dan malah menghajar kak Indra?”

Di sisi lain Aliana tidak bisa melihat, sambil membantu Indra berdiri, sambil mengeluh kepada Enggar.

Enggar berkata dengan murung: “Kamu wanita jalang, tutup mulutmu, siapa yang bersaudara dengan sampah ini? Kamu tidak punya kaca, memangnya siapa aku? Bagaimana aku bisa besaudara dengan sampah berusia 60 tahunan ini? Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan kalian, aku tidak keberatan untuk membunuhmu jika kamu masih berani mendesakku!”

Novel Terkait

My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu