Mr Huo’s Sweetpie - 107 Hasrat Yang Tidak Bisa Ditahan

Matahari terbit.

Diatas lantai terlihat baju yang berantakan, tampaknya seperti dilempar.

Disaat ini, orang yang tidur diatas kasur bergerak.

Adeline membuka matanya, matahari bersinar lewat jendela kedalam kamar, didalam ruangan langsung terasa hangat.

dia mengulurkan tangannya untuk meremas matanya, dia mengulurkan tangan untuk mengambil hpnya sendiri, namun dia menyadari bahwa dikasurnya tidak ada, barulah dia teringat bahwa setelah kembali kemarin, dia meletakkannya diruang tamu.

Adeline bangkit dan duduk, dia melihat pakaian yang terlempar dilantai, wajahnya langsung merah, kedua tangannya memegang wajahnya, seberapa menakjubkan kemarin, bajunya bahkan dilempar hingga begini.

Setelah melirik sejenak, baju tidurnya berada didekat pintu.

"Apa yang harus dilakukan sekarang?" Adeline ragu-ragu untuk memungutnya atau tidak, namun sekarang dirinya tidak mengenakan apapun, bagaimana jika nanti ada orang yang membuka pintu? Hatinya sangatlah bimbang, lemari baju juga berada dekat pintu, juga harus kesana baru bisa mendapatkan baju baru.

Adeline menarik nafas dalam-dalam, bagaimanapun juga harus begini, tidak peduli lagi! Adeline membuka selimut dan berjinjit dengan kecepatan paling cepat untuk memungut baju tidurnya.

Baru saja menyentuh bajunya, gagang pintu bergerak.

Adeline sangatlah tegang, dia bergegas mengambil baju tidur untuk menutupi badannya dan dia melirik kesamping, hanya lemari baju yang bisa menutupinya saja.

Baru saja Adeline bergerak, Thiago langsung berkata dibelakangnya, "Begitu tegang kah?"

Mendengar suara Thiago, Adeline juga lega, punggungnya menempel dilemari pakaian, kedua tangannya memegang baju tidurnya untuk menutup bagian depannya.

Dia tegang dan membuka mulutnya, "Aku......"

"Tuan, apakah sudah mau sarapan?" Tanya Selvy dari luar.

"Siapkan saja!" Jawab Thiago.

Thiago menatapi Adeline yang karena kaget yang melototkan matanya dengan besar dan penuh tatapan tegang.

Melihat tampang Adeline seperti ini, Thiago merasa lucu.

Thiago maju dan mengulurkan tangan untuk merangkul Adeline, "Kamu masih begitu malu-malu sampai sekarang?"

"Ini........ini,,,,,,berbeda." Suara Adeline gagap.

Thiago memeluk Adeline, "Aku ingat kemarin kamu sangatlah bersemangat!"

Adeline tentu saja ingat abgaimana mereka kembali ke kamarnya, tindakan begitu sungguh tidak mirip seperti dirinya, dulu dia tidak akan seperti begitu, apakah karena orangnya adalah Thiago, jadi dia tidak bisa menahan hasratnya?

Thiago berbisik disamping telinga Adeline, "Aku sangatlah suka dengan semangatmu itu."

Adeline kaku didalam pelukan Thiago, karena dia merasakan reaksi badan Thiago.

Pagi hari benar-benar tidak boleh merayu orang, Thiago mencarinya sendiri, dia melepaskan Adeline, "Cepatlah beres-beres, jika tidak akan telat untuk bekerja."

"Oh!"

Thiago melangkahkan kakinya dan berjalan keluar, dia sambil menutup pintu, aduh, dirinya hanya hanya bisa mandi ke ruang kerjanya saja.

Adeline seusai mencuci muka dan muncul di ruang makan, dia tampak bersemangat, "Selamat pagi, Bu Selvy!"

"Selamat pagi Nyonya!" Selvy juga menganggukkan kepalanya, "Duduklah untuk sarapan!"

Adeline tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, "Bu Selvy, Sekarang setiap hari menyibukkan kamu untuk membuat sarapan, sungguh maaf sekali!"

"Nyonya, aku datang kemari untuk menjaga kamu dan Tuan, tentu saja ini adalah pekerjaan yang harus aku lakukan."

"Terima kasih!" Kata Adeline.

Disaat ini, Thiago juga sudah menganti sebuah pakaian dan turun.

"Thiago, kamu juga mau keluar hari ini?" Tanya Adeline.

Thiago menganggukkan kepalanya, "Hari ini aku dan Howard akan pergi negosiasi sebuah kerjasama diluar kota."

Adeline mendengarkannya dan langsung meletakkan sumpitnya "Pergi berapa hari?"

"Langsung pulang malam ini." Jawab Thiago, "Namun tidak akan terlalu pagi."

"Kalau begitu kalian hati-hati juga."

"Tenang saja!"

Setelah Adeline pergi bekerja, Thiago juga berangkat.

"Kak Selvy, malam ini siapkan makan malamnya pagian untuk Adeline."Pesan Thiago kepada Selvy.

"Tenang saja Tuan!"

Adeline sekali kembali ke kantor dan pergi mencari Jennie.

"Apa yang bisa aku bantu?" Adeline duduk disamping Jennie.

Jennie melepaskan kacamatanya, "Bukankah kamu sudah punya urusan lain?"

"Tidak ada! Manager Qin tidak ada, dia pergi berdinas bersama Thiago." Jawab Adeline, "Kamu berikan aku sedikit pekerjaan, jika tidak aku pasti akan terlalu santai, dan menunggu pulang kerja saja."

Jennie tersenyum, "Direktur Huo juga demi kebaikan kamu, jangan tidak tahu diri."

"Jennie."

"Baik." Jennie memberikan beberapa desain kepada Adeline, "Kamu bantu warnai desain ini untukku, dan discan nanti malaman akan diberikan kepada Manager Qin."

Adeline bergegas menganggukkan kepalanya, "Baik, aku segera lakukan."

Siang hari ketika makan, dikantor datang seorang tamu tidak diundang.

Lindsay datang mengenakan sepatu hak tinggi, hari ini kebetulan dia libur, jadi dia datang kemari, dia ingin mengetes keberuntungan apakah bisa bertemu dengan Thiago atau tidak.

Namun sekali masuk, dia langsung tahu bahwa Thiago dan Howard pergi berdinas, mereka berdua pergi bersama, maka pasti adalah urusan besar.

Lindsay melirik sekeliling, kebetulan dia melihat Adeline.

Belakangan ini terlalu sibuk, dan melupakan wanita ini, hari ini kebetulan Howard dan Thiago sedang tidak ada, sepertinya tuhan juga sedang memberikan kesempatan dihadapannya, jadi dia semakin harus menjaga-jaga.

Lindsay berjalan kesamping Adeline, "Nona QIao."

Adeline mengangkat kepalanya dan menatapi Lindsay, hanya saja wanita cantik ini sepertinya pernah ditemuinya, "Kamu adalah......"

"Aku adalah Lindsay Mo." Kata Lindsay, "Apakah kamu punya waktu? Aku ingin mengobrol bersamamu."

Adeline meletakkan pensil ditangannya, dia terlihat juga sedikit kaget, "Denganku?"

"Iya!" Sepasang tatapan indah Lindsay mencerminkan tampang Adeline.

Adeline bisa melihat bahwa senyuman wanita cantik ini tidaklah tulus, dari tatapannya seperti ada rasa musuhan.

"Nona Mo, kamu ingin mengobrol apa denmganku?"

"William!" Lindsay langsung menjawabnya, "Apakah boleh?"

Adeline berdiri, dia tidak setinggi Lindsay, jadi dia hanya bisa sedikit mengangkat kepalanya, orang ini sepertinya yang waktu itu dibawa pulang oleh Howard, dia terus mengira dia adalah pacar Howard, ternyata ada maksud terselubung begini lagi.

Lindsay tersnyum, "Sepertinya William juga tidak memberitahumu tentang keberadaanku."

"Kamu adalah?"

"Aku adalah tunangan William." Lindsay mengatakannya dihadapan Adeline, lagipula mereka para lelaki tidak ada, apapun yang dikatakannya pasti benar.

Adeline tercegang, dia seolah tidak sadar, Thiago punya tunangan? Ini tidak mungkin, sebelumnya dia memberitahu dirinya sendiri, dia tidak punya wanita lain, dan wanita yang tiba-tiba muncul ini malah mengaku adalah tunangannya?

Suara Lindsay tidaklah kecil, orang-orang disekitarnya juga mendengarkannya.

"Nona Qiao, apakah kamu bisa mengobrol sekarang denganku?" Lindsay jelas terlihat bangga.

Jennie bergegas kemari, "Kamu bilang kamu iya dan kami akan langsung percaya kah?"

Lindsay tidak mempedulikan Jennie, dia hanya menatapi Adeline dan berkata, "Nona Qiao, bagaimana menurutmu? Apakah kamu sama sekali tidak berani mengobrol bersamaku? Karena kamu mengoda tunanganku!"

Novel Terkait

Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu