Mr Huo’s Sweetpie - Bab 157 Jadi Dia Tidak Ingin Kehilangan Adeline Qiao

Semalam berlalu lagi.

Saat paginya Thiago duluan membuka mata, kemudian menundukkan kepala melihat Adeline yang di dalam pelukannya.

Tatapan Thiago penuh dengan tidak rela, dia dengan pelan melepaskan Adeline, kemudian keluar dari kamar.

Saat Thiago keluar dari kamar, Adeline membuka mata. Air mata juga mengalir dan merasa sangat sedih.

Dia tidak tahu apa dirinya yang salah atau Thiago yang salah. Tetapi dibandingkan ini, sekarang tampaknya Thiago lebih sedih daripada dirinya.

Jadi air mata ini mengalir untuk dia, kan? Sebelumnya dia terbangun sekali, saat menyadari Thiago dekat dengannya, dalam hati menjadi senang. Dia sangat suka dipeluk Thiago, juga sudah terbiasa setiap bangun melihat dia. Tetapi hari ini dia duluan pergi, terpikir ini Adeline marasa sedih.

Semalam saat pulang, dia bukan sengaja melakukan seperti itu, hanya saja belum berpikir jelas, jadi tidak tahu harus berkata apa padanya. Jika Thiago mengabaikan dirinya, maka apa yang harus dia lakukan?

Air mata sudah membasahi bantal, Adeline bergegas menarik sudut selimut sambil menggigit bibirnya dan dagunya juga gemetar. Dia tidak berani menangis keluar. Dia tidak ingin dengan Thiago berakhir dengan kesedihan.

Air mata mengalir semakin banyak, dia tidak menggigit bibirnya, hanya saja dagu lebih gemetar dari sebelumnya. Adeline bergegas menarik selimut menutupi dirinya dan dari dalam selimut terdengar suara tangisan.

Thiago berjalan sampai bawah, sudah melihat Selvy sedang menyiapkan sarapan pagi.

"Kak Selvy, hari ini harus pastikan Adeline makan banyak." Kata Thiago.

Selvy menganggukkan kepala, tetapi melihat Thiago keluar lagi, Selvy juga mengerutkan dahi, kenapa dengan Tuan muda?

Setelah Thiago keluar, dia langsung ke tempat Steve. Steve yang sedang ditreadmill melihat Thiago masuk, dia bergegas berhenti.

"Boss, kenapa kamu datang ke sini?"

Setelah melihat Thiago menutup pintu, Steve juga menghela nafas. Apakah orang yang mengalami hal ini akan menjadi bodoh? Sebenarnya masalah ini tidak begitu parah.

Selvy memanggil Adeline untuk makan sarapan, akhirnya baru tahu dia sedang menangis di dalam selimut.

"Nyonya muda, kenapa denganmu?" Kata Selvy dengan panik, kemudian membuka selimut.

Hanya melihat Adeline sedang menyusut di tempat tidur, seluruh orang menyusut menjadi satu, ini adalah tampak yang tidak aman.

Setelah melihat ini, Selvy merasa sakit hati, apa yang terjadi dengan Tuan muda dengan Nyonya muda? Apakah mereka bertengkar? Jika tidak Nyonya muda tidak akan menangis sedih dan tidak berdaya.

"Nyonya muda, apa kamu baik-baik?"

Adeline dengan serak menganggukkan kepala, "Aku tidak apa-apa."

"Apakah Nyonya muda bertengkar dengan Tuan Muda?"

Adeline menggelengkan kepala, "Tidak ada." Jika bisa bertengkar lebih baik, paling tidak ada berkomunikasi. Tetapi mereka berdua memilih diam.

Setelah melihat seperti ini, Selvy benar-benar tidak tahu apa yang terjadi.

Adeline berbalik badan, dia tidak ingin membiarkan Selvy melihat tampaknya seperti ini, "Kak Selvy, aku tidak ingin makan sarapan."

"Bagaimana bisa? Sekarang kamu sedang hamil, tidak boleh tidak makan."

"Aku benar-benar tidak ada selera makan." Jawaban Adeline.

Selvy tidak ada cara lain lagi, jadi mencari Thiago. Steve menunjuk pintu kamar yang tertutup, "Boss mengunci dirinya di dalam kamar."

"Steve, apa kamu tahu apa yang terjadi?"

Steve menghela nafas, "Nyonya muda seharusnya sudah tahu hubungan Boss dengan Keluarga Yun. Hari itu kami pergi untuk menjemput Nyonya muda kembali, tetapi Nyonya muda tidak ingin pulang bersama Boss, Sehingga dipaksa Boss masuk ke dalam mobil. Akibatnya dari saat itu mereka mulai tidak berbicara."

"Apa Tuan muda ada menjelaskan?"

"Tuan muda seharusnya tidak tahu bagaimana menjelaskan pada Nyonya muda! Lagi pula dia tidak pernah melakukan hal ini. Menurutku kali ini demi Nyonya muda, Boss pasti sangat pusing. Boss terlalu peduli pada Nyonya muda, mungkin karena tindakan berlebihan jadi menyebabkan kondisi seperti ini!"

Selvy merasa perkataan Steve sangat masuk akal. Dia bisa melihat Tuan muda sangat cinta pada Adeline, jadi tidak ingin kehilangan dia atau karena takut setelah menjelaskan, Adeline tidak akan menerima dan pergi. Jadi memilih tidak mengatakan, dengan begini dia masih bisa melihat Adeline.

Tetapi dari sudut pandang Adeline, dia seharusnya berharap Thiago bisa menjelaskan, meskipun hanya mengatakan sepata kata, dia juga akan merasa tenang. Selvy bisa melihat Adeline sangat mencintai Tuan muda. Mata dia penuh dengan Tuan muda, bahkan saat belajar masak dengannya, juga terus mengatakan Thiago seperti ini itu.

Sekarang mereka karena satu masalah, terjerumus kondisi seperti ini, benar-benar tidak perlu! Selvy merasa masalah ini Thiago perlu duluan katakan.

"Kak Selvy, aku merasa Boss sangat kasihan. Bisakah kamu bujuk Nyonya muda untuk berbicara dengan Boss! Meskipun tidak bicara, bisa memberinya ekspresi. Aku pertama kali melihat Boss seperti ini." Steve menggelengkan kepala.

Selvy mengetuk pintu dan berkata, "Tuan muda, tadi Nyonya muda menangis di dalam kamar dan tidak makan sarapan."

Setelah Selvy mengatakan ini, tidak sampai setengah menit, sudah mendengar pintu terbuka dan berkata, "Kenapa dengannya?"

"Aku sudah tanya, tetapi dia tidak ingin katakan. Apa kamu mau pulang melihatnya?" Kata Selvy.

Mata Thiago terlihat ada keraguan. Tidak lama dia berjalan keluar.

Thiago bergegas naik ke atas, masuk ke dalam kamar, tetapi tidak menemukan Adeline.

Thiago bergegas melirik sekitar, lalu melihat bantal sudah basah. Dalam hati menjadi cemas, dia benar-benar menangis!

Saat ini dari dalam kamar mandi terdengar suara muntah. Setelah mendengar suara dia, merasa sangat sakit.

Thiago bergegas berjalan sampai depan pintu toilet, juga masuk ke dalam. Melihat Adeline sedang berjongkok di depan kloset, wajah terlihat tidak nyaman, seperti sudah selesai muntah.

Melihat dia menekan tombol air, kemudian ingin berdiri, tetapi baru menyadari kakinya tidak bertenaga, jadi memegang kloset untuk berdiri.

Thiago bergegas ke sana menggendong Adeline.

Adeline terkejut, dia dengan bingung melihat wajah tampan Thiago, tetapi hari ini dia terlihat tidak semangat dan tidak mencukur kumis. Namun begini juga tidak mempengaruhi kegantengannya, malahan membuat dia lebih mempesona.

Thiago meletakkan Adeline di tempat tidur, kemudian memberi dia tissue dan bertanya, "Apakah sudah nyaman?"

Adeline seperti robot menganggukkan kepala, lalu matanya melihat ke arah Thiago yang sedang bergerak.

"Minum dulu." Thiago memberi gelas ke depan mulut Adeline.

Adeline menerima gelas, kemudian meminum air. Tatapan dia tetap melihat Thiago, dia masih perhatian pada dirinya.

Thiago melihat mata Adeline sedikit bengkak, lalu mengerutkan dahi bertanya, "Kenapa menangis?"

Adeline baru ingin bicara, telepon Thiago sudah berdering. Ekspresinya berubah setelah melihat notifikasi telepon.

Novel Terkait

Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu