Mr Huo’s Sweetpie - Bab 111 Adeline Qiao, Kamu Tidak Diizinkan Untuk Meninggalkanku

Mendengar suara Thiago Huo, gerakan Adeline Qiao terhenti.

Dia perlahan mengangkat kepalanya, melihat Thiago Huo berdiri di tengah kerumunan. Dalam sekejap, dia merasa sulit dipercaya.

“Adeline Qiao!” Thiago Huo memanggil lagi.

Adeline Qiao benar-benar mendengarnya kali ini, dia tersenyum pada Thiago Huo.

Perawat di sebelahnya menoleh ke belakang, lalu berkata kepada Adeline Qiao: “Serahkan anaknya padaku, kamu pergilah!"

Perawat mengambil anak itu dari pelukan Adeline Qiao dan berkata, “Cepat pergi!"

Adeline Qiao mengangguk, lalu bangkit berdiri. Diperkirakan karena duduk bersila terlalu lama, jadi tidak bisa berdiri dengan stabil.

Thiago Huo melihat Adeline Qiao terhuyung, dia segera berjalan kesana.

Setelah Adeline Qiao berdiri stabil, dia melihat Thiago Huo mendekatinya, "Thiago, kenapa kamu ada di sini?"

Mata Thiago Huo merah, bagian depan kemeja putih Adeline Qiao semuanya bewarna merah. Hatiku menegang seketika, "Apakah kamu terluka?"

Adeline Qiao menggelengkan kepalanya, dia mengalami beberapa memar, tadi dia didorong seseorang sampai jatuh ke tanah, sebenarnya tidak ada masalah.

Dia berjalan ke hadapan Thiago Huo, mengulurkan tangan untuk merapikan alisnya yang mengerutkan kening.

"Aku tidak apa-apa.”

“Tidak apa-apa?” ​​Thiago Huo melihat dari dekat baju Adeline Qiao yang diwarnai merah, seluruh hatinya bergetar.

“Bukan punyaku.” Adeline Qiao tahu Thiago Huo sangat khawatir.

Setelah Thiago Huo mendengarnya, dia merasa lega. Dia mengulurkan lengannya yang panjang dan langsung menarik Adeline Qiao ke dalam pelukannya.

Dia memeluk Adeline Qiao dengan erat di pelukannya, dan merasakan suhu tubuhnya, barulah dia merasa itu nyata.

“Aku benar-benar dikejutkan olehmu.” Suara Thiago Huo sangat lembut.

Adeline Qiao menunjukkan senyum bahagia karena mendengar detak jantung Thiago Huo. Detak jantung yang tidak stabil berbeda dari biasanya, kali ini tidak teratur. Jadi Adeline Qiao tahu bahwa Thiago Huo sangat mengkhawatirkan dirinya.

Dia membenamkan kepalanya ke dalam pelukan Thiago Huo, dia mengulurkan tangan dan memeluk Thiago Huo dengan erat.

Meskipun pada siang hari, dia sedikit tertekan karena perkataan Lindsay Mo. Tetapi pada saat ini, depresinya telah hilang. Dia percaya bahwa Thiago Huo memperlakukan dirinya dengan baik dan juga percaya bahwa dia memiliki perasaan untuknya.

Setelah sekian lama.

Thiago Huo melepaskan Adeline Qiao dan mengulurkan tangan untuk memeriksa apakah dia benar-benar tidak terluka. Alhasil dia langsung melihat lengannya yang terluka.

“Masih bilang tidak terluka?” Thiago Huo menjadi serius.

“Tergores, aku baru saja jatuh.” Jawab Adeline Qiao. “Sebenarnya benar-benar tidak apa-apa."

Thiago Huo meremas tangan Adeline Qiao, "Ayo, pergi ke rumah sakit."

“Benar-benar tidak perlu, pulang dan olesi obat saja.” Adeline Qiao menjelaskan.

Perawat di sebelahnya sangat iri dengan situasi ini. “Hubungan kalian sangat bagus!"

Adeline Qiao berbalik dan melihat bahwa perawat telah membantu merawat luka anak itu, dia buru-buru berjongkok untuk membantu menggendong anak itu.

“Tidak apa-apa, sebentar lagi tidak sakit lagi.” Kata Adeline Qiao lembut.

Pada saat itu ambulans lain melaju kemari, beberapa perawat serta dokter segera turun.

“Bagaimana situasinya sekarang?” Salah satu dokter pria bertanya.

Adeline Qiao mengangkat kepalanya, ketika akan berbicara, dia tercengang.

“Se…senior?”

Harry Xia juga memandang Adeline Qiao dengan heran. "Adeline?"

Adeline Qiao tersenyum, "Ya! Benar-benar tidak disangka kita akan bertemu dalam situasi seperti ini."

“Kamu baik-baik saja?” Harry Xia juga prihatin, baju merah darah Adeline Qiao benar-benar mencolok.

Adeline Qiao menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja."

Harry Xia mengulurkan tangan dan memeluk anak itu dalam pelukan Adeline Qiao, lalu menyingkirkan emosi pribadinya.

"Aku pergi sibuk dulu."

Mengetahui bahwa Harry Xia datang dengan tanggung jawab, Adeline Qiao mengangguk dan diam-diam mundur.

Melihat teknik-teknik terampil dan ekspresi serius Harry Xia, dia bisa melihat bahwa dia menjadi lebih baik lagi. Dalam perjalanan mewujudkan mimpinya, ia sepertinya telah mencapai titik akhir. Pemandangan dan pengalaman di sepanjang jalan ini, hanya mereka yang telah berjalan disana yang akan mengetahuinya.

Thiago Huo, berdiri di samping Adeline Qiao, hatinya menjadi rumit. Wanitanya sendiri tidak disangka akan menunjukkan tatapan kagum kepada pria lain! Hatinya merasa tidak nyaman.

Dia menyipitkan matanya dan mengulurkan tangan untuk memegang tangan Adeline Qiao. "Ayo pergi!"

Adeline Qiao mengangkat kepalanya dan melihat ekspresi serius Thiago Huo. “Ada apa?"

Thiago Huo berkata: "Ada orang-orang profesional di sini untuk menghadapinya, kita tidak lagi dibutuhkan."

Thiago Huo memegang tangan Adeline Qiao dengan tenaga yang besar. Dia tidak tahu mengapa dia marah di dalam hatinya. Harry Xia tampaknya menjadi ancaman bagi dirinya.

Thiago Huo tidak akan pernah memberikan wanitanya kepada orang lain! Juga tidak akan membiarkan wanitanya dirampas orang lain!

Adeline Qiao mengerutkan kening, tangan Thiago Huo sangat kuat. "Thiago, sakit!"

Mendengar jeritan kesakitan Adeline Qiao, Thiago Huo berhenti.

“Dimana yang sakit?” Tanya Thiago Huo dengan tegang.

Adeline Qiao menunjuk ke arah dimana Thiago Huo meraih pergelangan tangannya. Thiago Huo melepaskan tangannya, tetapi malah melihat bekas tangan di pergelangan tangan Adeline Qiao.

Thiago Huo merasa sedikit bersalah, dia kehilangan akal sehatnya sekarang dan memakai terlalu banyak tenaga.

“Tidak apa-apa kan?”

“Ada apa denganmu?” Adeline Qiao tidak tahu kenapa Thiago Huo tiba-tiba berubah menjadi orang yang berbeda.

Thiago Huo memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam. Dia mengulurkan tangan ke Adeline Qiao untuk menggenggam pinggang Adeline Qiao. "Adeline Qiao, kamu tidak diizinkan untuk meninggalkan aku! Kamu milikku!"

Adeline Qiao berkedip, sekilas dia tidak mengerti apa maksud Thiago Huo. Tapi melihat Thiago Huo tampak sedikit gelisah, dia mengulurkan tangannya untuk menepuk punggung Thiago Huo, "Ya! Aku tidak pergi."

Thiago Huo membawa Adeline Qiao kembali ke tempat Nelson Xiang menunggu, ketika Nelson Xiang melihat Adeline Qiao, dia langsung bertanya, "Nyonya, kamu tidak apa-apa kan!”

Adeline Qiao menggelengkan kepalanya, "Tidak apa-apa."

"Pulang!" Thiago Huo segera memerintahkan.

"Baik!"

Thiago Huo menggenggam erat tangan Adeline Qiao sepanjang perjalanan.

Kembali ke Vila River Bay.

Nelson Xiang dan Steve Xiang berhenti hampir pada waktu yang bersamaan.

Thiago Huo turun dari mobil terlebih dahulu, dia melewati mobil ke sisi lain dan membuka pintu.

Adeline Qiao meletakkan tangannya di lengan Thiago Huo dan keluar dari mobil.

"Terima kasih!"

Thiago Huo melirik Adeline Qiao, membungkuk dan menggendong Adeline Qiao ala putri.

“Thiago!” Adeline Qiao ingin mengatakan bahwa Nelson Xiang dan Steve Xiang ada disini melihat.

Sudut mulut Thiago Huo melengkung. “Sudah sampai rumah, tidak perlu malu!"

Setelah berbicara, Thiago Huo masuk ke vila langsung sambil menggendong Adeline Qiao.

Steve Xiang dan Nelson Xiang saling memandang, "Bos, sangat mendominasi!"

Begitu Thiago Huo memasuki pintu sambil menggendong Adeline Qiao, Selvy Lin segera berjalan kemari.

“Tuan, Nyonya, kalian sudah pulang."

“Ambilkan kotak obat!” Kata Thiago Huo sambil meletakkan Adeline Qiao di sofa.

Ketika Selvy Lin mengangguk, dia melihat darah di pakaian Adeline Qiao.

"Nyonya, kamu.…” Raut wajah Selvy Lin berubah.

Adeline Qiao menatap tubuhnya yang terkejut. "Bukan milikku."

“Cepat pergi!"

Selvy Lin mengangguk dan berbalik untuk mengambil kotak obat.

“Berikan padaku!” Thiago Huo mengambil kotak obat itu.

Selvy Lin memandang Adeline Qiao dengan tatapan khawatir, dia berdiri dan menunggu.

Thiago Huo mengulurkan tangan untuk membuka kancing kemeja Adeline Qiao.

“Thiago, aku bisa sendiri.” Adeline Qiao mengulurkan tangan dan menahan tangan Thiago Huo. “Selain itu aku ingin berganti pakaian dulu."

Thiago Huo berkompromi setelah melihat Adeline Qiao selama beberapa detik, "Biarkan Kak Selvy menemanimu berganti."

Selvy Lin melangkah maju untuk membantu Adeline Qiao, "Nyonya, pelan-pelan."

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu