Mr Huo’s Sweetpie - Bab 129 Ini Adalah Beban Yang Manis

Mendengar pertanyaan Jennie Jian, Jhony dan Howard Qin langsung mengelilinginya.

“Bos, apakah itu benar?” Jhony sangat bersemangat! Dia benar-benar tidak menyangka akan melihat pemandangan seperti itu dalam hidupnya.

Sebelumnya saat mengetahui dia menikah, dia sudah cukup terkejut. Sekarang mendengar bahwa Thiago Huo akan menjadi seorang ayah, ini benar-benar luar biasa!

Thiago Huo bangkit berdiri, "Ya!"

“Wah, aku akan menjadi seorang paman.” Jhony sangat bersemangat!

Jennie Jian tersenyum dan berkata kepada Adeline Qiao: "Adeline, selamat!"

“Terima kasih!” Adeline Qiao mengangguk.

Howard Qin mengulurkan tangannya dan menepuk pundak Thiago Huo, "Bebannya benar-benar semakin berat mulai sekarang."

Thiago Huo mengerti maksud Howard Qin, tapi baginya ini adalah beban yang manis, Adeline Qiao dan anak mereka, pasti akan ia jaga dengan baik, tidak akan membiarkan mereka terluka sedikitpun.

“Nyonya, selamat!” Jhony memberkati dengan tulus. "Setelah anak itu lahir, aku pasti akan menjaganya dengan baik!"

“Hei, ini anak bos, kenapa jadi kamu yang menjaganya?” Howard Qin jelas melihat wajah Thiago Huo menggelap, makanya dia baru membuka mulutnya untuk mengingatkan Jhony.

Jhony mengangguk. "Tentu saja aku tahu bahwa ini adalah anak bos, dan ini juga merupakan generasi penerus kita yang pertama, tentu saja harus disayang-sayang!”

Adeline Qiao tersenyum, anaknya masih dalam kandungan, sudah begitu banyak orang yang menaruh cinta pada anak tersebut, luar biasa!

Howard Qin juga mempertimbangkan masalah pekerjaan, jadi dia berkata, "Sekarang pekerjaan perlu diatur ulang. Adeline Qiao, proposan yang kamu pegang, dihentikan saja!"

"Manajer Qin, aku bisa melakukannya, ide-idenya sudah kupikirkan dengan baik, hanya tinggal dikerjakan saja. Hanya saja diperkirakan progresnya akan melambat." Adeline Qiao masih ingin bersikeras melakukan pekerjaan ini dengan baik, kasus ini juga merupakan bagiannya yang cukup akrab, jadi dia tidak ingin menyerah.

"Kamu sedang hamil sekarang, jadi harus memperhatikan istirahat. Kalau terus melakukannya, pasti akan ada tekanan."

Adeline Qiao tahu Howard Qin peduli pada dirinya, tetapi dia hanya ingin menyelesaikan kasus ini. "Manajer Qin, aku pasti akan lebih memperhatikan istirahat."

Howard Qin memandang Thiago Huo dengan ekspresi kesulitan, berharap dia bisa mengatakan sesuatu. Bagaimanapun, ini adalah istrinya, Adeline Qiao pasti akan mendengarkannya.

Thiago Huo tahu apa arti kasus ini bagi Adeline Qiao, Adeline Qiao benar-benar ingin menangani kasus ini dengan baik. "Terserah kamu, tapi jika tubuhmu tidak bisa menahannya, kamu harus bilang, kamu tidak sendirian sekarang!"

“Ya!” Adeline Qiao mengangguk. Thiago Huo benar-benar memahami dirinya, dia tahu apa yang dia inginkan! Adeline Qiao mengulurkan tangan dan memegang tangan Thiago Huo, berterima kasih kepada Tuhan karena telah mempertemukan dirinya dengannya.

Mendekati waktu sepulang kerja, Thiago Huo menggandeng Adeline Qiao kembali lebih dulu. Saat sepulang kerja, lift dan tempat lainnya penuh dengan orang, pasti akan tidak nyaman.

Kembali ke Vila River Bay.

Segera setelah masuk, langsung mencium bau yang harum.

“Baunya enak!” Adeline Qiao tiba-tiba merasa lapar. Siang tadi tidak begitu makan, sekarang begitu mencium bau enak langsung tergoda!

Thiago Huo sudah bertahun-tahun tidak mencium rasa ini, ini adalah sup bergizi yang dibuat oleh nenek.

"Kami pulang."

Mendengar suara itu, Mary menjawab. "Apakah Adeline juga pulang bersama?"

"Ya, nenek!"

"Kalau begitu kemari minum supnya, aku sudah menyiapkannya daritadi.” Lanjut Mary.

Colton Huo sedang duduk di sofa dan membaca koran, melihat Thiago Huo dan Adeline Qiao berjalan ke ruang tamu, kedua orang itu berdiri bersama tampak sangat mencolok.

Adeline Qiao melihat Colton Huo, dia langsung berseru: "Kakek, aku pulang!"

“Ya!” Colton Huo menjawab dengan datar, akhirnya menjadi sedikit sopan. Jadi dia tidak membuat masalah.

Kemudian Adeline Qiao memandang Mary dan memanggil. "Nenek, aku pulang."

"Ya!" Mary mengangguk. "Biar Selvy Lin langsung suguhkan semangkuk sup. Kamu sedang hamil sekarang, kamu harus memperhatikan nutrisinya."

Adeline Qiao tersenyum, "Terima kasih, Nenek!"

“Aduh, sesama keluarga jangan terlalu sungkan, cepat pergi. Nanti makan malam bersama."

"Baik!"

Ketika Adeline Qiao pergi untuk minum sup, Colton Huo juga meletakkan korannya.

"Lindsay Mo benar-benar pergi ke Yun’s Corp?"

Thiago Huo mengangguk. "Ini pilihannya."

“Kalau begitu, kita tidak perlu menahannya. Lagipula dia tahu segalanya tentang kita." Colton Huo merasa bahwa Lindsay Mo seperti sebuah bom waktu, orang ini jelas tidak boleh disisakan, bersikap baik kepada musuh itu sama dengan kejam terhadap diri sendiri.

Thiago Huo mengerti apa maksud kakek, tapi ini bukan waktu yang tepat untuk turun tangan. Kalau tidak pasti akan menarik perhatian Jason Yun.

"Jika tidak nyaman bagimu, aku bisa melakukannya.” Kata Colton Huo. Dia selalu bersikap tanpa ampun kepada musuh!

“Kakek, sekarang belum waktunya, mari kita amati sebentar lagi baru turun tangan." Thiago Huo mengatakan pendapatnya.

Colton Huo mengerutkan kening, dan tampaknya tidak puas dengan cara Thiago Huo. “Melakukan sesuatu itu harus cepat dan akurat, agar lebih efisien."

"Kakek, aku tahu."

Ketika Colton Huo masih ingin berbicara, Mary menyela. "Thiago sudah mengatakan dia tahu, lebih baik dengarkan dia!"

"Aku takut situasinya akan memburuk."

"Adeline, disini! Kalian masih membicarakan hal ini, tidak takut mengagetkannya?" Mary masih berpikir lebih baik bersikap sederhana.

Colton Huo melanjutkan: "Jika ingin menjadi menantu keluarga Huo kami, mana bisa jika tidak ada keberanian! Aku juga mengatakan bahwa dia sekarang dalam masa pemeriksaan, jika dia tidak bisa, dia harus pergi!"

Thiago Huo tidak melanjutkan topik Colton Huo ini, dia berdiri dan berjalan ke ruang makan.

Adeline Qiao melihat Thiago Huo datang, dan langsung bertanya, "Thiago, apakah kamu ingin minum semangkuk juga? Benar-benar enak!"

Thiago Huo duduk di samping Adeline Qiao. "Ini dibuat oleh nenek sendiri, tentu saja rasanya enak."

“Kalau begitu aku akan menyajikan mangkuk.” Adeline Qiao berjalan ke dapur.

Setelah beberapa saat, dia keluar dengan membawa semangkuk sup. "Silahkan!"

“Rasanya masih sama seperti dulu.” Thiago Huo juga teringat akan masa kecilnya. Saat itu, nenek sering membuatkan sup untuk diminum semua orang.

Adeline Qiao duduk. “Thiago, mata nenek?” Sebenarnya sangat disayangkan, bagaimana bisa tidak melihat?

"Menangis sampai buta.” Kata Thiago Huo lembut.

Adeline Qiao merasakan sakit di hatinya. "Apakah karena masalah ibu?"

"Ya!" Thiago Huo mengangguk. "Menangis selama sebulan penuh."

Adeline Qiao mengulurkan tangan dan memegang tangan Thiago Huo, mengetahui bahwa dia teringat akan hal-hal yang tidak menyenangkan di masa lalu.

"Thiago, apakah mata nenek bisa disembuhkan?"

"Di Korea sudah banyak mengundang banyak dokter tapi tidak bisa, ada juga dokter yang mengatakan ini disebabkan oleh masalah psikologis!"

Adeline Qiao mengerutkan kening, dia bertanya-tanya apakah Harry Xia bisa melakukan sesuatu? Bagaimanapun, dia adalah seorang dokter, seharusnya dia tahu otoritas di bidang ini.

Sepasang mata nenek tidak terlihat seperti tidak bisa melihat. Mata Thiago Huo sangat mirip dengan mata neneknya, hanya saja mata neneknya biru muda. Jika nenek bisa melihat, pastinya matanya akan lebih hidup dan indah!

Novel Terkait

You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu