The Revival of the King - Bab 156 Teman Makan Teman

Sesampainya Terry di Red Lantern Hotel, ia pun menyadari bahwa interior di sana sebenarnya tidak bisa dibilang mewah juga, namun sangat ramai, makanan-makanan yang dijual juga tidak begitu cantik, namun sangat sesuai dengan selera orang kebanyakan.

Harga-harga makanan yang tertera di bawahnya juga tidak begitu mahal.

Lobby restoran ini juga sangat unik, tidak ada meja bundar besar untuk sepuluh orang seperti restoran lainnya, kebanyakan meja di sana adalah meja kotak, dan yang paling besar hanya bisa diduduki oleh enam orang, para pengunjung yang datang kebanyakan adalah keluarga-keluarga kecil yang terdiri dari tiga atau empat orang, kelihatannya sangat harmonis.

Tiba-tiba, Terry pun menyadari, bahwa restoran itu tidak harus mewah, tapi harus memiliki keunikan tersendiri.

Ia juga menyadari, di Kota Jiang, kalau orang-orang lebih suka gaya yang merakyat seperti ini, berarti kemewahan Restoran Mulia Sejahtera juga bisa dianggap sebagai satu keunikan.

Karena Red Lantern Hotel terletak di daerah kota yang ramai, tempat parkirnya sangat terbatas, tepat sekali kalau digunakan untuk melayani tamu-tamu dalam jumlah kecil seperti ini.

Berbeda dengan Restoran Mulia Sejahtera, karena restoran itu terletak di kompleks perumahan yang baru saja digarap, di depannya ada banyak sekali lapangan parkir, di dalam perumahan itu juga ada tempat parkir bawah tanah, buat restoran ini menjadi sebuah restoran besar tempat mengadakan acara, kalau bisa mengadakan semua pesta perkawinan atau acara dukacita, dan bahkan pesta kenaikan kelas, satu bulanan dan sebagainya di sana, bisnisnya juga pasti akan sangat ramai.

Terry sedang melihat-lihat area lobby itu, tiba-tiba seorang pelayan berjalan ke arahnya dan bertanya, "Selamat siang, Tuan, berapa orang?"

Belum sempat Terry membuka mulutnya, tiba-tiba suara Ella pun terdengar dar belakangnya, "Kami telah memesan ruangan kencan."

"Oh, silahkan naik ke atas."

Terry mengikuti Ella naik ke ruangan kencan di lantai dua.

Di restoran lain, yang dimaksud dengan ruangan kencan itu sebenarnya hanyalah sebuah cloud plain sofa, sofa besar yang sangat tinggi dan tertutup melingkar.

Namun di restoran ini, setiap cloud plain sofa ia buat menjadi sebuah ruangan sendiri-sendiri, penataannya juga sangat romantis.

Ruangan itu tidak ada pintunya, hanya ditutup dengan sebuah gorden yang digantung, dinding-dinding di ruangan itu dipenuhi dengan stiker-stiker kartun, selain dinding yang memiliki jendela.

Begitu masuk ke dalamnya, ruangan itu terlihat seperti sebuah kamar gadis kecil yang lucu.

Kalau ruangan itu diisi dengan dua orang yang duduk saling bertatapan, sudah sangat pas, rasanya kalau diduduki dengan empat orang terlalu sempit.

Setelah mereka berdua duduk berhadapan, Ella pun memesan beberapa makanan, namun menyuruh sang pelayan untuk menyiapkan tiga set peralatan makan.

Terry tercengang.

Awalnya ia masih berpikir bahwa Ella mengajaknya kemari, pasti karena Ella tahu siapa dirinya dan ingin mendekatinya.

Terry juga ingin memanfaatkan Ella untuk membalas Edison, dan meluapkan kemarahannya terhadap Daniel.

Sebenarnya, pembalasan yang paling bagus untuk Daniel adalah dengan cara meniduri Penny, namun masalahnya Penny adalah ibu tirinya, tentu saja ia tidak mau melakukan hal-hal yang menyeleneh seperti itu, oleh karena itu Terry pun menjadikan Ella sebagai target barunya.

Awalnya ia mengira bahwa Ella sendiri yang mau menyodorkan dirinya pada Terry, ia juga masih berpikir, kira-kira Ella akan langsung melompat pada topik utamanya, atau ingin berputar-putar terlebih dahulu, namun tak disangka ternyata Ella malah mengajak orang lain pula, Terry benar-benar merasa terkejut, juga agak sedikit malu.

"Kenapa, kau masih mengundang orang lain juga, Kak Noah atau Edison?"

Ella tersenyum lebar, ia melepaskan sepatu hak tingginya di bawah meja, lalu mengelus-elus betis Terry dengan kakinya yang mengenakan stocking itu sambil berkata, "Dirut, apa kau ini menganggap aku sebagai anak yang nakal? Di ruangan kencan yang romantis seperti ini, satu pria saja sudah cukup, kalau ditambah dengan satu pria lagi, rasanya terlalu berlebihan."

Aduh!

Tingkah genit di bawah meja ini pernah terbesit beberapa kali di dalam otak Terry, namun di dalam bayangannya itu, yang sedang mengelus-elus betisnya di bawah meja seperti itu kalau bukan Daisy Fang, ya Valentine Li.

Bayangan yang indah itu bisa dibilang telah menemani Terry selama tujuh tahun di Negara S.

Tak disangka, ternyata mimpinya itu kini menjadi nyata, namun yang duduk di hadapannya itu bukanlah Daisy ataupun Valentine, melainkan Ella.

Karena Ella sendiri yang langsung menggodanya, Terry pun tahu, pembalasannya kepada Edison pasti akan terlaksana.

Namun Terry sama sekali tidak merasakan apa-apa, dengan sangat tenang ia bertanya, "Kalau begitu maksudmu meminta peralatan makan lebih adalah......"

"Rahasia! Hehe, nanti kau juga akan tahu."

Meskipun Ella tersenyum senang, namun sebenarnya hatinya merasa sangat menyesal.

Ia tak menyangka bahwa tingkah genitnya itu akan dibiarkan begitu saja oleh Terry.

Awalnya, Ella mengira, karena hubungan Ella dengan Noah, Terry akan menghormatinya dan berjaga jarak dengannya, atau merendahkannya dan menganggap dirinya sebagai wanita murahan, oleh karena itu Ella memikirkan cara lain, ia hendak membuat Terry berhubungan dengan seorang wanita, setelah Terry masuk dalam perangkapnya, barulah ia akan maju sendiri.

Namun Ella tak menyangka, Terry memiliki masalah denagn Daniel, dan sedang mencari cara untumembalasnya, kemunculan Ella ini telah memberikan sebuah kesempatan bagi Terry.

Tak lama, sang pelayan pun membawakan peralatan makan dan hidangan mereka, Ella pun meletakkan peralatan makan yang lebih itu di sebelah Terry.

Setelah sang pelayan itu pergi, sekujur tubuh Terry merasa sangat kaku karena sentuhan kaki Ella di bawah meja, namun ia berlagak seolah tidak terjadi apa-apa, sambil tersenyum ia bertanya, "Kita mau makan sekarang, atau menunggu rahasiamu ini datang?"

Ella tersenyum, baru saja ia hendak memindahkan peralatan makan itu ke sebelahnya, pintu gorden ruangan itu pun terbuka, dan Yunisha Yang pun muncul di depan pintu.

"Apa maksudnya? Ella, kenapa tiba-tiba kau......"

Belum saja selesai bicara, Yunisha pun tercengang melihat Terry yang ada di sana juga.

Ternyata Ella salah mengira, karena Terry telah melihat dirinya dan Noah di dalam mobil, mungkin Terry tidak akan menerima dirinya semudah itu, oleh karena itu ia ingin 'menjodohkan' Terry dan Yunisha terlebih dahulu, setelah mereka berdua bermain-main sampai puas, ia akan bergabung dengan mereka, dengan begitu Terry tidak akan menolaknya.

Waktu itu, saat Terry duduk di dalam mobil dan membawa Noah ke rumah sakit untuk memenuhi janji mereka dengan Kenan, Ella sudah memiliki ide ini.

Ia mendengar Terry menyebutkan nama Kenan Liu, dan istri Kenan adalah Yunisha Yang, sahabat baiknya.

Karena Kenan adalah musuh Terry, rasanya pasti sungguh sangat puas baginya, kalau ia bisa mempermainkan istri Kenan.

Tak heran orang-orang selalu berkata bahwa kita harus berhati-hati pada teman yang suka makan teman, kebanyakan para sahabat-sahabat baik itu bukannya mempertahankan pertemanan mereka, malah menjebak teman mereka sendiri.

Namun Ella kini menyesal, karena awalnya ia ingin agar Yunisha dan Terry duduk bersama, baru saja ia hendak memindahkan peralatan makannya, tak disangka Yunisha pun datang.

Ia pun hanya bisa berdiri dan berkata pada Yunisha, "Yuni, kalau hanya aku sendirian saja, tak mungkin aku mengajakmu kemari, tapi hari ini ada seorang pria tampan, jadi......"

Yunisha tak menyangka bahwa Ella mengenal Terry, ia lebih tidak menyangka lagi kalau Ella hendak 'menjodohkannya' dengan Terry.

Sejak pertama kali bertemu dengan Terry di departemen penjualan, Terry telah memberinya sebuah kesan yang dalam, lalu di rumah sakit juga pernah bertemu lagi sekali, pujian langsung dari Terry waktu itu, tak hanya membuat hati Yunisha berbunga-bunga saja, ia bahkan merasa bahwa Terry sedang menggodanya.

Tiba-tiba saja, Terry dan Ella muncul bersama di hadapannya, mereka juga telah menyiapkan satu set peralatan makan juga untuknya, dan diletakkan di samping Terry, Yunisha pun mengira bahwa Terry masih terus memikirkannya, dan entah dari mana, Terry mengetahui bahwa Ella adalah sahabatnya, oleh karena itu ia menyuruh Ella untuk mengajaknya bertemu.

"Hai, Tuan Fan!"

Yunisha tersenyum sambil menganggukkan kepalanya pada Terry, setelah itu ia berpikir sejenak, apa ia akan duduk di sebelah Terry?

Novel Terkait

1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu