The Revival of the King - Bab 153 Semua Hanya Akting

Akting Penny itu benar-benar bisa dibilang sangat pas, sama sekali tidak berlebihan atau kekurangan.

Kalau Terry dari awal tidak menyelidiki hal ini, mungkin saja ia benar-benar akan termakan oleh ucapan Penny itu.

"Sudahlah, " Terry mengayun-ayunkan tangannya, "Yang lalu biarlah saja berlalu......"

"Tidak, jangankan ayahmu, kurasa diriku sendiri pun tidak bisa melupakannya!" kata Penny sambil menatap Terry tanpa berkedip sedikitpun, "Aku sudah memikirkannya baik-baik, kau sudah kembali sekarang, oleh karena itu aku harus pergi. Aku sudah berencana untuk bercerai dengan ayahmu, kurasa inilah yang diharapkan oleh ayahmu."

Sekarang, Penny hanya ingin mencari jawaban yang ia inginkan dari jawaban Terry,

Menurutnya, kalau Terry benar-benar ingin membalasnya, Terry pasti punya banyak cara utuk membujuknya tinggal di dalam perusahaan.

Ia ingin mengalihkan dana Fan's Corp., namun sepertinya Terry juga berpikiran seperti itu, dan Terry tidak hanya akan mengalihkan dana perusahaan, ia bahkan mungkin juga akan menjual aset-aset tidak bergeraknya.

Kalau sampai benar begitu, meski Penny cerai pun, ia tetap tidak akan mendapatkan apa-apa.

Kalau tidak bercerai, tetap saja ia harus hidup miskin bersama Hendrik Fan yang tua itu seumur hidup.

Kalau Terry tidak sesadis bayangannya, dan telah mendengarkan ucapannya barusan itu, ditambah lagi dengan ketidaktertarikkannya Terry terhadap dirinya, seharusnya Terry akan setuju untuk membiarkan dirinya bercerai dari Hendrik.

Terry sama skeali tidak sadar bahwa Penny sudah mencurigai rencana pembalasannya, bahkan ia sudah menduga bahwa Terry telah melaksanakan rencananya itu.

Namun Terry tahu, kalau Penny pernah berpikiran untuk mengalihkan dana Fan's Corp., ia tidak akan melepaskannya begitu saja, sepertinya separuh harta yang akan didapatkan Penny dari perceraian tidaka akn bisa memenuhi ambisi Penny yang tinggi itu.

Terry merasa Penny sedang mengetesnya, ia tidak tahu ia harus menyetujuinya atau tidak.

Namun ada satu hal yang ia ketahui, Penny adalah pemain lama, ia adalah pemain yang cukup hebat, sekarang kedua matanya sedang menatap dirinya dengan tajam, seolah sedang mencari-cari informasi dari raut wajahnya.

Terry merasa, entah apa tujuan Penny mengetesnya, kalau ia menjawab pertanyaan Penny itu dengan jalan pikiran orang normal, seharusnya dirinya tidak akan ketahuan.

Tapi bagaimanakah jalan pikiran orang normal itu?

Seorang anak yang ditelantarkan oleh ayah kandung dan ibu tirinya, begitu mendapatkan seluruh harta kekayaan keluarga di tangannya, tentu saja sangat ingin membuat ayah kandung dan ibu tirinya itu pergi jauh-jauh dari dirinya.

Bukannya ingin membalas perbuatan mereka, namun setidaknya ia bisa hidup tanpa beban, dan menggunakan harta yang jatuh dari langit ini dengan sesuka hatinya.

Lalu, Terry pun tersenyum dan berkata, "Seharusnya kau tanya pada ayahku apakah dia ingin bercerai darimu."

"Lalu, bagaimana menurutmu?"

Terry tersenyum kecut, "Aku tidak punya pendapat apa-apa, kalau ayah bisa menerima penghinaan ini, tidak ada gunanya juga aku berkata apa-apa, kalau ia tidak bisa enerimanya, aku juga tidak perlu mempertahankanmu untuk membuatnya merasa jijik."

"Dari tadi kau hanya mempertimbangkan perasaan ayahmu saja, sekarang aku ingin tahu, kau ingin aku tinggal di keluarga ini, atau bercerai dengan ayahmu dan langsung pergi dari sini?"

"Apa kau ingin aku berkata jujur?"

"Tentu saja."

"Kalau dilihat dari sikap ayahku terhadap ibuku dulu, juga sikapmu terhadapku dulu, jangankan bercerai, ingin rasanya aku melihat kalian berdua lenyap dari muka bumi ini!"

Penny tersenyum canggung, lalu bertanya lagi, "Kalau sekarang?"

"Nenek mengajarkanku, aku harus berhati besar terhadap orang lain, lagipula ibuku dulu juga bersalah, aku tidak bisa menyalahkan ayahku sepenuhnya, sedangkan kau, dalam masalah ayah dan ibuku, kau memang tidak bersalah. Dan sebagai seorang ibu tiri, wajar kalau kau tidak bisa menerima diriku. Ditambah lagi dengan keadaan ayahku yang sedang stroke, kurasa yang bisa menjaga dan merawatnya seumur hidup, hanya kau saja."

"Maksudmu......" tanya Penny.

"Aku benar-benar tidak ingin kau tetap tinggal di sini. Kalau kau bercerai dengan ayahku, meskipun kau mendapatkan separuh dari harta kami, harta yang separuhnya lagi masih akan tetap berada di bawah nama ayahku, aku bisa menggunakannya dengan bebas, jauh lebih baik daripada aku membiarkanmu tetap tinggal di sini dan harus berunding dan meminta persetujuan darimu tiap kali aku melakukan sesuatu kan?"

"Tapi?" tanya Penny lagi.

"Pertama, ayahku membutuhkanmu, dan aku sama sekali tidak peduli dengan separuh harta Fan's Corp., sebenarnya kau bercerai atau tidak, aku tidak peduli. Aku hanya berharap kau sendiri memikirkannya baik-baik, begitu kau memutuskan untuk bercerai, dalam situasi apapun, di hadapan siapapun, jangan katakan kalau aku yang memaksamu, dari awal aku tidak pernah memaksamu untuk bercerai dengan ayahku."

Meskipun Terry tidak mengatakannya, tapi orang bodoh pun juga mengerti apa maksud dari perkataannya itu, sebenarnya ia berharap agar Penny bercerai dari ayahnya.

Namun bagi Penny, perkataan yang tidak langsung seperti ini masih belum cukup, ia ingin mendapatkan jawaban langsung dari mulut Terry.

"Kalau begitu, sebenarnya, kau ingin aku bercerai dengan ayahmu?"

"Maksudku, kau mau bercerai dengan ayahku atau tidak, tidak ada hubungannya sama sekali denganku, bagaimanapun ibu kandungku sudah meninggal, ayahku juga membutuhkan perawatan dan penjagaan, tapi kalau kau bisa mengambil separuh dari harta keluarga ini dan pergi dari Fan's Corp., aku lebih mengharapkan akhir yang seperti itu."

Perkataannya ini sangat sempurna tak bercelah, dan bisa menginterpretasikan posisi Terry yang seharusnya saat ini dengan baik.

Meskipun perkataannya itu tidak enak didengar, namun dari sudut pandang lain, perkataannya ini terdengar agak sedikit mempermalukan Penny, namun tidak membuat Penny marah.

Penny merasa bahwa ini adalah reaksi seseorang yang berada di posisi Terry yang seharusnya, oleh karena itu ia menyimpulkan bahwa ia berpikir terlalu banyak tadi malam, sebenarnya Terry tidaklah selihai itu.

"Oh, Terry, " tiba-tiba nada bicara Penny berubah, "Kau ini benar-benar sadis ya. Biarpun aku slingkuh, tapi ayahmu duluan lah yang bersikap seperti itu, lagipula aku juga tidak memiliki anak, meskipun aku mengambil separuh harta perusahaan Fan's Corp., siapa yang akan merawatku saat aku tua nanti?"

Terry tersenyum, "Aku tidak tahu sebenarnya berapa besarnya nominal asel Fan's Corp. ini, kalau kau mendapatkan separuhnya, setidaknya kau bisa mencari seorang pria lagi dan menikah dengannya, tidak masalah kan?"

"Aduh, kau ini, ayahmu sekarang ini sedang berbaring di atas ranjang tanpa ada orang yang merawatnya, tapi kau malah menyuruh istrinya untuk menikah lagi dengan pria lain?"

"Aku tidak menyuruhmu, aku bahkan tidak pernah berpikir untuk membiarkanmu bercerai dengan ayahku, bukankah kau sendiri yang mengatakannya? Aku hanya menjawab pertanyaanmu saja, kenapa kau malah menyalahkanku?"

Penny ini benar-benar licik.

Ia duduk di atas sofa di sebelah, lalu mengeluarkan sebuah sapu tangan, dan berusaha untuk mengeluarkan air matanya.

Ia mengusap air matanya dengan sapu tangannya itu, sambil terisak ia berkata, "Sepertinya ini adalah hukuman dari Tuhan, aku tidak punya anak cucu, awalnya aku berharap kau dan Valentine bisa merawatku saat aku tua nanti, demi hal itu, aku bahkan membuang rasa maluku dan tetap memeluk serta menciummu meski aku sudah setua ini, tak kusangka kau tidak menganggapnya sama sekali, dan kau malah mengusirku. Huhuhu......"

Aduh!

Dengan akting yang sebagus ini, kenapa tidak main sinetron saja?

Sebenarnya, akting Terry juga cukup baugs, dan ia tetap harus melanjutkannya.

"Hei, jangan menangis!" kata Terry, "Orang-orang kantor tahu bahwa hubungan kita tidak akrab, dan ayahku sekarang sedang terbaring di rumah sakit, kalau kau menangis seperti ini di sini, orang-orang yang tidak tahu mungkin akan berpikiran kalau aku melakukan sesuatu terhadapmu!"

Penny mengusap air matanya, matanya terbuka lebar dan ia arahkan kepada Terry, "Memangnya apa yang bisa kau lakukan padaku?"

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu