Takdir Raja Perang - Bab 247 Apakah membunuhnya harus membuat janji terlebih dahulu?

“Ada apa?”, tanya Nofan Ye.

“Ini adalah informasi yang kudapat tadi.” Raut wajah Guntur Han sedikit tidak alami. Setelah berpikir, dia mengeluarkan telepon genggamnya, membuka sebuah pesan dan memperlihatkannya kepada Nofan Ye.

Nofan Ye hanya melihat sekilas pesan itu, wajahnya langsung suram dan mempelototi Guntur Han dengan tajam.

Lalu, dia berkata kepada Valen Zhao, “pergi ke Grandsilver Group.”

“Baik!”

Setelah Valen Zhao menjawab, dia langsung menginjak pedal gas dan melaju kencang ke Grandsilver Group.

Grandsilver Group adalah perusahaan yang cukup berada di kota Bintang. Perusahaan Inti dari Grandsilver Group tidaklah jauh dari bandara. Jadi, tidak sampai setengah jam, Valen Zhao telah sampai di Grandsilver Group.

“Valen Zhao, kamu tunggu kami di mobil saja. Biarkan aku dan Guntur Han saja yang pergi.”

Setelah berkata demikian kepada Valen Zhao, Nofan Ye pun turun dari mobil.

Guntur Han juga dengan cepat turun dan ikut dibelakang Nofan Ye.

Saat ini, raut wajahnya sangat aneh, canggung dan serius.

Baru sampai di Grandsilver Group, dua satpam menghalangi Nofan Ye dan Guntur Han.

Salah satu satpam berkata, “Kalian bukan pegawai perusahaan kami, bukan? Ada jeperluan apa datang ke kantor kami? Peusahaan kami ada aturan, jika ada orang asing, tidak akan diperbolehkan masuk ke perusahaan kami.”

“Aku mencari Marco An.”, kata Nofan Ye dengan dingin.

“Marco An?” Satpam itu terbengong, kemudian bertanya, “Ada keperluan apa kalian mencari Direktur kami? Apakah sudah buat janji sebelumnya? ”

“Apakah membunuhnya harus membuat janji terlebih dahulu?”, jawab Nofan Ye dengan emosi.

Setelah merasakan aura membunuh dari Nodan Ye, raut wajah kedua satpam itu berubah drastis.

Mereka hanyalah orang biasa yang dilatih selama beberapa bulan di tempat pelatihan , menghasapi Nofan Ye yang kejam, itu sama sekali tidak bisa tertanding. Aura membunuh yang dipancarkan Nofan Ye membuat mereka takut dan merasa kematian akan segera mendatangi mereka. Otak mereka seketika kosong.

Nofan Ye sangat marah dan malas menghabiskan waktu dengan dua satpam itu. Jadi dia langsung melewati kedua satpam itu dan masuk ke ruang utama perusahaan itu.

Setelah kepergian Nofan Ye beberpa menit kemudian, barulah kedua satpam itu sadar. Mereka menyadari bahwa celana mereka telah basah.

“Bagaimana ini? Apakah kita harus lapor polisi?”, kata salah satu satpam.

“Menurutku, lebih baik tidak!”, jawab satpam yang satunya lagi, kemudian berkata, “Orang tadi terlihat tidak mudah diganggu, jika kita ikut campur, bisa-bisa kita yang kena getahnya nanti. Bahkan keluarga kita akan kena juga.”

“Maksudmu, anggap saja tidak terjadi apapun?”

“Ya!”

Saat dua satpam itu sedang membahas, Nofan Ye telah berada di bangunan besar Grandsilver Group. Dia naik lift ke lantai sepuluh dan langsung berjalan menuju kantor Marco An.

Guntur Han yang sedari tadi mengikut di belakang Nofan Ye pun tidak berani berkata apapun. Dari pertama masuk ke Grandsilver Group, dia hanya berkata satu hal, yaitu memberitahu letak kantor Marco An.

Setelah sampai di depan kantor Marco An, tidak berbasa-basi, Nofan Ye langsung menendang pintu kantornya.

Di dalam kantor Marco An, ada seorang gadis yang sedang tidur di atas sofa.

Gadis ini terlihat sangat cantik, seperti lukisan.

Dia mengenakan setelan sekretaris. Tubuhnya yang elok, memperlihatkan garis lekukan yang menawan, sangat mempesona.

Seorang pemuda yang berusia sekitar dua puluh tahunan, sedang berdiri di samping sofa dan menikmati mangsanya. Dia sedang menikmati pemandangan gadis yang sedang tertidur di tas sofa itu. Di tangannya ada sebuah kamera.

Dia memotret gadis itu dari berbagai sudut. Setelah memotret beberapa gambar, pada saat dia meletakkan kameranya dan bersiap memadu kasih dengan gadis di sofa. Baru saja dia ingin ‘menikmati’ mangsa yang tidak mudah dia dapatkan, pintu kantor tiba-tiba ditendang. Dia sangat terkejut, kemudia memandang ke arah pintu dan melihat Nofan Ye dan Guntur Han yang berjalan masuk ke dalam.

“Siapa kalian?” Pemuda itu menaikkan alisnya, kemudian bertanya kepada Nofan Ye dan Guntur Han, “Jika tidak ada keperluan, maka keluarlah! Jika tidak, aku akan membuat kalian tidak bisa keluar dengan aman.”

Nofan Ye tidak memperdulikan pemuda itu. Ketika dia masuk ke kantor, pandangannya tertuju pada gadis yang tertidur di sofa itu.

Melihat baju gadis itu masih rapi dan belum diapa-apakan oleh pemuda itu, Nofan Ye terlihat lega.

Berdasarkan informasi dari pesan singkat radi, gadis yang tertidur di sofa ini adalah keturunan terakhir dari Keluarga Yang.

Kemusnahan Keluarga Yang di Kota Bintang merupakan sebuah luka yang membekas di hati Nofan Ye. Jika keturunan terakhir Keluarga Yang juga bermasalah, maka dia akan merasa bersalah selamanya dan tidak ada muka untuk menemui sahabatnya, Mason Yang.

Dulu, pada saat di luar negeri, Nofan Ye dan Mason Yang adalah sahabat karib. Keduanya berjuang bersama melewati lautan api, melewati hidup dan mati.

Tetapi, saat itu ketika Mason Yang baru pulang tidak lama ke kota Bintang, Keluarga Yang kota Bintang telah dimusnahkan.

Dia tidak pernah memikirkan hal tersebut sebelumnya.

Jika saja saat itu dia tidak dihadapi masalah besar dan tidak bisa melepaskan diri dari belenggu itu.

Baru saja pemusnahan Keluarga Yang di kota Bintang terjadi, Nofan Ye langsung balik ke China dan menyelidiki kebenarannya dan akan membalaskan dendam Mason Yang.

Nofan Ye memandangi pemuda yang sedang berteriak keras kepadanya dan Guntur Han, kemudian bertanya, “Apakah kamu yang memberinya obat, sehingga ia tidak sadar?”

“Apa urusannya denganmu?” Pemuda itu terlihat sombong, dia tidak menganggap Nofan Ye dan Guntur Han. Kemudian dia berkata, “Aku katakan sekali lagi. Kalian mau pergi sendiri, atau aku panggilkan satpam dan membuang kalian di tempat sampah?”

“Berani mencari masalah di Grandsilver Group, sungguh sangat berani! Apa kalian sudah bosan hidup?”

“Aku......”

Plak!!

Pemuda itu belum menyelesaikan perkataannya, Nofan Ye telah berjalan ke depannya dan menampar dengan keras ke wajahnya. Itu membuat setengah wajahnya tampak bengkak.

Tubuhnya juga mundur sebanyak dua hingga tiga meter, kemudian terjatuh ke lantai dengan menggenaskan.

“Kamu, berani-beraninya kamu memukulku?” Pemuda itu sedikit terbengong saat ditampar Nofan Ye. Begitu tersadar, dia langsung meloncat ke tubuh Nofan Ye dan ingin melawannya.

Alhasil, Nofan Ye melayangkan tendangannya dan berhasil mendarat di perut pemuda itu.

Pemuda itu terjatuh ke lantai. Meskipun dia sangat tidak senang, perutnya yang sakit membuatnya tidak bisa berdiri sama sekali.

Dia pun berteriak kepada Nofan Ye dan berkata, “Aku berutahu padamu, kali ini kalian semua akan mampus!”

“Ayahku adalah direktur Grandsilver Group, dan kalian memukulku di kantor ayahku?”

“Tidak membuat kalian mati, hatiku tidak tenang!”

Nama pemuda itu Hans An, anak dari Direktur Grandsilver Group, Marco An.

Menghadapi ancaman Hans An, pandangan Nofan Ye terlihat dingin dan berkata, “Aku tidak berkenan jika kamu menelepon ayahmu datang ke sini. Paling tidak, dibunuh sekaligus saja.”

Novel Terkait

Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu