Mr Huo’s Sweetpie - Bab 26 Bukankah Kita Senasib

Hati Adeline Qiao merasa terharu.

Thiago Huo pastinya juga memiliki banyak cerita, namun Adeline Qiao tidak merasa takut, malah ingin memahaminya.

Dia mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Thiago Huo, “Ibu, aku juga akan menjadi seorang istri yang baik! Aku akan menjaga Thiago dengan baik.”

Thiago Huo menggandeng tangan Adeline Qiao, dengan sangat erat.

“Ibuku meninggal dunia saat aku berumur 10 tahun.” Kata Thiago Huo.

Sebenarnya Adeline Qiao juga sama, “Untuk hal ini, sebenarnya kita sama.”

“Kalau begitu berarti kita ini senasib?” kata Thiago Huo sambil tersenyum.

Adeline Qiao menganggukkan kepala, karena begitu makanya kita harus hidup dengan lebih semangat.

Saat meninggalkan kuburan, Adeline Qiao memberitahukan kepada Thiago Huo kalau besok Ia akan pulang ke rumah Keluaga Yun.

Sambil melihat Thiago Huo yang terdiam, Adeline Qiao merasa tidak yakin. Tadi Dia baru menemui Ibu Thiago Huo, sekarang Ia malah akan kembali ke rumah mantan suaminya untuk membantu.

Kalau dirinya adalah Thiago Huo, pasti juga tidak akan setuju.

“Kamu ingin pulang ke sana kah?”

Adeline Qiao menggelengkan kepala dengan jujur, “Tidak ingin, tapi Kakek memperlakukan aku dengan sangat baik, jadi aku ingin pulang menjenguknya.”

Melihat tatapan mata Thiago Huo yang berwarna biru keabu-abuan itu terlihat sedikit terluka, hati Adeline Qiao juga merasa tidak enak.

“Kalau begitu kamu pulang saja!“

Adeline Qiao tertegun, seoalh-olah Ia tidak menyangka Thiago Huo akan berkata demikian.

“Pas besok aku harus dinas.” Kata Thiago Huo.

Adeline Qiao tahu dirinya pasti telah melukai hati Thiago Huo, dirinya menikah dengan Dia sudah beberapa hari, tapi Dia terus menjadi orang yang tidak terlihat.

Dia memutuskan sebuah keputusan di dalam hatinya, Ia harus mengakhiri pernikahan Dia dengan James Yun dengan secepatnya, dengan begitu Ia baru bisa dengan terang-terangan berdiri di samping Thiago Huo.

“Thiago, maaf!”

Thiago Huo mendekat dan memeluk Adeline Qiao, “Adeline, jangan membiarkan aku menunggu terlalu lama.”

“Iya!” Adeline Qiao menjawab dengan kuat.

Keesokan hari.

Setelah Thiago Huo bangun, Ia pun mulai berkemas.

Adeline Qiao mengulurkan tangan dan menerima barang yang diberi Thiago Huo, Ia berjongkok di samping koper sambil membantu Thiago Huo mengemaskan koper.

Thiago Huo tersenyum, lalu Ia pun membiarkan Adeline Qiao yang membereskannya.

Adeline Qiao membereskan koper, lalu Ia mendengar Thiago Huo sedang bertelepon di ruang buku, Ia mendengar bahasa korea. Ia merasa sedikit terkejut, ternyata Thiago Huo biasa berbahasa korea.

Adeline Qiao pernah menonton drama korea, Yang paling bisa Dia mengerti adalah kalimat menyapa. Mendengar kalimat yang lain sepertinya terdengar sama saja, tapi Ia tidak mengerti apa yang sedang mereka katakan.

Thiago Huo menolehkan kepala, melihat Adeline Qiao.

“Sudah selesai berberes?”

“Iya, coba kamu lihat masih ada apa yang perlu dibawa.”

“Tidak perlu.” Thiago Huo menyentuh rambut Adeline Qiao, “Hari ini aku tidak bisa mengantar kamu berangkat kerja.”

“Aku sendiri bisa.”

“Kalau ada apa-apa ingat telepon aku.” Thiago Huo tetap mengingatkannya.

Adeline Qiao menganggukkan kepala, tidak menahan diri untuk bertanya, “Kali ini akan pergi berapa hari?”

“Kali ini sepertinya akan tinggal beberapa hari, situasi akan seperti apa masih belum diketahui dengan jelas.” Jawab Thiago Huo. “Aku ingin menjenguk Kakek.”

“Kakek?”

“Iya, Dia ada di Korea.” Thiago Huo tidak memberitahu Adeline Qiao, beberapa hari lagi adalah hari kematian Ibunya, Setiap tahun pada saat ini, Thiago Huo pasti akan pergi ke Korea.

Adeline Qiao sekarang paham. “Jadi, kamu tadi sedang bertelepon dengan Kakek?”

“Iya! Nanti aku akan membawa kamu pergi bertemu dengan mereka, Kakek dan Nenek adalah satu-satunya keluarga aku sekarang.

Ucapan Thiago Huo, membuat hati Adeline Qiao merasa sedih, ternyata Thiago Huo dibesarkan oleh Kakeknya, sepertinya ada banyak cerita pada Thiago Huo.

Tentu Adeline Qiao sekarang juga tidak menyangka, di masa depan yang akan datang Dirinya akan bertemu dengan Kakek Thiago Huo dengan seperti apa.

“Kalau begitu kamu hati-hati.”

“Iya, kamu juga!” Thiago Huo mengelus wajah Adeline Qiao, lalu keluar dari ruang buku.

Adeline QIao mengantar Thiago Huo sampai depan pintu, lalu Ia melihat ada sebuah mobil sedang menunggu Dia di depan pintu.

Thiago Huo berkata: “Aku memesan mobil untuk mengantar aku ke bandara.”

“Hati-hati di jalan.”

Melihat mobil pergi, Adeline Qiao sambil melambaikan tangan kepada mobil tersebut.

Howard Qin melihat Adeline Qiao dari kaca spion. “Thiago, ternyata kamu suka dengan tipe sederhana seperti ini ya!”

“Dia makin dilihat makin menarik.” Thiago Huo menjawab.

“Ck ck, langsung membelanya?” Howard Qin memandangnya dengan wajah menghina, “Bagaimana kamu menjelaskan kepada Kakek nanti setelah pulang.”

“Nanti, aku sendiri akan menjelaskannya kepada Kakek, Aku rasa Kakek tidak akan keberatan.”

“Lebih baik begitu, kalau Kakek tahu identitasya Adeline Qiao, kamu siap-siap untuk menerima sanksi dari Kakek.”

Thiago Huo tidak berkata apa-apa, Ia dengan diam-diam memberi perintah kepada pengawal untuk melindungi Adeline Qiao.

Sore hari setelah pulang kerja.

Adeline Qiao kembali ke Rumah Kediaman Keluarga Yun.

Baru masuk, Adeline Qiao langsung bertemu dengan Joline Yun.

“Kamu kok pulang?” Joline Yun langsung menunjukkan wajah yang kurang senang kepada Adeline Qiao.

Adeline Qiao sudah terbiasa, “Bukannya untuk mempersiapkan acara ulang tahun Nyonya besok?”

“Huh, kamu rasa Ibuku perlu orang seperti kamu yang mempersiapkan hari ulan tahunnya? Benar-benar merendahkan selera Ibuku.” Wajah Joline Yun terlihat penuh dengan penghinaan.

Sekarang, Jason Yun juga pulang dengan mobilnya.

Melihat Adeline Qiao berdiri di depan pintu, dengan nada yang sedikit dingin, “Adik sudah pulang.”

“Iya, Kakak besar.”

“Kalau sudah pulang masuk saja, mengapa masih berdiri di depan pintu.” Kata Jason Yun.

“Baik.” Adeline Qiao menganggukkan kepala.

Jason Yun tidak menghiraukan Adeline Qiao lagi, langsung masuk ke dalam.

Adeline Qiao hendak ingin masuk ke dalam tapi Ia ditahan oleh Joline Yun, “Adeline Qiao, kamu kapan akan bercerai dengan Kakek keduaku?”

“Secepatnya.”Adeline Qiao jawab dengan sangat santai.

Seolah-olah karena mendapatkan jawaban yang memuaskan, Joline Yun pun melepaskan tangannya, “Kamu lebih baik cepat sedikit, jangan menganggu Kakak keduaku terus, kamu harus tahu kalau pasar Kakak keduaku sangat baik.”

Adeline Qiao menundukkan kepalanya menunjukkan kalau dirinya paham, “Kalau begitu aku sudah bisa masuk kah?”

“Silahkan!“

Joline Yun menyampingkan badan dan membiarkan Adeline Qiao masuk.

Walaupun terkadang, kata-kata Joline Yun terdengar sedikit sinis, tapi karena Dia adalah Nona ketiga dari Keluarga Yun, agak egois, emosinya datang dengan cepat, pergi dengan cepat juga, tapi sifat aslinya tidak jahat, jadi Adeline Qiao pun tidak memiliki banyak keluh kesah terhadapnya.

Melihat Adeline Qiao masuk ke dalam, Joline Yun dengan cepat menelepon James Yun dan memberitahu hal ini.

Dengan cepat, James Yun pun pulang.

Joline Yun dengan James Yun lebih dekat, jika ada sesuatu Ia selalu akan menceritakannya kepada James Yun, walaupun Jason Yun adalah Kakak besarnya, tapi Joline Yun selalu merasa Kakak besarnya memberikan rasa dingin, sulit untuk benar-benar dekat.

“Kakak kedua, kamu sudah pulang?”

“Dia dimana?”

“Sudah masuk.” Joline Yun sambil membawa segelas kopi dan duduk di halaman.

James Yun melihat sekilas ke pintu masuk, “Yang lain ada semua?”

“Iya! Kakak besar tadi baru pulang.” Joline Yun menjawab dengan jujur.

James Yun berpikir-pikir, lalu Ia tetap berjalan masuk ke dalam.

Di ruang tamu, Ia tidak melihat Adeline Qiao, mungkin Dia sedang pergi menjenguk Kakek.

Hendak ingin naik ke atas, Quin Fu keluar dari dapur.

“Ibu…..“

Tatapan Quin Fu melihat James Yun dengan dingin, lalu menganggukkan kepala dan pergi.

Hati James Yun tetap terluka, sebenarnya apa yang terjadi pada 10 tahun yang lalu, dalam semalam saja sikap Ibunya kepadanya langsung berubah.

James Yun berjalan ke arah kamar John Yun, baru sampai di depan pintu, Ia sudah mendengar suara tertawa John Yun.

“Adeline, hal ini benarkah?” John Yun bertanya sambil tertawa.

Sepertinya, Adeline Qiao sedang menceritakan lelucon kepada John Yun.

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu