Mr Huo’s Sweetpie - Bab 5 Menjadi Bahan Tertawaan

Melihat Adeline Qiao di ranjang rumah sakit, Thiago Huo menyadari bahwa wajah wanita ini benar-benar halus, makeup-nya tidak terlalu tebal, yang jelas, dibandingkan dengan karyawan-karyawan wanitanya, dia jelas memiliki pesona yang berbeda.

Thiago Huo mengikuti para dokter dan perawat untuk mengirim Adeline Qiao ke ruang rawat. Kepala ahli bedah hanya menjelaskan beberapa perawatan pasca operasi dan pergi.

Begitu orang itu pergi, ruang rawat itu jauh lebih tenang dan dia hanya bisa mendengar suara tetesan air.

Adeline Qiao berbaring di tempat tidur seperti anak kucing yang ketakutan, tubuhnya ditutupi selimut, hanya terlihat wajah kecilny, suara napasnya yang halus terdengar di telinganya, dan ini membuatnya semakin merasa nyaman.

Tanpa sadar, dia mengangkat tangannya untuk meluruskan rambut di pipinya yang lengket karena keringat. Gerakannya sudah sangat lembut, tetapi Adeline Qiao tiba-tiba mengerutkan keningnya, dan tidak tahu apakah ia mengganggu mimpinya, atau ...

Thiago Huo tertawa halus, dan kemudian perawat membuka pintu yang setengah tertutup dan berjalan masuk. Pada saat yang sama, Thiago Huo memperhatikan bahwa perawat memegang sebuah pispot di tangannya.

"Ini ..." Wajah Thiago Huo berubah sedikit bingung pada saat dia melihat benda ini, tetapi dia tidak menyangka kata-kata perawat selanjutnya membuatnya tidak bisa menahan.

"Keluarga pasien ... dokter baru saja ada urusan mendesak dan tidak punya waktu untuk menjelaskan. Pasien bisa bangun dari tempat tidur dan berjalan setelah hampir 24 jam setelah operasi. Tapi jangan memberinya makanan selama dua hari ini, sampai dia sudah buang air besar. Oh iya, jika pasien belum buang air besar, kamu harus membantunya berjalan lebih banyak, kamu bisa membiernya makanan setengah cair selama seminggu, dan dia bisa makan secara normal setelah seminggu. "

Setelah menjelaskan, perawat meninggalkan pispot di tangannya.

Thiago Huo menatap pispot di bawah kakinya, dan kemudian memandang Adeline Qiao di tempat tidur, dan menyadari kalau dia sudah terbangun.

Sebelum menunggu Thiago Huo berbicara, Adeline Qiao berbicara duluan, "Aku sudah mendengar apa yang dikatakan oleh perawat tadi."

“Baiklah.” Thiago Huo menjawab dengan lembut, dan berjalan ke tempat tidurnya untuk mengecek kondisinya, tapi kemudian Adeline Qiao berkata lagi.

"Bisakah kamu membantuku menelpon seseorang? Namanya adalah Jennie Jian di kontak telepon." Adeline Qiao berkata dengan ringan.

Meskipun obat bius belum hilang, masih ada sedikit rasa sakit. Tapi ini bukan apa-apa baginya, tetapi perkataan perawat itu ...

Tentu saja membuatnya sangat canggung sekali.

“Kamu ingin temanmu merawatmu?” Thiago Huo tahu rencananya, jadi dia tidak menurutinya. Sebaliknya, dia sedikit membungkuk dan menyentuh pipinya yang dingin, "Aku suamimu, akulah yang akan merawatmu di sini."

"Tapi ..." Adeline Qiao menggigit bibir bawahnya dan sepertinya dia hampir menangis.

Hari ini dia sudah sangat malu, pertama dipaksa untuk bercerai, dan kemudian menikah lagi dengan orang yang sama sekali tidak dia kenal, tetapi sekarang membiarkannya merawatnya di rumah sakit, dia merasa sangat malu sekali.

Apakah ini membantunya? Dia hanya membuatnya menjadi bahan tertawaan! Cukup, dia muak dengan menjadi bahan tertawaan orang lain.

Dia adalah bahan tertawaan dalam keluarganya, dan dia juga menjadi bahan tertawaan di rumah suaminya. Sekarang dia sudah bercerai tetapi telah menjadi bahan tertawaan di mata seorang pria yang tak dia kenal, apakah dia ditakdirkan menjadi bahan tertawaan?

Saat memikirkan ini, Adeline Qiao tidak bisa menahan tangisnya, "Tuan Huo, aku mohon padamu! Jangan mempermalukanku, oke? Jangan ganggu aku, aku tidak mau ... uuhh!"

Tangisan Adeline Qiao hanya bertahan belasan detik, air matanya masih mengalir, tetapi mulutnya terututp oleh pria ini.

Semua keluhan langsung hilang oleh ciuman pria itu. Adeline Qiao menatap wajah tampan itu dari jarak dekat dan merasakan perasaan tidak jelas di hatinya.

Dia membelalakkan matanya dengan ketakutan, hanya untuk merasakan bahwa ada sesuatu yang menghangatkan bibirnya. Tangan Thiago Huo dengan lembut membelai pipinya, dan kemudian menekannya ke pelukannya.

Butuh waktu lama sebelum Thiago Huo melepaskannya, dan melihat air matanya, dia tidak bisa menahan tawa.

“Masih menangis?” Thiago Huo mengangkat tangannya dengan lembut menyeka air mata dari sudut matanya, tetapi ketika dia melihat mulutnya yang lembab, dia langsung merasa sangat ketagihan saat mencium istri yang baru dia nikahi.

“Jangan menangis, nanti perawat mengira aku menindasmu di sini,” kata Thiago Huo lembut.

"Ya ..." Adeline Qiao tersedak, tidak mengangguk atau menggelengkan kepalanya, tetapi menyusutkan wajahnya ke dalam selimut lagi.

Melihat ini, Thiago Huo membungkuk dan mencium keningnya, "Istirahat yang baik. Aku akan turun untuk membeli sesuatu. Aku akan menemanimu malam ini dan merawatmu dengan baik di rumah sakit!"

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu