Mr Huo’s Sweetpie - 108 Sungguh Adalah Sebuah Lelucon

Seketika disekeliling diam.

Semua orang menunggu jawaban dari Adeline, mereka tentu saja tahu bahwa Adeline adalah Nyonya yang asli, hanya saja siapa sebenarnya orang yang tiba-tiba muncul ini?

Jennie sedikit khawatir, dia mengulurkan tangannya dan menarik pakaian Adeline.

Adeline setelah mendengar perkataan Lindsay, dia tidak menjawab apapun, diwajahnya juga tidak bereskpresi apapun.

Melihat Adeline tidak bergerak, Lindsay mengerutkan keningnya, mengapa Adeline ini tidak bereaksi, apakah kaget hingga bodoh atau dia sama sekali tidak peduli!

Lindsay mengepalkan tangannya, yang paling susah untuk dihadapi adalah orang yang terus diam seperti begini, karena kamu sama sekali tidak tahu apa yang mereka pikirkan.

"Nona Qiao, apakah sedang mencurigaiku?" Kata Lindsay, "Aku dipilih oleh Kakek Huo, kali ini juga beliau yang menyuruhku kemari."

Adeline mengambil tas, "Kita bicarakan diluar."

Ada hal yang tidak ingin Adeline kasih tahu kepada orang lain, karena itu adalah privasi milik Thiago.

"Baik!" Lindsay tersenyum, setelah pergi dari sini, dia melakukan apapun itu akan bermmanfaat baginya.

Jennie menatapi Adeline dengan khawatir, "Adeline, jangan keluar."

"Tenang saja!" Adeline menjawab, "Menurutku Nona Mo juga adalah orang yang berpendidikan, dia pasti tidak akan main tangan."

Lindsay tercengang, dia tidak menyangka Adeline akan berkata seperti begitu, tampaknya dia bukanlah orang lemah.

"Nona Mo, ayo kita pergi!"

Melihat Adeline dan Lindsay pergi, Jennie masih saja khawatir.

"Kak Jennie, Nyonya tidak akan kenapa-kenapa kan? Aku lihat wanita itu juga adalah orang ganas." Orang lain juga ingin mendengar pendapat Jennie.

Sekali terpikiran hingga disini, Jennie lalu mengambil hpnya dan menelepon Johny.

"Ada apa?"

Jennie memberitahu semua kejadian kepada Jhony, dan menunggu balasannya.

"Sudah berapa lama mereka keluar?"

"Sudah beberapa saat."

"Aku sudah tahu."

Jhony tidak mengatakan apapun dan mematikan telepon, Jennie juga tidak mengerti maksud aku sudah tahu ini.

Jennie ragu-ragu apakah harus menelepon Thiago atau tidak, wanita itu tampaknya tidak begitu mudah untuk dihadapi.

Disaat ini Howard malah menelepon.

"Jennie, kalian bekerja dengan tenang saja, kami akan mengurusinya, Adeline akan aman saja."

"Baik." Mendengar perkataan Howard, Jennie tenang juga.

Sebenarnya semenjak Adeline turun dan pergi dengan Lindsay, Nelson sudah memberitahu Thiago.

Thiago juga berpesan kepada Nelson untuk melindungi Adeline dengan baik, jika terjadi sesuatu, boleh turun tangan.

Adeline dan Lindsay duduk disebuah kafe dekat kantor yang lumayan bagus.

Lindsay memesan kopi paling mahal ditoko itu, sedangkan Adeline hanya memesan jus saja.

"William sangat suka minum kopi." Lindsay yang mulai berkata terlebih dahulu.

Adeline mengepalkan tangannya, Thiago memang suka minum kopi.

Lindsay tentu saja tidak melewatkan gerakan kecil Adeline itu, dia bahkan merasa bahwa Adeline sudah terdampak oleh dirinya sendiri.

"Dulu kami sering keluar bersama, dan mencari kafe diam dan terkadang bisa seharian berada disana saja."

Adeline melihat jus didepan matanya, dia tidak memikirkan terlalu banyak, dia juga tidak begitu mempedulikan apa yang dikatakan oleh Lindsay.

Melihat Adeline tidak bersuara, Lindsay mengira dia terluka.

"Lelaki unggul seperti William pasti punya banyak wanita yang terus menerjang kepadanya, bahkan dengan tidak tahu malunya datang mencarinya." LIndsay melanjutkan, "Aku bisa mengerti itu semua, karena aku percaya dia akan setia pada pernikahan, ini juga adalah alasan mengapa aku tutup sebelah mata terhadap para wanita lainnya itu."

Mendengar peraktaan Lindsay, Adeline tersenyum, perkataan Lindsay tidaklah salah, Thiago memang setia terhadap pernikahannya, Adeline terus saja percaya akan hal itu.

Lindsay merasa bahwa senyuman Adeline sangatlah tidak nyaman, "Nona QIao, mengapa ketawa?"

"Menurutku perkataamu benar!" Jawab Adeline, "Dia memang adalah orang yang seperti begitu."

Lindsay sangatlah iri, kesayangan Thiago terhadap Adeline juga terlihat oleh Lindsay.

Adeline mengangkat gelas dan meminum jus, jus jeruk ini sedikit masam dan manis, lumayan enak, jika tidak juga tidak sepantas harganya.

"Adeline, sebentar lagi aku akan menikah dengan William." Lindsay tidak menyangka Adeline begitu sabaran, dia sama sekali tidak peduli dan juga tidak marah.

Adeline mengangkat kepalanya dan menatapi Lindsay, "Lalu kenapa?"

"Lalu? Lalu kami tentu saja akan hidup bersama." Jawab Lindsay, "Kakek Huo sudah bilang bahwa setelah masalah kota A selesai, kami akan menikah, ini adalah sebuah fakta! Tolong lihatlah dengan jelas, kamu dan William tidak akan punya akhir yang baik."

Seusai mendengarkannya, Adeline menganggukkan kepalanya, "Aku sudah mengerti maksud Nona Mo."

"Sepertinya otakmu tidaklah bodoh." Lindsay melanjutkan, "Kamu bersama dengan Thiago paling juga karena uang, asal kamu pergi darinya, aku juga bisa memberikanmu uang!!"

"Nona Mo, apakh kamu dulu juga memperlakukan wanita yang berhubungan dengannya dengan cara beginian?

Lindsay tidak menjawabnya, Thiago tidak pernah ada wanita, dia mana butuh menghadapinya! Sekarang Adeline yang berada dihadapannya adalah wanita yang pertama yang dia lawan.

Adeline melirik gelas, "Nona Mo apakah yang benar-benar bisa menyelesaikan masalah?"

"Menghadapi wanita seperti kamu, uang adalah yang paling berguna," Jawab Lindsay.

"Bagaimana jika aku tidak suka uang?" Tanya lagi Adeline.

Lindsay benar-benar marah, Adeline ini sungguh bukanlah orang lemah, beberapa perkataan saja sudah membuat kedudukan mereka berdua sama.

"Adeline, kamu melepaskan kedudukan Nyonya Muda kedua keluarga Yun apakah bukan karena uang? Karena William adalah direktur Utama HD, identitas ini cukup membuatmu ngiler kan."

Adeline berpikir sejenak, dari orang luar memang terlihat seperti begitu, apakah benar-benar begitu, jadi ini juga adalah alasan Thiago tidak mengumumkannya kah? dia tidak ingin orang lain menyerang Adeline? Sepertinya Thiago memikirkan ini untuk Adeline, Adeline terharu.

Lindsay terus merajalela, "Kamu dan Thiago tidak punya akihr yang baik, kakek juga tidak akan menyetujuinya! Orang seperti kamu tidak akan dipedulikan orang lain."

Ini menancap dihati Adeline, benar, dia memang menikah lagi, iya, ini adalah fakta yang tidak bisa dirubah, dan seharusnya orang tua akan susah untuk menerima ini, dititik ini, namun dia tidak ingin melepaskan Thiago, dia ingin menjaga pernikahan mereka.

Dia sedikit termenung, kepercayaan dirinya seperti terjatuhkan.

"Jika kamu tahu diri, maka pergilah sendiri."

Adeline mengedipkan matanya, "Jika dia mengatakannya dengan mulut dia sendiri mdia tidak membutuhkan aku, maka aku akan pergi.

"Adeline, kepercayaan dari mana kamu." Lindsay menyindir, "Kamu kira kamu itu siapa? Apakah dia akan menghiraukan wanita seperti kamu? Sungguh sebuah lelucon!"

Adeline melihat Lindsay tengah menatapinya dengan serius, "Nona Mo, kamu seharusnya sangatlah menyukai Thiago kan? Jadi hari ini kamu baru datang kemari memberitahuku hari ini, untuk menjatuhkan aku, aku tahu masa laluku membuat orang merasa aku tidak cocok untuk Thiago, aku tidak akan meninggalkannya! Ini juga adalh janji aku padanya!"

"Kamu!" Lindsay menatapi Adeline, "Aku benar-benar tidak menyangka kamu akan begitu tidak mau tahu!"

Bukankah mencintai seseorangi memang begitu?" Adeline tersenyum.

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu