Mr Huo’s Sweetpie - Bab 21 Pelukannya Sangat Hangat

Ucapan Felix Qiao, seperti garam yang ditaburkan pada luka Adeline Qiao.

“Ayah, aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu.” Adeline Qiao memejamkan mata, Dia juga tahu jika dirinya bertanya, makanya apa yang akan terjadi selanjutnya pasti akan mengalami perubahan.

Felix Qiao sambil melihat ekspresi anaknya, hatinya pun merasa sedikit tidak tenang.

Adeline Qiao membuka matanya, namun matanya penuh dengan air mata, “Ayah, apakah aku dan Ibu hanya merupakan alatnya Ayah saja?”

Felix Qiao mendengarkan ucapan ini, ekspresi wajahnya pun berubah, dari merasa malu sampai marah Ia menampilkan emosinya dengan baik.

Felix Qiao melihat tatapan mata Adeline Qiao terdapat rasa mempertanyakan, Dia pun langsung memukul meja yang ada di depannya.

“Adeline, kamu sekarang sudah besar sudah hebat ya? Sudah berani ngomong seperti ini kepada aku!”

Adeline Qiao memejamkan mata, air matanya pun terjatuh dari ujung matanya, sebenarnya jawabannya sudah terlihat jelas bukan?

Setelah Felix Qiao memukul meja, Dia merasa sedikit bingung, ada apa dengan dirinya barusan?

“Adeline, Ayah…….” Felix Qiao tiba-tiba tidak tahu apa yang harus diucapkan.

Adeline menggelengkan kepala, “Aku sudah tahu.”

Tapi sekarang, Dia tidak akan mundur, Adeline Qiao sekarang sudah benar-benar paham apa yang di katakan pepatah orang baik akan selalu dirundung.

Walaupun hati Felix Qiao merasa bersalah, namun Dia tetap mempertahankan egonya. “Adeline, Ayah juga demi kebaikan kamu, kamu lihat kamu dan James sudah menikah 2 tahun, sudah saatnya kalian memiliki seorang anak, dengan demikian baik untuk kalian bedua juga. Setelah James memiliki anak Dia pasti akan lebih menahan diri, tidak akan terus main diluar.”

Adeline Qiao mengulurkan tangan dan mengusap air mata sendiri, “Ayah, sebenarnya kamu juga tahu masalah Dia suka berulah di luar sana, hanya saja kamu meminta aku untuk bersabar saja?”

Felix Qiao mengerutkan alis, “Adeline, kamu harus mempertahankan James Yun, bagaimanapun, Keluarga Qiao tidak bisa bertahan tanpa dukungan dari Keluarga Yun, paham tidak?”

“Tetap demi Keluarga Qiao.” Adeline Qiao bergumam sendiri, “Sebenarnya aku ini termasuk apa di dalam hatimu?”

Felix Qiao tiba-tiba pun kehabisan kata-kata, ungkapan “Kamu adalah anakku” seperti sebuah tulang ikan yang tertahan di tenggorokannya.

Adeline Qiao menggenggam dengan erat tangannya yang ditaruh di paha, kalau mereka tahu rahasia yang disembunyikan Keluarga Yun, tidak tahu mereka akan seperti apa? Atau mungkin mereka sama sekali tidak peduli, karena dirinya hanya sebuah alat yang dipergunakan saja.

“Ayah, aku sudah lelah, aku ingin pulang dulu.” Adeline Qiao tidak ingin terus membicarakan masalah ini dengan Felix Qiao lagi.

Felix Qiao juga sadar akan masalah Dia sendiri, jadi Ia pun tidak banyak berkata, membiarkan Adeline Qiao pulang lebih awal.

Keluar dari pintu kantor, Adeline Qiao tidak tahu dirinya harus kemana? Seolah-olah seperti seluruh Kota A ini tidak ada tempat yang bisa Ia pergi.

Setelah merasa kebingungan, Adeline Qiao baru melangkah.

Sampai Ia menyadarkan diri, Dia telah sampai di depan rumah, lebih tepatnya rumahnya Thiago Huo.

Setelah pergi dari kantor, Adeline Qiao tidak tahu dirinya sudah berapa lama berputar-putar di luar, sampai melihat dimana-mana sudah menyalakan lampu.

Ia mengeluarkan kunci dari tas, salah Ia membuka pintu Ia menemukan bahwa pintu tersebut hanya tertutup, tidak terkunci. Jelas-jelas tadi pagi Ia sudah menguncinya sebelum keluar. Jangan-jangan……..

Adeline Qiao membuka pintu dengan hati-hati, Dia melihat ke dalam, lalu menarik nafas yang dalam, tangannya menggenggam hp dengan erat, kalau ada apa-apa, Dia langsung lapor polisi.

Hati Adeline Qiao tetap merasa takut, Dia berjalan ke depan pintu dengan pelan-pelan, sambil membungkukkan badan, tidak berani mengeluarkan suara.

Dia membuka sepatunya, lalu sambil menjijit Ia masuk ke dalam rumah.

Masuk ke ruang tamu, Dia tidak mendengar ada apapun, akhirnya, Adeline Qiao menghentikan langkahnya, di dalam rumah sepertinya tidak ada perubahan, tidak terlihat seperti ada maling.

Saat Ia melihat hp yang ada di meja, matanya pun langsung menjadi cerah. Jangan-jangan….

“Kamu sudah pulang?”

Suara tersebut datang dari lantai atas, Adeline Qiao mengangkat kepalanya dan pas menatap ke dalam tatapannya Thiago Huo.

Empat mata tersebut saling bertatapan, seluruh udara pun seperti penuh dengan hawa yang romantis.

Adeline Qiao terlalu semangat, satu kata saja tidak bisa Ia katakan dengan benar, “Kamu…….kamu kok?” sebenarnya Dia ingin bilang, kamu kok sudah pulang?

Thiago Huo mengangkat ujung bibirnya, “Terkejut?”

Adeline Qiao menganggukkan kepala, lalu Ia sambil melihat Thiago Huo berjalan ke depannya, “Kamu bukannya bilang kalau kamu akan menunda beberapa hari dulu baru pulang?”

“Pekerjaan selesai lebih awal.” Thiago Huo berkata dengan santai.

Tatapan mata Thiago Huo seperti bercahaya, ini adalah apa yang terlihat oleh Adeline Qiao, jantungnya pun ikut berdetak dengan cepat.

Ia tahu ini adalah detak jantungnya, yang berdetak dengan semakin cepat.

Saat dirinya masih terbengong, tangan Thiago Huo sudah menyentuh wajahnya dengan perlahan, Ia menundukkan kepala, sambil melihat Adeline Qiao dengan perhatian.

Tidak lama kemudian, Thiago Huo mengerutkan alis, “Tadi kamu nangis?”

Adeline Qiao tertegun, lalu mengulurkan tangan hendak ingin mendorong tangan Thiago Huo, namun tangannya malah digenggam oleh Thiago Huo dengan mudah, dan menariknya ke dalam pelukan.

Badan Adeline Qiao menjadi kaku, ini adalah pertama kalinya mereka berdekatan seperti ini, dan ini membuat wajahnya menjadi merah, detak jantung pun menjadi semakin cepat.

“Siapa telah merundung kamu?” suara Thiago Huo sangat jelas, didengarkan dengan seksama akan menyadari kalau nadanya terdengar rasa tidak tega.

Melepaskan seluruh energi negatif yang sudah tertumpuk seharian ini, Adeline Qiao merasakan rasa aman yang berasal dari Thiago Huo. Dia mengulurkan tangan dan memeluknya, dan menyandarkan kepalanya ke dalam pelukannya.

“Bisakah membiarkan aku berada di pelukan kamu sebentar?” nada Adeline Qiao terdengar sangat ringan.

Tapi Dia malah merasakan Thiago Huo yang memeluk dirinya dengan semakin erat, Adeline Qiao menyadarkan kepalanya ke dada Thiago Huo, mendengarkan detak jantungnya yang stabil dan kuat itu.

Dengan perlahan, Adeline Qiao memejamkan matanya, “Aku sangat tidak senang hari ini, tapi sekarang sudah lebih baik, karena ada kamu!”

Thiago Huo menghelakan nafas dengan perlahan, “Adeline, kalau kamu lelah, beritahu pada ku kapan saja!”

“Iya!” Jawab Adeline Qiao.

Melihat Adeline Qiao benar-benar lelah, Thiago Huo langsung menggendongnya.

Adeline Qiao terkejut, Dia sama sekali tidak menyangka Thiago Huo akan seperti ini, tatapannya yang jernih itu sambil melihat pria yang ada di depannya, dan pria ini adalah suaminya sendiri. Terpikir hal ini, hatinya Adeline Qiao pun merasa sangat manis, jangan-jangan Dia adalah sebuah cahaya yang menyinari hidupnya yang menyedihkan ini?

Menghadapi tatapan Adeline Qiao yang lurus ini, jakun Thiago Huo bergerak, suaranya terdengar sedikit serak, “Kamu terus melihat aku seperti ini, aku mungkin tidak bisa menahan diri.”

Adeline Qiao tidak langsung paham dengan maksudnya, “Ha?”

“Aku menginginkan kamu.” Thiago Huo membungkukkan badan dan berkata di samping telinga Adeline Qiao.

Adeline Qiao tiba-tiba menjadi panik, Dia juga melihat cahaya yang dipancarkan dari mata Thiago Huo yang berwarna biru keabu-abuan itu, Dia juga melihat dirinya yang ada di dalam mata tersebut, wanita yang terlihat malu-malu ini benaran merupakan dirinya kah?

Thiago Huo menggendongnya masuk ke dalam kamar, meletakkan Dia di ranjang dengan perlahan.

Adeline Qiao langsung berkata: “Itu……..” Dia ingin berkata kalau dirinya belum siap.

Thiago Huo meninggakan sebuah ciuman di kening Adeline Qiao, “Aku pergi mandi dulu.”

Melihat Thiago Huo sambil membawa baju masuk ke dalam kamar mandi, Adeline Qiao merasa seluruh badannya merasa sangat panas. Tetapi terhadap sikap Thiago Huo yang gentleman itu, Ia menyukainya.

Tapi kemudian, Adeline Qiao baru menyadarkan diri kalau pemikiran Dia seperti itu sangat polos. Tentu saja itu nanti.

Setelah Thiago Huo selesai mandi dan keluar, Ia melihat ada satu set piyama pria yang terlipat rapi terletak di atas ranjang.

Ujung bibirnya menunjukkan sebuah senyuman, melihat ke sekitar, Ia tidak melihat Adeline Qiao, lalu Thiago Huo pun mengenakan baju, dan keluar dari kamar.

“Adeline……”

“Aku ada di dapur.” Jawab Adeline Qiao.

Thiago Huo datang ke depan pintu dapur, sambil melihat sosok yang sedang sibuk di dalam dapur, hatinya tiba-tiba tersentuh! Dia tidak pernah memikirkan akan ada seorang wanita yang akan memasak untuk dirinya.

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu