Mr Huo’s Sweetpie - Bab 60 Ada Beberapa Hal Harus Wanita Yang Melakukannya.

Saat meninggalkan restauran setelah selesai makan.

Di pintu Restauran Adeline Qiao, menunggu Thiago Huo membawa mobil kemari.

Ia mengangkat kepalanya secara tidak sengaja, kemudian melihat sosok yang dikenalnya. Agar dirinya dapat melihat lebih jelas lagi, Adeline Qiao berlari beberapa langkah ke depan.

Karena itu, dia tidak memperhatikan bahwa ada mobil yang mendekat, ketika dia mendengar suara klakson, dia terkejut karena dia sedang berada di tengah jalan.

Terlebih lagi, sebuah mobil dengan cepat menancap rem di depannya, Adeline Qiao merasa sedikit ketakutan, dia jatuh ke atas tanah dan terengah-engah.

“Apakah kamu buta?” Pengemudi itu menjulurkan kepalanya dan memarahi Adeline Qiao dengan galak: “Jika kamu ingin mati, jangan memakai cara ini, mencelakai orang lain dan dirimu."

Adeline Qiao tampak sedikit terkejut, dia melihat apa yang terjadi di hadapannya dengan ekspresi wajah kosong. Kemudian ia berbicara, "Aku minta maaf!"

Ketika ia ingin bangun, kakinya sedikit lemah, saat dia akan terjatuh lagi, dirinya langsung dipeluk dengan kuat dari belakang. Dia segera mendengar suara seorang pria, tapi kali ini suaranya terdengar tegang. "Apakah kamu baik-baik saja?"

Adeline Qiao sedikit menggelengkan kepalanya, "Aku baik-baik saja."

Thiago Huo membantu Adeline Qiao berdiri, melihat ke arah pengemudi, kemudian membantu Adeline Qiao berjalan ke samping.

Pengemudi itu merasa ketakutan karena sorot mata Thiago Huo barusan, sehingga ia segera pergi tanpa mengatakan apa-apa.

Thiago Huo memeriksa tubuh Adeline Qiao untuk melihat apakah dia terluka. Dia melihat beberapa goresan di betis wanita itu, tapi yang lainnya baik-baik saja. Saat ini hatinya menjadi lebih tenang. Dia ketakutan ketika ia pertama kalinya ketika mendengar suara rem mobil dan melihat sebuah sosok yang dikenalnya terduduk di tengah jalan.

Untungnya, dia baik-baik saja, jika tidak, dia benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi.

“Bukankah aku menyuruhmu menungguku di pintu? Kenapa berjalan ke jalan raya, itu sangat berbahaya!” Thiago Huo memegang erat tangan Adeline Qiao, nadanya bicaranya terdengar sangat serius.

Adeline Qiao melihat ekspresi panik Thiago Huo, "Maaf, telah membuatmu khawatir."

“Sebenarnya ada apa?” Thiago Huo juga tahu bahwa Adeline Qiao tidak sebodoh itu, ia tidak akan dengan santai berjalan di jalan raya.

Adeline Qiao tidak menyembunyikan dari Thiago Huo, "Sepertinya aku telah melihat suami Jennie Jian memasuki hotel di seberang sana dengan seorang wanita di pelukannya."

Mendengar kata-kata Adeline Qiao, Thiago Huo juga bisa menebaknya."Jadi, kamu hanya ingin memastikannya apakah itu benar dia?"

Adeline Qiao sedikit mengangguk, karena dia cemas dan tidak memperhatikan situasi di sekitarnya.

Baru-baru ini, karena urusannya pribadinya, dia tidak punya waktu untuk memikirkan masalah Jennie Jian, jadi sektika ia menjadi cemas.

Wajah Thiago Huo terlihat tidak senang, dia merasa untuk masalah kecil seperti itu, wanita itu hampir mengalami kecelakaan. Kedepannya, ia akan menyuruh Steve Xiang dan yang lainnya mengikutinya, hari ini, karena memikirkan ingin makan malam berduaan saja dengannya, jadi ia menyuruh yang lain untuk tidak mengikutinya.

“Apakah kamu marah?” Adeline Qiao juga memperhatikan ekspresi wajah Thiago Huo.

“Kamu tidak bisa menjaga dirimu sendiri, menurutmu apa yang akan terjadi padamu kedepannya?" Thiago Huo mengerutkan kening.

Adeline Qiao sedikit menundukkan kepalanya dan berkata dengan pelan: "Bukankah masih ada kamu?"

Mendengar kata-kata tersebut, hati Thiago Huo tersentuh, sehingga ia mengulurkan tangan yang panjang untuk langsung memeluk Adeline Qiao ke dalam pelukannya.

Ini adalah pertama kalinya dia merasa sangat marah dengan tanpa alasan, dia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Perasaannya hari ini sangat aneh! Thiago Huo memeluk Adeline Qiao Wei dengan erat, atau hanya dengan cara ini dia bisa membuat dirinya tidak marah lagi.

Adeline Qiao kuga mengulurkan tangannya untuk memeluk Thiago Huo, "Aku akan berhati-hati lain kali."

"Ayo pulang ke rumah!"

Saat kembali ke Vila di River Bay.

Thiago Huo memanggil Steve Xiang sementara Adeline Qiao mandi.

"Pergi dan periksa situasi Jennie Jian saat ini."

"Siapa itu?"

“Teman baik Adeline Qiao,” jawab Thiago Huo.

Steve Xiang mengangguk. "Baik Boss."

Thiago Huo melambai tangan untuk membiarkan Steve Xiang pergi, dia melihat data-data di atas meja dan mulai menangani pekerjaannya.

Setelah beberapa saat.

Colton Huo juga menelepon Thiago Huo.

"Kakek!"

Colton Huo bertanya langsung: "Bagaimana urusannya?"

“Semuanya sesuai rencana,” jawab Thiago Huo.

“Hmm!” Jawab Colton Huo seakan-akan menunjukkan rasa puasnya. "Nenekmu baru-baru ini sudah pulang, aku tidak punya banyak waktu untuk memperhatikan urusanmu. Jagalah dirimu baik-baik! Nenekmu dan aku akan menunggu dimana hari kami ke Kota A."

Thiago Huo sedikit mengangkat sudut bibirnya saat mendengar kata-kata tersebut. Merasa sangat senang karena Neneknya sudah pulang.

"Baiklah, jaga Nenek baik-baik," tambah Thiago Huo.

"Urusi urusanmu dengan baik, Nenekmu adalah urusanku."

Thiago Huo mengangguk, dia berpikir bahwa akan mengakhiri panggilan seperti ini. Tapi tanpa diduga, Colton Huo menambahkan lagi: "Aku hampir melupakan satu hal."

"ada apa?"

“Aku menyuruh Lindsay Mo pergi ke Kota A, jadi dia bisa membantumu,” jawab Colton Huo. "Dia sudah berada di sana dalam beberapa hari mendatang."

Thiago Huo mengerutkan kening. "Kakek, aku tidak membutuhkannya."

“Thiago, ada beberapa hal hanya wanita yang bisa melakukannya, kamu seharusny mengerti apa yang aku maksud.” Colton Huo mengatakan pemikirannya. "Lindsay Mo, adalah kandidat terbaik. Keluarganya sudah bangkrut, jadi kamu bisa memberinya kesempatan untuk bekerja."

Thiago Huo sama sekali tidak menginginkan kedatangan Lindsay Mo, dia pasti tidak bisa membantu, atau bahkan dia akan menjadi beban untuk dirinya.

"Kakek..."

Ketika dia ingin berbicara, Colton Huo sudah menutup teleponnya. Pria itu tidak ingin mendengar penolakan dari dirinya.

Thiago Huo meletakkan ponselnya, tiba-tiba ia merasa akan ada masalahnya besar, sungguh merepotkan.

"Thiago..."

Adeline Qiao berdiri di pintu masuk ruang kerjanya dan memanggilnya dengan pelan, seolah-olah dia khawatir akan mempengaruhi waktu kerjanya.

Thiago Huo melihat ekspresi tidak wajar Adeline Qiao bertanya. "Ada apa?"

“Aku sudah menyiapkan air untukmu untuk mandi.” kata Adeline Qiao sambil berdiri di depan pintu.

Thiago Huo mengangguk, ia juga menunjukkan ekspresi lembut. "Aku akan segera kesana."

Setelah Adeline Qiao mendengar ini, senyuman lega muncul di wajahnya, kemudian ia kembali ke kamar.

Mata Thiago Huo tertuju pada ponselnya lagi, pandanhan matanya menjadi sedikit dingin. Mengenai masalah Lindsay Mo, dia harus menemukan suatu jalan keluar!

Setelah mandi, Thaigo Huo melihat Adeline Qiao tertidur di ujung tempat tidur sambil memegang setumpuk dokumen.

Thiago Huo berjalan kesana dengan tenang, mengambil dokumen di tangannya dan membantunya untuk berbaring. Melihat kembali dokumen yang dipegang Adeline Qiao barusan, poin-poin penting ditandai dengan pena berwarna.

Thiago Huo segera melihat barisan tulisan Adeline Qiao yang ditulis di sebelah nama Inggrisnya, William. "Kamu adalah orang yang sangat luar biasa dan hebat, kamu pasti bisa jadi lebih sukses!"

Sebenarnya, Adeline Qiao sudah melihat data boss HD Crop tersebut. Melihat semua apa yang telah di lakukan boss itu, dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak merasa kagum.

Thiago Huo menunjukkan senyum penuh artinya, dia tidak tahu apakah dia merasa bahagia atau tidak. Istrinya mengungkapkan kekagumannya pada pria yang belum pernah wanita itu temui, meskipun pria itu adalah dia, tapi dia tetap merasa tidak senang entah kenapa. Apakah dia sedang cemburu pada dirinya sendiri?

Sambil menghela nafas ringan, Thiago Huo membungkuk dan memberikan ciuman di dahi Adeline Qiao.

"Selamat malam!"

Setelah berbicara seperti itu, Thiago Huo membalikkan badan dan berbaring. Dia mengulurkan tangan dan menarik Adeline Qiao masuk ke dalam pelukannya. Apakah akhir-akhir ini, karena berhubungan dengannya, jadi waktu tidur dia menjadi lebih baik?

Thiago Huo tidak ingin terlalu memikirkannya, sehingga dia perlahan-lahan menutup matanya.

Novel Terkait

Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu