Mr Huo’s Sweetpie - Bab 42 Mulai Sekarang Aku Akan Menemanimu Makan Setiap Hari

Keesokan paginya.

Saat Adeline Qiao membuka matanya, sudah jam delapan pagi.

Dia mengambil ponselnya sebentar, sekarang seharusnya sudah mau kerja. Dia segera membuka selimutnya, dan buru-buru mempersiapkan diri.

Tapi tidak lama kemudian dia baru menyadarinya, gerakannya terhenti. Dia seperti teringat akan apa yang terjadi kemarin, dia sepertinya pergi ke keluarga Yun dengan linglung.

Setelah itu, tampaknya Thiago Huo muncul, lalu dia kembali sendiri?

“Mengapa kamu berdiri di sana dengan linglung?” Suara magnetis seorang pria datang dari belakang.

Adeline Qiao menoleh ke belakang dan melihat Thiago Huo berdiri di depan ruangan dengan pakaian kasual. Dia menatap Thiago Huo dengan bingung, jadi kemarin bukan mimpi. Dia benar-benar kembali.

“Thiago?” Nada suara Adeline Qiao juga tidak pasti.

Thiago Huo tersenyum, dia berjalan beberapa langkah ke hadapan Adeline Qiao. "Kenapa? Sudah beberapa hari tidak melihatku, apa kau tidak mengenalku?"

Merasakan suhu tangan Thiago Huo menyentuh wajahnya, Adeline Qiao mengulurkan tangannya dan memegangnya, "Bukan!"

“Karena sudah bangun, cepat keluar sarapan."

“Oke, aku bersih-bersih dulu.” Adeline Qiao mengangguk.

Ketika Adeline Qiao berjalan ke ruang makan, dia melihat ke meja yang penuh dengan sarapan, makanan Tiongkok, makanan Barat, bisa dibilang semuanya ada.

Adeline Qiao berkedip, dan bahkan menggosok matanya dengan tangannya. Begitu banyak makanan di atas meja, mana mungkin habis?

"Apa lagi yang harus diperhatikan? Duduk dan makan.” Desak Thiago Huo.

Adeline Qiao mengangguk, lalu melangkah maju, menarik kursi dan duduk. "Apakah kamu sudah makan?"

Thiago Huo meletakkan majalah finansial di tangannya dan menggelengkan kepalanya, "Belum, tunggu kamu."

“Kamu menyiapkan semua ini?” Adeline Qiao benar-benar tidak tahu harus makan apa.

Thiago Huo tersenyum dan melihat kesulitannya, dia segera membuat keputusan untuknya. Dia mengulurkan tangan untuk membantu Adeline Qiao mengambil semangkuk bubur.

"Minum bubur dulu."

"Baik."

Thiago Huo tidak melakukan apa-apa, hanya duduk dan melihat Adeline Qiao makan. Melihat semua yang dia ambil adalah makanan Tiongkok, hatinya kira-kira sudah ada perkiraan.

Ketika Adeline Qiao hampir selesai, dia baru menyadari Thiago Huo sama sekali tidak makan apapun.

“Kenapa kamu tidak makan?” Adeline Qiao menggigit roti di mulutnya, jadi dia tidak begitu jelas mengatakannya, tapi Thiago Huo mendengar semuanya dengan jelas.

Thiago Huo tersenyum, "Menurutku melihatmu makan sudah membuatku kenyang."

Adeline Qiao langsung tersipu, dia menghindari tatapan Thiago Huo. Matanya menyapu meja dengan panik, kemudian menuangkan secangkir susu kedelai untuk Thiago Huo.

“Susu kedelai ini enak.” Bisik Adeline Qiao.

Thiago Huo mengulurkan tangan dan menerimanya, "Terima kasih."

"Sama-sama."

Thiago Huo menyesap segelas, benar-benar enak. Kemudian dia makan sesuatu yang lain sendiri.

Adeline Qiao menyadari bahwa Thiago Huo tidak makan banyak, dia bertanya:“Tidak sesuai selera?"

Thiago Huo menggelengkan kepalanya. "Bukan! Bagiku, makan hanyala sekedar penyangga hidup."

Kata-kata ini membuat hati Adeline Qiao bergetar, dia mengaku dia sedikit terkejut. Ada banyak orang yang sangat terobsesi dengan makanan, bahkan demi makanan enak, sampai pergi ke jalan-jalan dan gang-gang, tetapi dia malah mengatakannya seenteng itu. Baginya, makanan enak hanya untuk menopang hidup.

Thiago Huo menyeka mulutnya dengan tisu, dan melihat ekspresi Adeline Qiao, hatinya melembut. Mengapa dia menunjukkan ekspresi seperti itu? Dia tidak pernah melihat raut mata kasihan semacam ini selama bertahun-tahun sejak ibunya meninggal, tetapi dia malah melihatnya lagi di Adeline Qiao hari ini.

“Jangan lihat aku dengan raut mata seperti itu.” Thiago Huo khawatir dia akan lemah.

Mata Adeline Qiao menjadi kabur, apa yang sebenarnya dialami Thiago Huo? Bahkan hal yang sederhana seperti makan ini saja seperti berlebihan.

“Ada apa?” ​​Thiago Huo sepertinya tidak menyangka kata-katanya akan begitu menyentuhnya.

Adeline Qiao mengulurkan tangan dan memegang tangan Thiago Huo. "Thiago, jika kamu tidak keberatan, mulai sekarang aku akan menemanimu makan setiap hari."

Ketika Thiago Huo mendengar kata-kata yang menghangatkan hati ini, dia tidak bisa menahannya, wanita ini sangat mudah untuk menginjak area terlarangnya. Tapi dia tidak bisa marah atau merasa tidak puas, malahan mengikutinya.

Adeline Qiao sakit kepala memikirkan bagaimana cara dia mengatasi makanan di atas meja ini, Bagaimana Adeline Qiao sakit kepala? Saat sarapan pagi ini, Steve Xiang dan Nelson Xiang datang.

“Aku perkenalkan.” Thiago Huo berdiri dan memperkenalkan keduanya pada Adeline Qiao.

"Ini Nelson Xiang, kamu pernah bertemu dengannya sebelumnya. Dia adalah supir.” Kata Thiago Huo.

Adeline Qiao mengangguk, terakhir kali dialah yang mengantarnya pulang, jadi dia ingat.

"Halo, aku Adeline Qiao."

“Halo, Nyonya!” Nelson Xiang hanya berkata sederhana, seperti menyapa.

Thiago Huo memperkenalkan Steve Xiang, "Ini Steve Xiang, asistenku."

Tentu saja Thiago Huo tidak mengungkapkan identitas mereka yang sebenarnya, pertama, mereka tidak ingin dia khawatir, kedua, mereka takut dia tidak bisa menerima mereka pada tahap ini.

Adeline Qiao mengangguk, "Halo!"

“Halo, Nyonya!” Steve Xiang mengangguk.

“Apakah mereka bersaudara?” Adeline Qiao melihat bahwa keduanya terlihat agak mirip, dari cara mereka berdiri dan bertindak, kurang lebih sama.

Thiago Huo menggelengkan kepalanya. "Tidak."

“Tapi bukankah mereka semua bermarga Xiang?” Adeline Qiao merasa dia seharusnya tidak salah dengar.

“Iya cara bacanya sama."

Kemudian Adeline Qiao mengambil kartu nama yang diserahkan oleh Thiago Huo. Setelah melihat kartu nama itu, Adeline Qiao baru mengerti.

"Simpan nomor mereka, jika kamu tidak bisa menghubungiku, telepon saja mereka."

“Oke!” Adeline Qiao mengangguk.

Thiago Huo melanjutkan, “Habiskan semua sarapan yang ada di atas meja."

Steve Xiang melirik ke arah Thiago Huo, kembali ke Kota A untuk mendapatkan manfaat yang begitu baik, bahkan sarapan telah disiapkan.

Melihat Steve Xiang dan Nelson Xiang duduk untuk sarapan, Adeline Qiao mengulurkan tangan dan menarik tangan Thiago Huo.

“Thiago, ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu.” Adeline Qiao juga kesulitan sebelumnya, harus memberi tahu Thiago Huo tentang keluarganya atau tidak.

Tapi dia khawatir Thiago Huo akan memandang rendah dirinya sendiri ketika dia mengetahuinya, jadi dia berkonflik untuk waktu yang lama. Tapi setelah kejadian kemarin, dia ingin menceritakan semuanya padanya.

Karena dia adalah satu-satunya orang yang bisa dia andalkan saat ini, hal-hal sepele itu sudah membebaninya, dia ingin mencari seseorang untuk memberitahunya.

Thiago Huo menarik tangan Adeline Qiao masuk ke ruang kerja.

“Semua waktuku hari ini kuberikan untukmu.” Thiago Huo menekan Adeline Qiao di kursi.

Adeline Qiao memperhatikannya duduk di seberangnya, tiba-tiba dia merasa seperti dia tahu apa yang akan dia katakan.

Thiago Huo mengulurkan tangan dan menuangkan segelas teh untuk Adeline Qiao.

Adeline Qiao mencium aroma melati, dia tercengang saat melihat cangkir teh di depannya. Thiago Huo tahu dia suka teh melati!

"Teh melati, cobalah."

Meskipun Adeline Qiao bingung, tapi dia masih menyesap isi cangkir teh tersebut. Rasanya lebih enak dari yang pernah dia minum sebelumnya.

Memandang teh bunga beraroma, Adeline Qiao tidak tahu harus mulai dari mana.

Thiago Huo melihat pikiran Adeline Qiao, dia mengetahui bahwa Adeline Qiao tidak tahu harus mulai darimana.

"Masalahnya sangat rumit, tidak tahu harus mulai dari mana?"

“Ya!” Adeline Qiao mengangguk.

Novel Terkait

Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu