Mr Huo’s Sweetpie - Bab 141 Jadi Dia Harus Baik Terhadap Adeline

Melihat Felix menutup pintu, ekspresi Chyntia penuh dengan putus asa.

Abigail benar-benar tidak tahu apa yang membuat ayahnya menjadi begini.

"Ibu, kamu bangun dulu." Abigail ingin menopang ibunya bangun.

Namun Chyntia terus saja duduk dilantai dan tidak ingin bangun, "Mengapa memperlakukan aku seperti begini!"

"Ibu, apa yang terjadi dengan ayah?" Tanya Abigail.

Chyntia menundukkan kepalanya dan melihat surat tuntutan itu, dia merobeknya dengan marah, ini pasti diberikan oleh Adeline kepada Felix, sekarang dia memang sudah mendapatkan dukungan besar, jadi gaya dia menyelesaikan masalah sudah berubah.

Chyntia tidak menerimanya, 20 tahun yang lalu dia sudah kalah dengan Vania, sekarang putrinya masih harus kalah dengan putri Vania, sungguh tidak adil, mengapa putrinya bisa menjadi unggul begini!'

Abigail juga menyadari bahwa ibunya sedikit aneh, siapa yang bisa memberitahunya apa yang terjadi? Jelas sudah sampai di pengadilan, namun Adeline malah tiba-tiba menarik tuntutan, sekarang kembali kerumah, ayah dan ibunya malah mau bercerai, apakah ini adalah syarat yang diberikan oleh Adeline?

Chyntia tenang, dia benar-benar merasa tidak boleh begini terus lagi, dia dan Abigail sama-sama tidak punya jalan keluar, sekarang dia harus mencarikan jalan keluar baru untuk dirinya dan putrinya, jika tidak dia tidak akan memiliki apapun lagi.

"Ibu......."

Chyntia melihat pintu yang tertutup rapat itu lagi, hatinya merasa kecewa, sebenarnya semua orang itu egois, "Felix, kamu pasti akan menyesali kepututsanmu hari ini!"

"Abigail, kembali kekamar dan beres-beres, kita pergi dari sini!":

"Ibu, apa yang kamu katakan!" Abigail merasa terkejut.

"Ayahmu tadi bilang menyuruhku bercerai dengannya dan menyuruh kita pergi dari keluarga Qiao, apakah kamu tidak dengar itu?"

Abigail sangatlah marah, "Aku tidak mau pergi,disini adalah rumahku, mengapa aku harus pergi?"

"Dengar baik-baik! Sekarang kita harus pergi dulu dari sini." Chyntia sengaja berkata dengan kencang.

Abigail pertama kalinya melihat ibunya begini, "Ibu.........kamu........."

Chyntia bangun dan menatapi pintu kamar, didalam hatinya juga membuat sebuah keputusan.

Abigail sangatlah tidak ikhlas, namun dia juga kembali kekamarnya untuk beres-beres, semua barang dikamar ini adalah barang yang dia suka, dia ingin mengambil semuanya.

Chyntia datang kehadapan Abigail, "Bawalah yang berharga, sisanya tidak perlu."

"Ibu, semua barang disini berharga."

"Kamu pilih beberapa yang paling mahal saja."

Satu jam kemudian, Abigail perlahan keluar dari kamarnya.

Chyntia melihat dia membawa turun dua buah koper, dia mengerutkan keningnya, "Apa yang kamu lakukan? Bawa begitu banyak?"

"Ibu, semua ini berharga." Didalam sana ada satu koper barang kosmetik dan satunya lagi adalah pakaian branded dan juga berbagai perhiasan lainnya, didalam tas kecilnya ada cash dan juga kartu bank.

Chyntia hanya membawa tas kecil yang biasa dia bawa, dia tidak membawa barang lain lagi.

"Kita pergi."

Mereka berdua keluar dari keluarga Qiao, ketika berada didepan pintu, mereka melirik kearah rumah yang sudah ditinggal selama ini, didalam hatinya sungguh ada banyak ketidak ikhlasan, namun mereka sekarang harus tunduk kepala, dengan begitu setidaknya mereka tidak perlu masuk penjara.

Setelah mereka berdua pergi, barulah Felix keluar dari kamar, dia melihat rumah yang kosong, hatinya juga sangatalah merasa tidak enak, ini juga satu-satunya yang bisa dia lakukan untuk Chyntia dan juga Abigail, setidaknya dengan begini barulah mereka bisa hidup.

Kabar Chyntia dan Abigail pergi meninggalkan keluarga Qiao juga tersebar hingga ke Thiago.

"Tidak disangka Felix akan mengusir Chyntia dan Abigail dengan cara seperti ini." kata Steve.

Thiago sebenarnya juga terkejut, namun sekali dipikir ulang, dia tetaplah memilih Chyntia dan juga Abigail, Felix melakukan begini hanya untuk mempertahankan mereka, bagi Adeline ini sungguh tidaklah adil.

Thiago memutuskan untuk memberitahu hal ini kepada Adeline, namun Adeline tidak banyak bereaksi, dari kemarin dia sudah kecewa berat, jadi keuarga Qiao sudah tidak bisa mengungkit perasaannya.

Adeline mengulurkan tangannya dan memegang tangan Thiago, "Thiago, aku tahu kamu mengkhawatirkan aku, tapi sekarang aku sudah tidak peduli lagi, karena aku ada kamu, ada kakek dan nenek, kedepannya masih ada bayi kita, aku sudah puas."

Thiago benar-benar merasa sayang terhadap Adeline, didalam hatinya juga membuat sebuah keputusan, itu adalah harus baik terhadap Adeline.

"Adeline, esok hari dari kita akan menjadi lebih baik." Thiago sekarang bahkan juga menantikan masa depan.

Keesokan harinya.

Adeline keluar jalan-jalan bersama Mary.

"Nenek, apakah baju ini bagus?" Adeline berkata sambil menunjuk kesebuah baju yang lumayan bagus.

"Kamu terlalu tua jika mengenakan baju ini, kamu masih sangatlah muda, pilihlah warna yang terang." Kata Mary sambil mengerutkan keningnya.

Adeline tersenyum, jika nenek melihat pakaian yang dulu dia pakai, bukankah itu akan terlihat lebih tua lagi.

Semenjak mata Mary sembuh, standar memilih barangnya juga menjadi tinggi, terutama dibidang kehidupan, ini juga yang tidak dimiliki oleh Adeline, dia tidak terlalu meminta terhadap kehidupan, dia hanya butuh rasanya lumayan saja sudah ok.

Mary hari in juga membawa Adeline keluar untuk mempraktekkannya apa itu kualitas dalam kehidupan.

Dia melihat sebuah toko perhiasan emas, Mary membawa Adeline masuk, sekali masuk, Mary langsung melihat gelang emas.

"Nenek, ada yang ingin kamu beli?"

"Iya!" Mary menganggukkan kepalanya, "Benar."

"Kalau begitu kita duduk dan pilih pelan-pelan saja." Adeline menopang Mary untuk duduk.

Tatapan Mary terus berada pada gelang naga dan phoenix yang bagus, ini adalah tradisi China, sedikit atau banyak dia juga tahu, seperti contoh orang tua harus mempersiapkan cincin emas atau gelang dan sejenisnya.

Kali ini dia datang terburu-buru, dia tidak membawa cincin tradisi keturunan keluarga mereka, hari ini kebetulan bertemu dengan kesempatan ini, dia ingin mempersiapkan satu untuk Adeline, karena dia, barulah keluarga Huo mirip seperti sebuah keluarga, jadi dia tidak boleh buruk terhadap Adeline.

"Ambil yang paling dalam itu untuk aku lihat." Standar Mary memang bagus, sekali melihat dia langsung suka dengan yang paling bagus diantara semuanya.

Pelayan toko juga langsung mengeluarkannya untuk Mary, "Nyonya, Anda sungguh hebat, ini adalah barang paling bagus ditoko kami."

Mary tersenyum, "Benarkah!"

"Adeline, keluarkan tanganmu coba." Kata Mary sambil tersenyum.

Adeline mengira hanya mencoba saja, dia lalu mengulurkan tangannya.

Mary melihat gelang emas yang dipakaikan ditangan Mary, "Hmm, lumayan!"

"Adeline, bagaimana menurutmu?"

Adeline menjawab, "Nenek, kamu suka saja sudah cukup."

"Apaan aku suka, aku membelinya untukmu." Jawab Mary, "Jika kamu merasa kurang bagus, kita pilih lagi."

"Untukku?" Adeline mengedipkan matanya, dia seolah tidak menyangkanya.

Adeline melihat harga kedua gelang ini, ini benar-benar sangatlah mahal, dia tidak sanggup menerima hadiah semahal itu, "Nenek, ini terlalu mahal."

"Aku masih punya uang sebanyak ini." Kata Mary, "Jika kamu tidak suka model ini, pilihlah yang lain."

Terakhir karena tidak punya cara lagi, Adeline akhirnya memilih satu yang harganya sedang.

Baru saja membayarnya, Quin langsung masuk kedalam toko dan berkata, "Apakah cincinku sudah siap?"

MEndengar suara itu, Adeline dan Mary mengangkat kepalanya bersamaan, mereka bertiga lalu berdiri dan saling bertatapan.

Novel Terkait

Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu