Nikah Tanpa Cinta - Bab 315 Tidak keluar

Dalam ruang rapat yang kosong hanya tersisa aku dan Aulex Tsu. Aku juga mengamatinya dengan serius.

Gen Keluarga Tsu benar-benar bagus, Julian Tsu adalah pria tampan yang memecah rekor, Aulex Tsu ini meskipun tidak setampan Julian Tsu, tapi juga termasuk pria tampan.

“Kamu bermarga Yao, betul?” Aulex Tsu memandang aku.

“Benar, nama aku Ivory Yao.” Jawabku.

“Dari kecil kamu bermarga Yao?” Dia menanyakan pertanyaan yang aneh.

Walaupun pertanyaan ini terdengar aneh, tapi sebenarnya juga tidak tiba-tiba. Aku kira-kira mengerti apa yang dia pikirkan.

“Dari kecil bermarga Yao.” Jawabku dengan tenang.

“Hm.” Dia mengangguk, “Aku ada dengar Julian ada dekat dengan seorang wanita, itu kamu?”

“Aku dan CEO Tsu adalah kakak adik, aku memanggilnya kakak.” Jelasku.

“Aku dengar dia sakit, masih dirawat inap?” Tanya dia tiba-tiba, dan matanya menatap lurus ke aku, seolah mau melihat isi pikiranku.

Aku membalas tatapannya dengan datar, “Tidak, kakak kedua sudah sembuh, tapi dia sedang mempersiapkan proyek baru, jadi tidak keluar.”

“Begitukah? Proyek apa itu?” Dia tetap mengamati aku.

“Sepertinya proyek tentang sumber energi baru, detailnya aku juga kurang jelas. Kakak kedua punya satu kebiasaan, sebelum dia memikirkan proposal perencanaan dengan jelas, dia tidak akan membocorkannya. Kalau CEO Tsu tertarik, boleh tanya sendiri ke kakak kedua.”

Tentu saja aku sengaja menyuruhnya bertanya ke Julian Tsu. Julian Tsu sekarang tidak dapat berjalan, pada dasarnya juga tidak akan memberitahu siapa pun rahasia ini, jadi tentunya juga tidak akan menemui Aulex Tsu.

“Setelah pulang ke sini aku memang mau menemuinya, tapi mendengar dia menyendiri untuk memikirkan proyek, aneh sekali. Lalu apakah kamu bisa membantu aku menyampaikan janji bertemu dengannya? Bilang saja sesama saudara sudah sekian tahun tidak bertemu, aku sangat ingin menemuinya.”

Hampir tanpa ragu-ragu aku mengiyakan, “Kakak kedua pasti senang mendengar CEO Tsu pulang.”

“Kamu jangan memanggil aku CEO Tsu lagi, ada begitu banyak orang di Keluarga Tsu, begitu banyak CEO Tsu, tidak bisa dibedakan dengan jelas, kalau memang kamu memanggil Julian kakak kedua, kamu panggil aku kakak pertama saja. Atau panggil aku kak Aulex?”

Aku tertawa tanpa menjawab. Aku tidak berniat memanggilnya kakak pertama, bukan semua orang bisa membuat aku memanggil dengan sebutan kakak pertama.

“Baiklah kalau begitu, kamu bantu aku mengajak Julian untuk makan malam bersama malam ini.”

Aku mengangguk menyanggupi lagi, “Baik, CEO Tsu, kalau tidak ada apa-apa lagi, aku pergi dulu.”

“Baik, kamu pergilah.” Aulex Tsu melambaikan tangan.

Aku datang ke tempat parkir, kemudian pergi dari situ, aku menyetir dengan lamban, sambil memperhatikan apakah ada mobil yang membuntuti aku.

Ternyata benar, ada sebuah mobil Toyota putih mengikuti aku di belakang. Aku pelan, dia juga pelan, aku cepat, dia juga cepat. Setelah memastikan dia memang membuntuti aku, aku mengubah arah ruteku menuju villa Julian Tsu.

Dia juga terus mengikuti sampai sekitar villa Julian Tsu, kemudian tidak membuntuti lagi.

Aku memarkir mobil, kemudian masuk ke villa. Hampir semua pembantu Julian Tsu mengenal aku, aku meminta mereka untuk menyiapkan makan siang, aku mau makan di sini.

Aku pergi ke ruang kerja Julian Tsu, meneleponnya dan memberitahu dia bahwa ada mobil yang membuntuti aku, jadi sementara aku tidak dapat pulang ke Nanju Villa.

Dia menjawab, “Kamu tidak perlu pulang, dua hari ini kamu tinggal di tempatku. Nanti malaman kamu baru ke sini dan kita berunding.

Setelah makan siang, aku keluar lagi dengan mobil, ternyata Toyota putih tersebut masih belum pergi, dia membuntuti aku lagi. Aku berkeliling dulu di plaza yang lebih besar di Kota Y, kemudian SPA dengan menggunakan kartu yang Julian Tsu beri, saat kembali ke villa Julian Tsu, hari sudah sore.

Aku memarkir mobil, meminta pembantu mencarikan setelan pakaian ganti, memakai helm, kemudian keluar dari villa dengan motor yang biasanya pembantu pakai untuk pergi membeli sayur. Toyota putih itu masih di sana, tapi kali ini dia tidak membuntuti aku. Orang di mobil itu pasti mengira aku masih di dalam villa.

Untuk menjaga-jaga, aku memarkir motor tersebut di tempat parkir pasar, lalu lewat pintu belakang aku naik taksi.

Sampai di sekitar Nanju Villa, aku keliling lagi di plaza, setelah memastikan tidak ada yang mengikuti aku, barulah aku masuk ke Nanju Villa.

Julian Tsu sedang berendam dengan obat tradisional, aku menunggu sekitar belasan menit, baru dia keluar dengan kursi roda.

“Kakak kedua, kamu sudah lebih baik?”

“Perlu pelan-pelan untuk memulih, hari ini bagaimana?”

Aku melaporkan keadaan rapat dan pendapat dari masing-masing orang. Dia mendengar dengan diam, juga tanya sebentar di bagian yang tidak jelas. Setelah selesai mendengar, dia merenung dengan diam. Aku yang duduk di sampingnya juga tidak bersuara.

Kemudian aku teringat sesuatu yang mendesak, “Oh iya kakak kedua, CEO Tsu itu mau mengajak kamu makan, waktunya malam ini, aku sudah menyanggupinya, sekarang harus bagaimana menghadapinya?”

“Aku telepon ke dia saja.” Ujar Julian Tsu, “Kamu dorong aku ke taman di luar saja, keadaan sekitar jangan terlalu sepi.”

Aku mendorong kursi roda Julian Tsu ke taman, Julian Tsu menelepon ke Aulex Tsu, isi teleponnya mengatakan awalnya mau makan bersama, tapi karena baru sembuh dari penyakitnya, lambungnya masih tidak nyaman, jadi makan bersamanya lain hari saja.

Usai mengobrol sepatah dua patah kata, Julian Tsu mematikan telepon. Kemudian ia berdiam diri agak lama di situ.

Aku tidak menganggunya, sampai ketika pembantu sudah selesai mempersiapkan makan malam, aku baru mendorongnya masuk.

Tubuh Julian Tsu terlalu lemah, makannya sangat tawar. Sedangkan aku juga karena ada masalah di dalam hati, jadi tidak nafsu makan..

Julian Tsu selesai makan terlebih dahulu, kemudian perlahan meminum teh obatnya. Tidak berhentinya dia menyuruh aku makan yang banyak, dia bilang aku juga baru keluar dari rumah sakit, perlu menambah nutrisi.

Sehingga aku memaksakan diri untuk makan banyak sedikit, telepon dari Yulianto Hua datang lagi.

Belakangan ini dia sangat lengket, bahkan lengketnya ini tidak masuk akal. Karena dia sudah menjaga aku di rumah sakit selama satu minggu, aku juga sudah lumayan menghargainya. Tapi orangnya ini adalah jenis orang yang dikasih hati minta jantung, asalkan dilengketi olehnya, dia tidak akan melepaskan aku dengan gampang.

Aku menepi untuk mengangkat telepon dan membohonginya aku sedang rapat. Dia berkata, “Sudah jam berapa sekarang, kamu masih rapat? Kamu buka video biar aku lihat.”

Tindakan yang sedikit-sedikit mau membuka kamera video ini membuat aku sangat tidak suka, padahal sudah bukan anak kecil, mana ada yang seperti ini? Aku bilang tidak leluasa, kalau ada apa-apa cepat katakan saja, kalau tidak ada apa-apa aku matikan dulu.

Dia protes sikapku tidak baik, aku pun tidak menghiraukannya. Mungkin dia juga tidak ada hal penting yang mau dibicarakan, jadi setelah basa basi aku pun mematikan telepon.

“Yulianto Hua lagi?” Tanya Julian Tsu sambil tertawa.

Aku mengangguk dengan tidak enak hati, tidak tahu harus bagaimana menjelaskan hal ini. Karena Julian Tsu tidak setuju aku tetap bersama Yulianto Hua. Tentu saja dia juga tidak bermaksud lain, memang hanya demi kebaikanku.

“Kamu dengan dia bagaimana sekarang?”

“Sejak setelah pulang dari Kota Y aku sakit. Kemudian menjalani pengobatan dan diisolasi, dia tidak percaya yang seperti ini, jadi terus menemani di samping. Setelah itu ada sedikit kontak. Pada dasarnya hanya begitu saja, tidak ada yang lain.”

Julian Tsu mengangguk, “Kelihatan sekali kamu memang menyukainya. Kamu tidak pernah benar-benar melepaskan dia.”

Aku segera membantah, “Tidak juga, tapi aku mau benar-benar putus hubungan dengannya itu tidak terlalu memungkinkan, karena aku dan dia punya anak bersama. Aku harus kontak dengannya, baru bisa tahu kabar anakku.”

Ini adalah perkataan jujur, tapi sepertinya juga mencari alasan untuk aku sendiri.

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu