Mr Huo’s Sweetpie - Bab 30 Benar-benar Berhasil Menggombal Dirinya

Thiago Huo membalikkan badan dan meninggalkan bayangan punggungnya kepada Steve Xiang.

Steve Xiang mengangkat bahunya, Bossnya tetap terlihat begitu keren, tapi Dia sekarang merasa pensaran, Nyonya muda yang belum Ia temui itu sebenarnya seperti apa.

Bahkan bisa menaklukkan Boss dalam waktu yang begitu pendek, benar-benar membuat orang terkagum-kagum! Dia menelepon Nelson Xiang, lalu si bocah itu malah tidak mau mengatakan sepatah kata pun!

Sore.

Thiago Huo pergi ke Panti jompo untuk menjenguk Neneknya.

“Nenek.”

Mendengar suara yang familiar, Mary menolehkan kepalanya, wajah orang barat, kulit putih, dan rambut keriting panjang berwarna kuning, dan mata birunya yang mirip dengan Thiago Huo.

Hanya saja matanya tidak terlihat cahaya dan tidak fokus, sampai Thiago Huo kedepannya Dia baru mengulurkan tangannya dengan perlahan, dan berkata dengan bahasa inggris: “Apakah Thiago kemari?”

Thiago Huo mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Mary, “Iya! Nenek, aku sudah pulang.”

Mary menganggukkan kepala, Ia mengulurkan tangan dan menyentuh wajah Thiago Huo. “Sepertinya kamu menjadi lebih kurus ya.”

“Tidak.” Thiago Huo duduk di samping Mary.

Karena kedatangan Thiago Huo, suasana hati Mary pun menjadi sangat baik. Sambil menggenggam tangan Thiago Huo dan bercerita dengan banyak, sampai Ia lelah baru kembali ke kamar.

Thiago Huo berdiri di samping, sambil melihat Dokter memeriksa Neneknya.

“Bagaimana kondisi Nenekku?” Thiago Huo bertanya dengan bahasa inggris.

“Kondisi Nyonya besar sangat bagus, hanya saja matanya sampai sekarang belum bisa melihat.”

Thiago Huo mengerutkan alis, mata Neneknya sudah 10 tahun tidak bisa melihat, karena Ibunya meninggal, Neneknya merasa sangat terpukul, terus menangis selama sebulan hingga menjadi buta.

Bisa dikatakan 20 tahun sebelumnya, Keluarga Huo terus terbenam dalam kesedihan.

Setelah berpesan beberapa kata, Thiago Huo hendak pergi.

“Thiago!”

Thiago Huo menoleh melihat Neneknya membuka mata, Dia pun duduk di samping.

“Kenapa?”

“Thiago, jangan membiarkan kebencian membutakan matamu! Masalah Ibumu sudah berlalu, aku tidak ingin keluarga kita terluka lagi, kamu juga jangan selalu mengikuti kata Kakekmu.” Mary berkata dengan penuh arti dan menggunakan bahasa Mandarin. "Bukankah pepatah lama berkata jika saling membalas dendam maka sampai kapanpun tidak akan berakhir.”

Thiago Huo menggenggam tangan Neneknya dengan erat, “Nenek, aku tahu batasan.”

“Baguslah kalau begitu! Nenek tidak ingin kamu menjadi orang yang seperti itu.” Mary berkata dengan suara yang sangat ringan, “Jangan seperti Ibumu juga!”

“Iya, aku tahu.”

Mary tersenyum, “Thiago, Nenek berharap kamu bisa menemukan orang yang saling mencintai dengan kamu, lalu membangun sebuah keluarga kecil, ini juga merupakan harapan Nenek sebelum nenek meninggal.”

Wajah Thiago Huo terlihat kelembutan yang jarang terdapat di wajahnya, “Nenek, aku ada sebuah rahasia yang ingin aku beritahu kepada Nenek.”

“Baik! Coba kamu katakan.”

“Aku sudah menikah.”

Saat mendengar Thiago Huo berkata kalau Ia sudah menikah, Mary pun menjadi semangat, matanya pun menjadi cerah, “Benarkah?”

“Iya, tapi hal ini, kamu jangan beritahu kepada Kakek dulu.”

“Baik!” Mary terus menganggukkan kepala, “Dia orangnya seperti apa? Cepat ceritakan kepada Nenek.”

Thiago Huo juga menceritakan Adeline Qiao kepada Neneknya, “Nenek, kamu harus membantu aku menjaga rahasia ini!”

Mary pun menjadi sangat semangat, akhirnya cucu kesayangannya sudah menikah. Akhirnya harapannya pun terkabulkan, ini adalah hal yang sangat baik. Dulu Ia juga pernah khawatir Thiago Huo tidak mau menikah karena masalah Ibunya. Untung saja Dia tidak mendengarkan kata-kata Kakeknya.

Teringat Colton Huo, Mary tiba-tiba teringat satu hal, “Thiago, kamu bukan menikah dengan Lindsay Mo itu kan? Kalau Dia, Nenek pasti tidak setuju!”

“Nenek, bukan Dia!”

Setelah mendapatkan jawaban tersebut, Mary menganggukkan kepala dengan puas, “Baguslah kalau begitu!”

“Istriku bernama Adeline Qiao, lain kali kalau ada kesempatan aku akan membawa Dia kemari untuk dilihat Nenek.”

Mary terus berkata baik, “Tentu saja harus begitu!”

Setelah berada di Panti jompo sepanjang sore, Thiago Huo pun kembali ke rumah Keluarga Huo menjelang malam.

“Bagaimana dengan Nenek kamu?” Baru masuk, Colton Huo langsung bertanya dengan khawatir.

Thiago Huo meminum segelas air, Ia tahu kalau Kakeknya benar-benar khawatir, jadi Ia pun memberitahu kondisi Neneknya kepada Colton Huo.

“Kalau begitu Dia besok pulang kah?”

“Iya.” Thiago Huo menganggukkan kepala, “Nenek bilang besok Dia akan pulang, aku meminta Steve untuk menjemput Nenek besok pagi-pagi .”

Colton Huo mendengarkan kata tersebut, Dia pun tidak bisa menahan rasa semangatnya, setelah sekian tahun, akhirnya Ia mau pulang juga.

Thiago Huo melihat ekspresi Kakeknya, tidak sia-sia Ia menggantikan kabar Ia menikah dengan permintaan ini kepada Neneknya. Masalah diantara mereka berdua, hanya bisa diselesaikan oleh mereka berdua.

Hanya bisa berharap kali ini, mereka bisa membicarakan hal ini dengan baik-baik, ini juga bisa membuat Ibunya pergi dengan tenang.

Malam hari.

Setelah Thiago Huo menyelesaikan semua pekerjaannya, Ia pun langsung menelepon Adeline Qiao.

Sepertinya Adeline Qiao sendiri juga sedang menunggu teleponnya, baru tersambung Thiago Huo langsung bertanya, “Belum tidur?”

“Iya! Masih ada satu laporan yang harus dirapikan.”

“Jangan terlalu lelah.”

“Aku tahu.” Jawab Adeline Qiao, “Kamu sangat sibuk di sana ya?”

Thiago Huo menganggukkan kepala, “Iya, beberapa hari ini sangat sibuk.”

“Jagalah badanmu.”

Thiago Huo tersenyum, “Badanku selalu baik-baik saja, hal ini kamu jangan khawatir.”

Melihat Adeline Qiao buru-buru dengan alasan Ia sedang membuat laporan, lalu Ia menutup telepon, Thiago Huo sepertinya juga bisa membayangkan ekspresi wajah Dia sekarang.

Benar, sekarang Adeline Qiao yang berada di Kota A, sedang bernafas dengan terengah-engah.

Walaupun maksud ucapan Thiago Huo tidak bermaksud jelas seperti itu, tapi pemikiran Adeline Qiao menahan diri untuk berpikir ke arah itu, Dia dulu juga pernah melihat badannya Thiago Huo, badan yang seperti itu, pasti sangat sehat.

Suhu panas diwajahnya bukan berkurang, malah menambah, Adeline Qiao menekan dadanya sendiri, sepertinya detak jantungnya pun tidak dapat dikontrol lagi.

Ucapan biasa dari Thiago Huo yang seperti itu, sudah berhasil menggombal dirinya.

Berusaha bernafas dengan dalam, Ia baru kembali fokus ke komputernya, sambil melihat laporan, Ia sambil mengetik di keyboard, berusaha menyelesaikan laporan ini dengan cepat, karena rapat Dewan Direksi besok pagi merupakan sebuah perang yang harus dijalani lagi.

Tapi saat ini, Adeline Qiao tidak menyadari bahwa di depan vilanya berhenti sebuah mobil sport berwarna merah.

James Yun melihat alamat yang ada di layar hpnya, setelah memastikan berkali-kali Ia baru turun dari mobil.

Vila ini tidak murah, bahkan dirinya saja tidak berani membeli vila di sini, Adeline Qiao ini sejak kapan menjadi orang kaya, bisa tinggal di sini.

Atau Dia mengeluarkan semua uangnya? Tidak juga, ini tidak seperti gayanya, Dia juga bukan orang yang suka berpamer dan menghabiskan uang.

Jangan-jangan ini rumah temannya, sementara meminjamkannya kepada Adeline Qiao? Tidak benar juga, teman Adeline Qiao tidak banyak, teman baiknya hanya ada si Jennie Jian saja, latar belakang Jennie Jian seperti apa, Dia sendiri juga tahu dengan jelas.

Kalau menghilangkan kemungkinan yang ini, maka hanya ada satu penjelasan saja, kalau Adeline Qiao benar-benar menemukan pria baru, dan ini adalah tempat pria tersebut tinggal, mungkin saja pria ini adalah tokoh yang besar, kalau tidak tidak mungkin Ia sanggup tinggal di sini.

James Yun mengerutkan alis, sepertinya hal ini harus diselidiki dengan jelas, Dia James Yun tidak ingin istrinya memiliki selingkuhan.

Walaupun Dia dan Adeline Qiao sudah bercerai, namun di mata orang lain, mereka tetap merupakan suami istri, nama baik Tuan muda Yun kedua ini juga tidak boleh dihancurkan oleh Adeline Qiao dengan begitu saja.

Dia mengepalkan tangannya, lalu James Yun kembali lagi ke dalam mobilnya.

Tidak sampai beberapa menit, James Yun sudah mengemudi dengan sangat cepat, hanya meninggalkan debu yang terbang melayang di jalan.

James Yun pergi dengan mobilnya, lalu Nelson Xiang yang bersembunyi di tempat gelap pun berjalan keluar.

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu