The Revival of the King - Bab 286 Perasaan Yang Sebenarnya

Tak perlu dikatakan, saat menuju bandara di malam hari, polisi pasti akan datang, tetapi ada dua hal yang sangat penting perlu dilakukan di sore hari, Terry Fan tidak punya waktu untuk menjelaskan kepada Valentine Li, jadi dia hanya mengangguk lalu buru-buru menyesal.

Baru saja dia sampai di depan pintu, ponsel Terry Fan berdering, dia mengira itu telepon dari Ella Chen, tapi saat dia mengeluarkan ponsel dan melihatnya, itu adalah nomor dari orang tak dikenal.

"Halo, siapa ya?"

Suara seorang wanita yang sangat menyenangkan datang dari telepon, "Stella Dong. Hei pemimpin, bisa beri pernyataan yang meyakinkan tidak?"

Stella Dong?

Nama yang tidak dikenal memanggil dia pemimpin, apa mungkin salah telepon?

Oh, kapten tim SWAT wanita polisi bersenjata itu?

“Rupanya nona Dong ya? Aku bukan pemimpin. Oh, Aku lupa bilang, kita naik pesawat jam 2 pagi dan terbang dulu ke Negara C, lalu dari …."

Sebelum Terry Fan selesai berbicara, Stella Dong menutup telepon.

Apa-apaan!

Tadi masih memanggil dirinya pemimpi, lalu dia langsung menutup telepon sebelum aku selesai bicara, ngerti sopan santun tidak?

Terry Fan menggeleng, ketika dia bersiap hendak masuk ke jalan pejalan kaki, belum jalan beberapa ratus meter, telepon Stella Dong masuk lagi.

“Pemimpin, aku sudah membeli dua tiket ke Negara C, karena tidak punya KTP-mu, tiket pesawatnya kamu beli sendiri, nanti tinggal aku kembalikan uangmu."

Ternyata Stella Dong buru-buru menutup telepon untuk mengecek apakah ada tiket?

Terry Fan tahu, dari awal memang tidak banyak orang yang terbang ke daerah itu, belum lagi penerbangan di malam hari, ditambah Negara T sedang bertempur, hanya ada mereka yang terbang dari daerah itu kemari, sedikit orang yang terbang menuju daerah situ, jadi tidak perlu buru-buru beli tiket.

"Aku mengerti. Tapi uang tiketnya tidak perlu kalian ganti, aku sudah pernah bilang …."

“Malam pergi jam berapa?"

Gila, tidak sopan sekali, belum selesai bicara sudah disela? Sepertinya masih marah.

"Sebelas."

"Kusarankan sedikit lebih awal, akan memakan waktu satu jam untuk mengemudi, tapi kalau sampai terjadi hal di luar dugaan saat di sedang di jalan bagaimana?"

Bijaksana sekali pemikirannya, hanya saja temperamennya itu tidak bagus.

“Kalau begitu jam sepuluh."

"Kutunggu teleponmu."

Sebelum Terry Fan berkata ‘oke’, Stella Dong menutup telepon lagi.

Astaga!

Sudahlah, malas meladeninya.

Terry Fan berjalan ke persimpangan jalan pejalan kaki, ponsel berdering lagi.

Gila, jika kali ini Stella Dong lagi, aku akan menutup telepon begitu dia mulai berbicara!

Terry Fan mengeluarkan ponselnya dan melihat bahwa itu adalah telepon dari Monica Li.

Terry Fan tersenyum, setelah mengkliknya, dia langsung berkata, “Monica, tidak apa-apa, kalau tidak tanda tangan ya sudah, tidak masalah kok?"

“Bukan." Monica Li bertanya dengan prihatin, "Apakah perjalananmu ke luar negeri kali ini benar-benar berbahaya?”

"Tidak ada yang bahaya maupun tidak berbahaya, aku hanya mengantisipasi saja."

"Tapi apa yang kamu katakan sangat mengejutkan, kalau benar-benar berbahaya, jangan pergi ke luar negeri deh. Nenek telah menantikanmu selama beberapa tahun, dia menangis sampai buta, jika kali ini kamu benar-benar … apa nenek masih tetap bisa hidup? Hiks—"

Waduh!

Terry Fan tidak menyangka Monica Li akan menangis.

Selain itu dia tahu bahwa Monica Li itu bukannya mengkhawatirkan neneknya, melainkan mengkhawatirkan Terry Fan.

Terry Fan merasa sangat tidak nyaman di dalam hatinya, dia selalu merasa tidak ada cara untuk membalas kebaikan Monica Li seumur hidup ini, alangkah baiknya kalau dia bisa bertukar dengan Valentine Li!

"Jangan menangis, jangan menangis, tolong jangan sampai perlihatkan kepada Willy Wang, kita awalnya baik-baik saja, kalau kamu menangis, dia pasti tahu kamu menangis karena aku akan pergi, dan dia mungkin akan memikirkan suatu masalah."

Monica Li tersedak beberapa kali, "Terry, bisakah kamu tidak pergi saja?"

"Kali ini aku benar-benar harus pergi, selain itu nenek dan ayahku, hanya bisa mempercayakannya kepada kalian suami istri, jadi bagaimanapun juga, kamu harus menandatangani perjanjian itu dan menyimpannya untuk jaga-jaga!”

“Tapi ….”

Terry Fan awalnya ingin memotongnya, tapi dipikir-pikir, sekarang di dunia ini, jika ada orang yang merindukannya selain nenek dan ayahnya, mungkin hanya Monica Li saja.

Jadi dia tidak mengucapkan sepatah kata pun, menunggu Monica Li melanjutkan.

Monica Li tersedak dan berkata, "Tapi aku tidak ingin tidak bisa melihatmu lagi dalam hidup ini."

Jika berganti ke wanita lain, Terry Fan pasti akan menggodanya, tapi Monica Li berbeda.

Tidak peduli bagaimana dia memperlakukan orang lain, Terry Fan tahu betul bahwa Monica Li selalu serius tentang dirinya, jika bercanda pada Monica Li, Monica Li pasti akan menganggap serius.

Misalnya Terry Fan ingin mengatakan, "Jika kamu bercerai, aku tidak akan pergi ke luar negeri", dia yakin Monica Li akan benar-benar menceraikan Willy Wang.

Jadi dia hanya bisa berkata dengan serius, “Monica, jangan khawatir, kalau terjadi masalah padaku, makanya itu alasan aku menyuruh kalian menandatangani surat perjanjian itu, itu hanya untuk antisipasi, kamu juga jangan begini, membuat beban pikiranku menjadi besar, awalnya tidak apa-apa, malah mungkin bisa jadi kenapa-kenapa."

Monica Li tercengang, dia dengan cepat berkata, "Oke, oke, oke, aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi, aku akan segera tanda tangan, kamu harus aman dan selamat, cepatlah kembali."

“Tenang saja, Tuhan pasti akan memberkati orang baik."

Setelah menutup telepon, Terry Fan merasakan kehangatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

Betapapun kuatnya seseorang, tetap perlu diperhatikan, terlebih lagi Terry Fan adalah orang yang sudah dilupakan selama tujuh tahun, kesepian di negara asing memberinya keinginan untuk dirindukan dan diperhatikan.

Satu-satunya penyesalannya adalah, bagi Monica Li, selain secara finansial, dia tidak bisa mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Monica Li dengan cara lain apa pun.

Terry Fan melihat dari kejauhan, toko pakaian Mollie Ma dan Kenneth Chen, dia segera menghubungi nomor ponsel Mollie Ma.

Dalam hitungan detik, telepon terhubung.

"Hei, kakakku yang tampan, kamu masih ingat telepon aku rupanya?"

"Apakah kamu sendirian di toko?"

"Iya."

"Bisakah kamu keluar sebentar?"

“Bisa sekali, kamu dimana?”

"Jaraknya sekitar lima sampai enam ratus meter secara diagonal dari tokomu."

Mollie Ma berlari keluar dari toko dengan ponselnya dan melirik ke kiri dan ke kanan. Setelah melihat Terry Fan memanggilnya, dia langsung menghentak, “Kamu cepat kemari!"

"Aku belum makan siang, ayo pergi ke California Cafe bersama."

"Oke. Aku akan menelepon Kenneth Chen untuk datang menjaga toko."

"Oke, kalau begitu aku akan pergi ke kafe dulu, nanti kamu menyusul ya."

"Oke!"

Mollie Ma segera menelepon Kenneth Chen dan memintanya untuk bergegas ke toko untuk menjaga toko tersebut, dia ada urusan harus pergi.

Kenneth Chen sedang istirahat makan siang di rumah, dia mengiyakan dalam keadaan linglung.

Mollie Ma mendesak, "Cepat, aku pergi dulu, nanti kamu buka pintunya sendiri."

Setelah selesai bicara, dia pergi ke kamar mandi terlebih dahulu, kemudian merias wajahnya di cermin, menyemprotkan parfum ke leher dan ketiaknya dalam waktu yang lama, lalu keluar dengan tergesa-gesa.

Jarak California Cafe agak jauh dari sini, dia berlari ke luar dan menghentikan taksi, lalu langsung bergegas kesana.

Dari awal dia merasa berhutang pada Terry Fan, belakangan Terry Fan membantunya lagi, dan meminta Jacky Hong untuk membawa saudaranya meminta maaf, cukup memberi muka.

Terakhir kali, Jacob Shen dan Johan Pang membicarakan sesuatu di grup kelas, Daisy Fang mengambil kesempatan untuk berkonflik dengan Valentine Li dan Gordon Zhang.

Mollie Ma mengambil screenshot dari isi obrolan tersebut ke Terry Fan, hanya untuk membuatnya kesal, kemudian menunggu dia untuk menelepon dan melampiaskan amarahnya padanya.

Tidak disangka, menunggu beberapa hari, baru masuk telepon ini.

Memikirkan hal ini, dia sedang duduk di dalam taksi, sedikit gemetar karena rasa semangat.

Setelah turun dari taksi, dia hendak pergi ke supermarket untuk membeli satu kotak kondom, setelah ragu-ragu sejenak, akhirnya dia menyerah, lalu berbalik dan berjalan ke dalam kafe.

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu