Mr Huo’s Sweetpie - Bab 136 Apakah Tadi Kamu Bermimpi

Adeline melihat tatapan Thiago yang khawatir, dia mengedipkan matanya.

"Adeline kamu sudah bangun?"

Adeline memutarkan bola matanya, dia lalu melihat Harry yang mengenakan jas dokter, dia melihat tatapan Harry yang tiba-tiba lega itu.

Adeline masih tidak mengatakan apapun, dia menatapi langit-langit.

"Adeline, bagaimana perasaanmu sekarang?" Thiago berkata lagi.

Adeline tetap tidak bergerak, dia ingat dengan apa yang terjadi sebelumnya, anaknya sudah tiada, dia mendengar perbincangan Thiago dan Colton, setelah itu dia pingsan.

Melihat Adeline masih tidak bereaksi, Thiago segera menatapi Harry dan bertanya, "Mengapa dia seperti begini?"

"Seharusnya tidak akan begini." Harry mengerutkan keningnya, "Atau mungkin karena tadi dia begitu emosional karena telah bermimpi?"

"Adeline, apakah kamu mendengar perkataanku?" Harry bertanya kepada Adeline.

Adeline tetap tidak ingin menjawab, dia terus membuka matanya, Harry benar-benar tidak mengerti, dan terus bertanya, "Adeline, apakah kamu tahu siapakah kami?"

Adeline terpikiran dengan anaknya yang sudah tiada, dia lalu mulai menangis.

Melihatnya begini, itu membuat Harry dan Thiago ketakutan! Harry semakin tidak mengerti, anak ini dengan susah payah dipertahankan, mengapa dia menangis?

Disaat ini, Colton menopang Mary untuk masuk kedalam.

Sekali masuk, mereka berdua langsung melihat Adeline sedang menangis, Mary bergegas melepaskan tangan Colton dan berjalan kedepan kasur pasien.

"Adeline, ada apa denganmu? Mengapa kamu menangis begitu sedih?" Mary memegang tangan Adeline.

Adeline melihat Mary, tangisannya semakin besar, "Nenek........"

"Iya, aku ada disini." Mary menganggukkan kepalanya.

"Apakah kamu bisa memelukku?" Adeline tiba-tiba sangatlah ingin dinasehati neneknya.

Mary menganggukkan kepalanya, "Anak bodoh, tentu saja boleh!"

Adeline mengelak bangun, dia memeluk Mary dengan erat, "Nenek, maaf! Aku tidak menjaga anak dengan baik, barulah anak ini akan pergi meninggalkan aku seorang mama yang tidak bertanggung jawab!"

Perkataan Adeline langsung membuat semua orang bingung, apa yang sedang dikatakannya, apa maksudnya anaknya pergi meninggalkan ibu yang tidak bertanggung jawab?

Thiago mengerutkan keningnya, ada apa dengan Adeline?

Mary langsung mengerti, dia berkata sambil tertawa, "Adeline bodoh, apa yang kamu katakan? Bagaimana mungkin anak ini bisa pergi?"

Mendengar perkataan Mary, Adeline melepaskan Mary, "Nenek, apa yang kamu katakan?"

"Maksudku anak ini masih berada didalam perutmu, anak ini masih hidup dengan kuat! Nanti kedepannya dia pasti akan menjadi orang yang unggul!" Kata Mary sambil tersenyum.

Kali ini giliran Adeline yang bignung, dia mengulurkan tangan dan memegang perutnya, "Anakku masih ada?"

"Tentu saja!" Mary mengulurkan tangan dan mengelus kepala Adeline, "Benar-benar harus berterima kasih kepada tuhan, Tuhanlah yang memberkati kita!"

"Namun sebelumnya aku jelas-jelas......" Adeline ingin mengatakan mendengar perkataan Thiago dan Colton, mengatakan bahwa dirinya sudah tidak punya anak lagi dan dirinya tidak mungkin bisa mendapatkan anak lagi!

Thiago mendekatkan kepalanya kehadapan Adeline, "Apakah kamu tadi bermimpi?"

Adeline menatapi Thiago, dia juga melihat dirinya sendiri dari mata Thiago, "Aku......."

Thiago mengulurkan tangan untuk memegang kepala Adeline, dia mengunakan keningnya untuk menyentuh kening Adeline.

"Dasar bodoh!"

Air mata Adeline mengalir lagi, "Apakah tadi aku benar-benar bermimpi? Tapi semua itu terasa begitu nyata!"

Mary bertanya sambil tersenyum, "Apa yang kamu mimpikan tadi?"

Adeline mengatakannya, namun seusai berkata, semua orang tertawa.

"Benar-benar bodoh, bahkan mimpi dan kenyataan saja juga tidak bisa dibedakan." Thiago mengelus kepala Adeline dan melepaskannya.

Mary melanjutkan, "Mimpi ini bertolak belakang dengan kenyataan, Adeline, tenang saja!"

Colton yang dari tadi tidak berkata apa-apa juga ikut berkata, "Sekalipun itu asli, aku juga tidak akan begitu tidak berperasaan dan mengusirmu!"

"Kakek......."

"Sudahlah, cukup, kamu harus merawat badanmu, ini baik buat kamu dan anakmu, keluarga Huo juga butuh kamu untuk mempertahankan kedepannya!" Dengan jarangnya Colton mengatakan kata-kata yang baik.

Adeline tidak menyangka Colton akan mengatakan hal seperti itu kepadanya, apakah ini pertanda Colton sudah menerimanya?

"Terima kasih kakek!"

"Untuk apa berterima kasih, kita adalah satu keluarga." Seusai Colton berkata, diwajahnya juga terlihat tidak terbiasa.

Adeline meskipnu tidak sepenuhnya meresponnya, namun dia tetaplah menunjukkan senyumannya yang ceria.

"Adeline, nenek juga harus berterima kasih kepadamu!" Mary memegang tangan Adeline.

Adeline baru saja melihat mata Mary sekarang, itu adalah sepasang mata penuh dengan harapan, dan ada air mata, "Nenek, matamu sepertinya........"

"Mata Nenek sudah sembuh."Thiago tidak tahan untuk menyebarkan kabar baik ini.

Seusai mendengarkannya, Adeline merasa sangatlah diluar dugaan, "Mengapa seperi aku habis tidur dan seluruh dunia sudah berubah!"

Harry melihat Adeline sudah tidak ada apa-apa, didalam hatinya sudah akhirnya merasa lega, ini juga termasuk sebuah keajaiban.

Dia memeluk Adeline dan masuk kedalam ruang operasi, seluruh hatinya tergantung, dia khawatir Adeline dan anaknya kenapa-kenapa, untung saja anak itu sangatlah kuat dan bertahan, diseluruh proses penolongan, seolah adalah anak itu yang mempertahankan Adeline.

Punggung Adeline memang terluka, namun untung saja tidaklah terlalu parah, jadi setelah membereskan lukanya, barulah semua dokter lega.

Orang tua dan anak sama-sama tidak ada apa-apa, mungkin itu benar-benar adalah berkah dari tuhan! Orang baik punya karma baik!

Setelah itu, Colton menopang Mary untuk kembali istirahat dulu, Harry juga setelah mengingatkan beberapa kata lalu pergi.

Thiago yang masih berada disana untuk menjaga Adeline.

"Thiago, apakah mata nenek benar-benar sudah sembuh?" Adeline masih sedikit khawatir.

Thiago memegang tangan Adeline, "Sebelumnya sudah ada beberapa dokter yang melihatnya, katanya sudah tidak bermasalah."

"Benarlkah?"

Thiago mengeratkan tangan Adeline, "Mata nenek waktu itu juga karena terkena rangsangan makanya tidak bisa kelihatan, kali ini juga karena rangsangan makanya kembali sembuh, mungkin perkataan aku sebelumnya tidaklah salah, asalkan masalah psikis nenek dibiarkan berlalu, maka semuanya akan kembali biasa saja."

Adeline juga terus berdoa semoga mata nenek bisa terus seperti begini.

"Adeline, kali ini harus berterima kasih kepadamu!" kata Thiago.

Adeline menganggukkan kepalanya, "Kali ini benar-benar berkah dari tuhan, jika tidak mana mungkin ada hal yang sebaik ini, anak masih ada, dan mata nenek juga sudah sembuh!"

Thiago mencium di bibir Adeline yang tidak ada persiapan, "Kali ini benar-benar membuatku takut!"

Disaat operasi, Thiago benar-benar khawatir Adeline akan pergi meninggalkan dirinya.

Adeline berkata sambil tersenyum, "Maaf membuatmu khawatir."

"Kamu juga terus tidak membuatku tenang!" Thiago mengulurkan tangannya dan menyentuh kening Adeline.

Adeline tersenyum, "Kalau begitu aku mungkin bisa membuatmu tidak tenang seumur hidup, apakah kamu benar-benar bersedia?"

"Aku bersedia!" Thiago berkata dengan tegas, dan dia tidak akan membiarkan siapapun melukai Adeline!

Sepertinya dia harus memberikan pelajaran kepada beberapa orang, jika tidak mereka akan tidak tahu diri dan beraninya melakukan hal seperti ini!

Novel Terkait

CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu