The Revival of the King - Bab 339 Hotel Holiday Inn

Meski Terry Fan memang lihai, Ellena tidak sepakat dengan sikap Wellington yang ketakutan hingga nyaris mendewakan pria itu

Menurut pendapatnya, tidak peduli seberapa lihai Terry Fan, akhir dari setiap musuh Biro Intelijen Barat pasti adalah kematian.

Karena Terry Fan cepat atau lambat akan mati di tangan agen Biro Intelijen Barat, mengapa agen yang membunuh dia bukan dirinya sendiri saja?

Terhadap kekhawatiran Wellington, Elena berkata dengan percaya diri: “Tubuhku dimanfaatkan olehnya merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari, tetapi tidak akan sampai merenggut nyawa juga. Aku yakin sekali dia saat ini sangat ingin mencapai kesepakatan dengan kepala biro, sementara aku adalah agen yang punya kedudukan tertinggi dibanding semua agen yang ia kenal. Dia tidak akan membunuhku, sebab dengan membunuhku, dia tidak akan bisa memanfaatkanku untuk membangun komunikasi dengan kepala biro lagi.”

“Kamu terlalu percaya diri, sadar tidak?” Wellington membalas: “Meski Terry Fan ini biasanya berperilaku cukup santai, namun sekalinya dia memberontak, pemberontakannay juga akan sadis dan tanpa memedulikan apa pun. Akhir dari kisah John Duan dan Hans Duan sudah membuktikan ini.”

“Itu karena keduanya sudah tidak punya nilai guna lagi. Aku selalu akan punya.” Elena tiba-tiba bertanya: “Bisakah kamu bermain bridge?”

“Tentu saja, ada apa?”

“Bridge juga seperti ini, seringkali pihak dengan kartu yang terbuka memiliki peluang lebih besar untuk menang. Aku sekarang berada di sisi pihak itu, sementara kepala biro adalah bandar. Tidak peduli selihai apa pun Terry Fan, peluang kemenangan kami sama-sama lima puluh persen.”

Wellington bertanya tidak paham: “Bukankah kamu bekerja di area Negara C? Ini adalah Negara T, mengapa kepala biro harus menugaskan kamu masuk?”

“Siapa suruh Terry Fan dan rekannya muncul di perbatasan Negara C? Mungkin, ini adalah takdir pertemuan antara aku dan dia!” Elena melirik Wellington: “Cepat perintahkan orang untuk membantu pencarian Nyonya Shangguan dan Jessy Shangguan. Perkara Terry Fan, berhubung kamu tidak punya nyali, maka biar aku yang urus.”

“Sekarang juga berangkat? Tidak mau “begituan” sekali lagi dulu?”

“Kamu harus hemat tenaga. Begitu keduanya ditemukan, bukankah akan memalukan jika kamu tidak punya tenaga lagi untuk menghabisi Terry Fan? Aku juga ingin menghemat tenaga untuk menikmati dan memainkan tubuh berondong itu. Tanpa naik ke ranjang dengannya, aku tidak akan bisa menahan gerak-geriknya!”

Si pria mengangkat bahu: “Perlukah aku menugaskan orang untuk mengantarmu?”

“Tidak. Jika masih membutuhkan seseorang untuk melindungiku di Negara T, sia-sia aku sudah bekerja di perbatasan Negara C selama beberapa tahun.”

Setelah berbicara, Elena berbalik badan dan pergi.

Sesuai instruksi Terry Fan, Wellington segera memerintahkan anak buahnya berpencar untuk mencari Nyonya Shangguan dan Jessy Shangguan di semua sudut pinggiran kota.

Sepanjang hari, dengan bantuan dua pickup, Terry Fan mencari kemana-mana di area pesisir.

Sudah menugaskan orang-orangnya untuk berpencar, waktu berlalu berjam-jam, Wellington tidak juga berhasil menemukan Nyonya Shangguan dan Jessy Shangguan.

Sore harinya, Terry Fan berkomunikasi dengan Wellington lagi. Kedua belah pihak sudah menelusuri semua teritori dari semua fraksi, namun pencarian tetap tidak berbuah. Tidak ada warga ibu kota yang mengenal keduanya. Satu info yang bermanfaat hanyalah seseorang bilang bahwa dia pernah melihat sekelompok wanita disekap di hotel.

Terry Fan agak curiga dengan ini.

Ia menyuruh Wellington dan orang-orangnya melanjutkan pencarian, juga meminta dua pickup untuk terus mencari andai ada sudut area pesisir yang belum dilewati.

Dengan hanya membawa pistol, Terry Fan memutuskan untuk pergi ke Hotel Holiday Inn demi menemui Elena.

Hotel Holiday Inn sangat megah. Fasilitasnya juga begitu lengkap, termasuk kolam renang, arena bowling, ruang biliar, dan kasino. Jadi, hotel ini layak disebut “negara di dalam negara”.

Yang menarik adalah bahwa pihak-pihak yang bertikai menggunakan hotel ini sebagai panggung pertukaran informasi intelijen. Para prajurit fraksi saling tembak-menembak di luar, sementara pemimpin-pemimpin mereka bersulang miniman dan berbincang seru di sini.

Jelas, Hotel Holiday Inn telah menjadi surga bagi mata-mata dan agen. Demi kepentingan pribadi, semua fraksi juga memerlukannya sebagai sarana komunikasi.

Meski bertempur sampai titik darah penghabisan untuk memperebukan tanah dan jalan, tidak ada fraksi yang menyentuh bangunan hotel.

Ini juga menjadi pemandangan aneh di ibu kota Negara T.

Ketika bergegas masuk, Terry Fan menemukan sesuatu yang lebih menarik.

Yang berjaga di depan pintu hotel adalah prajurit berbagai fraksi. Dilihat dari pakaian, mereka setidaknya utusan dari selusin fraksi. Semua bersinergi demi menjaga hotel.

Ketika Terry Fan memasuki pintu, alarm pintu berdering.

Para penjaga segera memintanya untuk menitipkan senjata.

Ternyata, pihak-pihak yang bertikai punya suatu “aturan adat”. Kecuali penjaga di depan pintu, semua orang yang memasuki hotel tidak diperkenankan membawa senjata.

Apa kewarganegaraanmu, kamu bagian dari fraksi mana, mana fraksi yang kamu dukung, semuanya tidak penting. Asal tidak membawa senjata dan punya daya beli yang cukup, kamu boleh masuk.

Setelah menitipkan senjata, baru tiba di aula, Terry Fan mendengar Elena berteriak dari samping: “Halo, Tuan Fan. Kedatanganmu dini sekali, aku memang semenggoda itu ya!”

Terry Fan menoleh dan menjumpai Elena sedang duduk dengan Pierce di sebelah sofa. Tangan keduanya memegang segelas anggur merah.

Elena bangkit berdiri untuk menyambutnya.

Begitu melihat Terry Fan, raut wajah Pierce menjadi sangat aneh.

Mereka mengenal satu sama lain, namun tidak pernah berjumpa dengan jarak sedekat ini.

Pierce tidak pernah memandang Terry Fan sebagai sosok lawan yang setara, namun beberapa pasukan prajurit bayaran yang dibuatnya di Negara S semuanya pernah dimusnahkan oleh si pria yang baru datang.

Saat ia bersiap untuk menyerang lagi, Badan Intelijen Barat menerapkan program pengasuh dan memerintahkan dirinya untuk tidak memasuki Negara S lagi.

Dan sekarang, ketika terlibat dalam perang di Negara T, ia tiba-tiba menerima kabar dari atasan bahwa Terry Fan juga datang ke negara ini. Tanpa banyak menimbang, Pierce langsung membulatkan tekad untuk membunuh Terry Fan dengan segala cara.

Tetapi, usahanya untuk mengutus orang-orang demi menghambat perjalanan Terry Fan kemarin berakhir sia-sia. Yang mau dihambat sama sekali tidak terluka, sementara pasukan yang ia utus sepenuhnya lenyap.

Kejadian itu membuktikan bahwa ia harus punya antisipasi yang besar pada Terry Fan.

Namun, sebagai pria bertinggi badan nyaris dua meter senti dan berberat badan nyaris seratus lima puluh kilogram, Pierce tidak juga bisa memahami bagaimana bisa seseorang bertinggi badan hanya seratus delapan puluh senti dan berberat badan tidak sampai delapan puluh kilogram bisa punya kekuatan selihai itu……

Ia selalu merasa bahwa orang-orang Timur lebih mengandalkan taktik. Jika murni mengandalkan fisik, Terry Fan jelas akan kalah telak darinya.

Dengan pemahaman ini, meski pasukannya sudah berkali-kali ditaklukkan, ketika berjumpa langsung dengan Terry Fan, Pierce sama sekali tidak merasa takut. Ia paling cuma agak malu.

Terry Fan melirik Pierce, lalu tersenyum dan bertanya pada Elena: “Ini Pierce?”

“Kenapa? Kalian tidak pernah saling berjumpa? Kudengar kalian sudah lama bertempur di Negara S, kok bisa-bisanya tidak saling kenal? Oke, izinkan aku saling mengenalkan kalian.”

Novel Terkait

Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu