Takdir Raja Perang - Bab 91 Papaku Adalah Peter!

"Tamatlah riwayatmu! Kamu tau tidak aku siapa?!"

Pria berambut pirang itu bergulir di atas lantai dengan menderita, bibirnya masih tetap sombong sekali, angkuh sekali.

"Kamu siapa?"

Nofan melihat si rambut pirang dari aras, bertanya dengan tertarik.

Bisa balapan liar di komplek villa Rahayu, dan juga berani menabrak orang, mengabaikan nyawa.

Perbuatan angkuh seperti ini, memang membuat Nofan sangat tertarik.

"Papaku adalah Peter! Direktur perusahaan Evergrande!"

Setelah pemuda berambut pirang mengatakan kalimat ini, keberaniannya sepertinya menjadi bertambah, mengangkat kepalanya lalu menatap Nofan dengan tajam.

Tapi saat melihat Nofan tersenyum, si rambut pirang langsung merinding, dengan cepat menundukkan kepalanya.

Nofan yang tadi sungguh memberikan trauma yang sangat dalam kepada si rambut pirang.

"Pantas saja bocah ini berani seangkuh ini."

Hati Nofan terenyuh sebentar, Direktur dari perusahaan Evergrande, Peter, salah satu empat konglomerat di Kyoto, tokoh bisnis pemilik real estate terkenal di China, industrinya tersebar di seluruh negri.

Yang paling penting, masyarakat Rahayu didirikan oleh grup Evergrande.

"Bajingan! Sudah takut bukan?! Tunggu papaku datang nanti! Kamu tinggal menunggu mati saja!"

Melihat ekspresi Nofan berubah, si rambut pirang berkata dengan sombong.

"Hehe!"

Nofan tertawa dingin, lalu menendang paha si pemuda rambut pirang, lalu terdengar lagi suara tangisan yang mengerikan.

"Cepat suruh papamu kemari untuk meminta maaf, kalau tidak aku tidak menjamin bisa membiarkanmu pulang dengan utuh!"

Suara kejam Nofan, membuat bulu kuduk si rambut pirang berdiri, seluruh tubuhnya sedang bergetar.

Si rambut pirang yang merangkak di atas lantai, air mata bercampur dengan darah memenuhi wajahnya, sekarang dia baru mengerti, anggap saja hari ini dia sedang sial, Nofan sama sekali tidak seperti orang yang dia bully dulu.

Ini adalah seseorang yang kejam!

Bukan, tapi orang kejam yang lebih kejam dari orang kejam!

Pemuda berambut pirang dengan gemetaran mengeluarkan handphone dari dalam bajunya, dengan panik menelepon papanya.

Ckitttttt....

Suara rem mendadak mobil terdengar, sebelumnya off-road hotam dan lamborgini, semuanya berhenti di hadapan Nofan dan si rambut pirang.

"Philip, kamu kenapa? Ditempat ini masih bisa menabrak mobil? Kamu juga terlalu buruk!"

"Benar! Katanya hari ini mau memutuskan siapa pemenangnya! Baru saja perlombaan dimulai, kamu sudah langsung melanggar mobil lain!"

Dua orang pemuda yang memakai pakaian trendi, dengan marah berjalan keluar dari mobil.

Satunya rambutnya bercat merah terang, wajahnya seperti lemah ginjal, satunya lagi rambutnya berwarna hijau yang membuat orang terkejut, tubuhnya gemuk, wajahnya penuh daging.

"Kamu ini siapa? Ada apa dengan Philip?"

Pemuda rambut berwarna merah berjalan dekat baru melihat keanehan, melihat Nofan yang berdiri dengan tenang dan juga Philip yang merangkak dengan miris di atas lantai, wajahnya sangat marah.

"Kebetulan kalian datang, maka tidak perlu lagi aku pergi mencari kalian."

Nofan menyeringai, menjulurkan tangannya menangkap dua pemuda itu dengan cepat terjatuh di belakang Philip, meringis kesakitan di atas lantai.

"Brengsek, kamu ini sebenarnya siapa? Berani-beraninya menyentuh kami! Kamu tidak tau......."

Kemarahan si pemuda rambut merah masih belum selesai, sudah langsung ditendang Nofan sampai jatuh.

"Berisik!"

Si gendut yang terjatuh di atas lantai bergetar, meskipun kesakitan sampai wajahnya berkerut, juga tidak berani memarahi Nofan.

"Cepat! Jangan membuang waktu!"

Nofan mengangkat kepala melihat kejauhan, melihat begitu banyak warga bagaikan lebah datang kemari dan juga satpam yang datang kemari, kakinya menendang pantat si gendut.

Stamina tubuh si gendut yang kasihan benar-benar buruk sekali, masih belum sempat mengeluarkan handphone untuk meminta pertolongan, sudah kesakitan sampai pingsan.

"Rambut pirang, gunakan waktumu dengan baik, dalam 10 menit kalau tidak ada orang datang meminta maaf, aku hanya bisa menghajarmu."

Nofan menatap si pemuda rambut pirang, senyuman di wajahnya, tidak berhenti membuat si rambut pirang gemetaran, dengan kepanikan meminta pertolongan pada telepon.

"Papa, cepat datang bantu aku! Aku sedang di komplek Rahayu".

"Benar! Komplek Rahayu yang papa dirikan! Papa jangan mengurus begitu banyak! Cepat datang tolong aku! Kalau tidak sempat, maka aku tidak akan bisa bertemu papa lagi!"

.........

Tangisan tersedu-sedu si rambut pirang, perkataan yang sangat terbiasa, membuat Nofan sangat curiga, apakah si rambut pirang sering sekali meminta pertolongan kepada papanya.

"Masih bisa, nanti harusnya masih sempat membuatkan makan malam untuk Merry."

Nofan melihat jam tangannya, menghela nafas lega.

Kyoto, clubhouse Anlan.

Ruang teh yang elegan, penuh dengan aroma semerbak.

"Calvin si bocah itu benar-benar keras kepala sekali, sekarang menyesal juga sudah terlambat, tidak hanya mengantarkan dirinya masuk ke pedalaman Hajoran, juga membawa seluruh keluarga Yu menuju kehancuran."

Pemuda berbaju hitam duduk di atas kursi sedang menikmati teh, berkata dengan menyayangkan.

"Kakak kedua, kamu juga yang pintar melihat situasi, tidak sepertiku, gegabah sekali, hampir saja membuat diriku dikeluarkan dari rumah, untungnya ada kakak keempat yang membantuku, kalau tidak sekarang teh ini saja aku bahkan tidak sanggup minum lagi.

Kai yang memakai mantel mereka kotak, berkata dengan senyum pahit.

"Ini juga karena kamu bodoh, sejak kapan selera si Calvin itu pernah benar, siapapun bisa melihat kalau bocah itu ada hubungan dengan pihak tentara, latar belakangnya sangat berkuasa, kamu juga berani mengarahkan pistol padanya!"

Kevin yang botak melihat Kai tidak senang, memarahinya dengan pelan.

"Setelah berbuat salah mau berubah adalah hal paling baik, Kai kamu lain kali jangan gegabah lagi, meskipun kita adalah anak orang kaya, tapi jangan sama dengan orang yang tidak berotak."

"Sebelum berhubungan dengan orang dan melakukan sesuatu, harus tau, orang mana yang bisa disinggung, orang mana yang tidak boleh disentuh."

Pemuda berbaju hitam memutar badannya, menjulurkan tangannya menaikkan kacamata hitam diatas hidungnya, berkata dengan serius.

"Aku akan mendengar perkataan kakak kedua."

Kai mengangguk dengan tulus.

"Ceritanya, dimana kakak keempat? Dia tidak mungkin tidak tau kan kalau aku baru kembali dari luar negri? Lama tak berjumpa, sekarang bahkan menyambutku pun sudah malas?"

Pupil mata si pemuda baju hitam sedikit dalam, melihat ke sudut ruang teh, bertanya dengan sedikit heran.

Kevin tertawa pelan: "Kakak kedua mungkin tidak tau kalau Veronica sudah kembali ke Kyoto bukan?"

Si pemuda berbaju hitam menunjukkan wajah mengerti, mengangguk: "Pantas saja......bocah ini benar-benar lebih mementingkan pacar daripada teman."

Di perjalanan menuju klub Rahayu, sebuah mobil Maybach mahal menarik tatapan banyak orang jalanan, apalagi ketika melihat pria tampan yang duduk didalamnya, banyak sekali wanita yang terpikat padanya.

Sebelah tangan pemuda itu bertengger di atas jendela mobil, matanya melihat kedepan.

Saat klub Rahayu muncul di penglhatannya, bibir pemuda itu tersenyum dingin.

"Aku ingin melihat sebenarnya bocah itu dari mana, bisa begitu memikatmu."

Klub Rahayu, disebuah jalanan kecil sepi, Merry menarik tangan Veronica, dengan cepat berjalan mendekat ke Nofan.

"Merry, jangan terburu-buru."

Blazer yang dipakai Veronica ditarik sedikit miring, menampakkan bahu putihnya yang bisa membuat orang mimisan.

Setelah beberapa saat, langkah kaki Mery tiba-tiba berhenti, memasang ekspresi ragu.

"Veronica, kenapa aku lihat orang ini mirip sekali dengan kakakku?"

Tubuh Veronica sedikit bergetar, tatapannya dengan cepat melihat kedepan.

Melewati sebuah kerumunan yang kacau, Veronica dengan cepat melihat Nofan yang berdiri tegak dan tenang diantara kerumunan orang.

Seperti merasakan tatapan dari Veronica, Nofan yang di antara kerumunan orang itu mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Veronica.

Hati Veronica berdegup kencang, dengan cepat menundukkan kepalanya.

"Aku sampai curiga apakah kamu adalah adik Nofan atau bukan, bukankah itu adalah kakakmu?"

Veronica sedikit tidak bisa berkata-kata mencubit wajah Mery, berkata dengan kesal.

"Jadi sekarang apakah kita masih mau kesana?"

Wajah Mery menderita, tentunya dia bisa mengenali Nofan, tapi memikirkan dirinya diam-diam keluar ikut dalam keramaian, sedikit khawatir apakah Nofan akan memarahinya atau tidak, jadi berpura-pura tidak mengenali Nofan.

"Tentu saja pergi, sepertinya kakakmu bertemu sedikit masalah."

Veronica melihat segerombolan satpam yang datang dari kejauhan, keningnya berkerut.

"Ah? Kalau begitu ayo kita cepat pergi."

Wajah Mery terkejut, sedikitpun tidak menunda, menarik Veronica dengan cepat berjalan ke arah Nofan.

Novel Terkait

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu