Mr Huo’s Sweetpie - 105 Kamu Merasa Adeline Tidak Berperasaan

Setelah itu, Quin memberitahu hal ini kepada Joe dan juga Jason.

Mereka ayah dan anak juga merasa marah, "Apa yang sebenarnya dibawa pergi oleh James?"

"Aku tidak melihatnya, namun aku melihat James sangatlah hati-hati, menurutku itu bukanlah dokumen biasa."

Jason menyipitkan matanya, tatapannya penuh ketidak ikhlasan, "Jangan-jangan kakek memberikan harta kepada James? Sekarang jelas bahwa Kakek memihak James, dan membuat aku serasa adalah orang luar!"

"Tidak boleh sembarangan bicara!" Quin menghentikan perkataan Jason, "Kamu adalah cucu sulung di keluarga Yun, ini tidak bisa diubah!"

Joe juga merasa bahwa kondisi belakangan ini berubah, dia harus cepat turun tangan, jika tidak sampai ujung-ujungnya dirinya tidak mendapatkan apapun, pertama-tama dia harus mendapatkan wasiat dari Tuan Besar dulu, ini juga yang terpenting, jika hal lain, dia akan melihat kondisi lagi.

"Ayah, Thiago juga adalah sebuah ancaman." Ingat Jason.

Joe menganggukkan kepalanya, "Asalkan dia tidak kembali ke keluarga Yun satu haripun, maka semuanya akan biasa saja."

"Apakah kamu bisa yakin dia tidak kembali?" Quin membantahnya, "Meskipun Thiago tidak beraksi belakangan ini, namun semenjak dia mengumumkan bahwa dirinya adalah direktur utama HD, aku merasa bahwa dia sudah beraksi."

Joe merasa Quin terlalu siaga, mencurigai ini dan itu malah bukanlah hal yang baik.

Jason menatapi suami istri yang tidak kompak ini. dia tidak memegang harapan kepada siapapun, sekarang dia harus mengandalkan dirinya sendiri, inilah yang paling menguntungkan!

Villa River Bay.

Thiago tengah duduk didepan komputer dan melihat business plan dari John akan pembelian Yun's Corp.

Beberapa hari ini Lindsay tidak memberikan kabar, jadi John belum membuat solusi detail.

"Tuan, ada tamu!" Selvy berkata didepan ruang kerja Thiago.

Thiago menutup laptopnya, "Siapa yang datang?"

"Dia bilang dia adalah ayah dari Nyonya."

Thiago menyipitkan matanya, Felix datang lebih lama daripada yang diperkirakannya.

"Biarkan dia tunggu di ruang tamu, aku akan segera naik."

"Baik."

Felix duduk diruang tamu menunggu kedatangan Thiago, dia melihat dekorasi diruang tamu dengan hati-hati, tidak terlalu mewah seperti yang diperkirakan, namun terlihat tidak biasa daripada biasanya.

Selvy memberikan teh untuk Felix, "Silakan minum teh, Tuan Qiao."

"Terima kasih!" Felix sedikit tegang, karena yang akan dia hadapi adalah direktur utama HD, dia sudah mencari tahu detail akan identitas orang ini beberapa hari ini, namun sayangnya sama saja bagaikan orang yang misterius.

Thiago turun dari lantai atas, dia menatapi tampang hati-hatinya dari Felix, dia tahu bahwa Felix datang dengan tujuan tertentu, Thiago menyipitkan matanya, jika bukan karena dia adalah ayah kandung Adeline, Thiago pasti tidak akan menemuinya!

"Direktur Utama Qiao."

Felix langsung berdiri, "Direktur William, maaf menganggu kamu istirahat."

"Silakan duduk!"

Felix tidak berani duduk, "Direktur William, kamu duduk dulu saja."

Thiago duduk diseberang Felix, Selvy menuangkan segelas kopi untuknya.

Barulah Felix berani duduk, diwajahnya terlihat tidaklah biasa.

"Direktur Utama Qiao, ada apa mencariku hari ini?"

Felix yang berada dihadapan Thiago jelas terlihat gugup, "Hmm, apakah badan Adeline sudah membaik?"

"Dia lumayan bagus." Jawab Thiago, "Aku akan menjaganya dengan baik, setidaknya pasti lebih bagus daripada ketika dia berada dikeluarga Qiao!"

"Baguslah jika tidak apa-apa." Felix terlihat canggung, Felix mengerti apa maksud Thiago.

Thiago meminum kopinya, dia menunggu Felix berkata dulan.

Felix merasa bahwa keringatnya turun terus, aura orang ini sungguh kuat, bahkan lebih kuat daripada Tuan Besar Yun.

Felix terkadang juga menghapus keringat dikeningnya, dia menahan perkataan namun bingung harus memulai darimana.

Thiago terlihat tidak ingin memulai, sekarang terlihat suasana canggung.

Felix mengerakkan badannya dan bersiap untuk menuju topik, suara Thiago terdengar, "Direktur Utama QIao, aku lihat kamu sepertinya sangatlah panas, apakah perlu aku nyalakan ac untukmu?"

"Tidak perlu, tidak perlu." Felix bergegas melambaikan tangan, "Benar-benar tidak perlu."

Namun Thiago tidak mendengar perkataannya, dia langsung mengambil remote dan menyalakan ac.

Felix langsung semakin canggung karena Thiago, awalnya perkataan yang sudah disusunnya menjadi buyar juga.

Angin ac meniup kearahnya, dengan cepat meniup kering keringat Felix, dan terus bertiup, Felix merinding, dia melirik kearah Thiago.

"Direktur William, sebenarnya hari ini aku datang kemari karena ada hal lain."

"Oh iya?" Thiago memberikan kesabaran kepada dirinya sendiri, "Ada apa?"

Felix terakhir memulainya dari Adeline, "Hari itu kamu memberikan hadiah untukku bersama Adeline, aku belum mengatakan apapun dan kalian langsung pulang, aku merasa tidak enakan."

"Ini tidak apa-apa." Thiago melanjutkannya, "Hari itu aku tidak berencana untuk membiarkan Adeline pergi, karena hari itu dia sakit, namun dia bersikeras ingin pergi, bagaimanapun juga kamu adalah ayahnya, jadi aku hanya bisa menemaninya saja."

Perkataan Thiago langsung menusuk kedalam hati Felix, iya, dia adalah ayah Adeline, namun beberapa tahun ini apa yang dilakukannya terhadap Adeline. itu sungguh bukanlah apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang ayah.

Thiago juga melihat sedikit rasa bersalah dimata Felix, sepertinya hati nuraninya belum sepenuhnya musnah.

"Adeline tidak melakukan kesalahan terhadap keluarga Qiao." Lanjut Thiago.

"Namun dia....." Felix ingin mengatakan ketidak berperasaannya terhadap keluarga QIao belakangan ini, namun ketika menatap mata Thiago, dia tidak bisa melanjutkannya.

Thiago mengerti apa yang ingin dikatakan oleh Felix, "Direktur Utama QIao merasa bahwa Adeline tidak berperasaan? Tidak berpihak denganmu?"

Felix menundukkan kepalanya namun tidak menjawab perkataan Thiago.

"Apakah direktur Utama Qiao memikirkan bahwa alasan mengapa Adeline tidak memberikan 40% saham itu?"

Felix tercengang, dia bahkan tidak berani bertatapan dengan Thiago, 40% saham ini milik Vania, dan itu dijadikan wasiat untuk Adeline.

"Menurutku nyonya Qiao melakukan hal ini juga karena terpaksa." Thiago mengatakan pemikirannya, "Karena ada yang menginginkannya mati, dan ingin merebut saham ini."

Felix kaget, "Apa katamu?"

"Sepertinya Direktur Utama Qiao sama sekali tidak curiga dengan kematian Nyonya Qiao? Orang normal yang mengalami sebuah rangsangan dan langsung meninggal? Apakah tidak ada yang patut dicurigai? Yang aku tahu, Nyonya QIao mendirikan Senco Corp bersamamu, apakah wanita seperti ini akan runtuh begitu mudahnya?"

Ekspresi Felix pucat, nada bicara Thiago dalam mengatakan hal ini sangatlah yakin, jangan-jangan dia mengetahui sesuatu?

"Apa yang sebenarnya kamu tahu?"

Thiago tersenyum namun tidak menjawabnya.

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu