Mr Huo’s Sweetpie - Bab 142 Kamu Terus Berada Didalam ini

Ketiga orang itu saling bertatapan beberapa saat.

Adeline tidak menyangka akan bertemu dengan Quin disini, sama juga dengan Quin, dia juga tidak menyangka akan bertemu dengan Adeline disini.

Mary melihat Adeline berhenti, dia tahu bahwa orang ini seharusnya dikenal oleh Adeline, namun dari dalam mata mereka terlihat kekagetan mereka.

"Kenal?" Mary berkata terlebih dahulu.

Adeline kembali sadar dan menganggukkan kepalanya terhadap Mary, "Iya!"

Mendengar kata iya, Mary menganggukkan kepalanya terhadap Quin.

Quin melihat Mary, sebenarnya dia juga sudah sedikit menebak siapakah dia, karena dia punya mata yang mirip dengan Thiago, orang ini seharusnya adalah nenek dari Thiago, orang inggris tulen itu.

"Nenek, ini adalah Nyonya Yun." Adeline mengenalkannya.

Mendengar pengenalan Adeline, tatapan Mary langsung berubah, ternyata adalah orang keluarga Yun, kalau begitu dia tidak akan sungkan.

Quin juga melihat perubahan tatapan Mary, terlihat bahwa dia dendam terhadap keluarga Yun.

"Nyonya Yun, kami pergi dulu." Adeline juga merasa suasana tidak benar, dia mengira Mary tiba-tiba diam karena bertemu dengan Quin,orang ini dulu adalah mertuanya.

Jadi untuk menghindari pertikaian, Adeline merasa lebih baik pergi dulu.

Mary berusaha untuk menahan rasa marah didalam hatinya, sekarang Adeline masih tidak tahu hubungan Thiago dengan keluarga Yun, jadi dia tidak boleh sembarangan bicara, ini juga membuat Adeline sangatlah susah untuk melakukannya.

Adeline menopang Mary untuk keluar dari toko perhiasan, "Nenek, bagaimana jika kita pergi makan saja?"

Mary menganggukkan kepalanya terhadap Adeline, "Baik!"

Mereka berdua masih belum jauh pergi, Quin sudah keluar.

"Tunggu sebentar." Quin berkata.

Adeline melihat Quin melangkah cepat kemari, "Nyonya Huo, apakah kita boleh mengobrol dulu?"

Ekspresi Mary marah, "Menurutku kita tidak ada yang perlu dibahas." Seusai berkata, Mary langsung menambahkan, "Dan juga Tolong panggil aku Nyonya Besar Huo, ini baru Nyonya Huo."

Quin kaget ketika mendengar perkataan Mary, dia menatapi Adeline, "Kamu benaran menikah dengan Thiago?"

"Nyonya Yun sepertinya sangatlah kaget?" Mary berkata sambil tersenyum, "Mereka saling mencintai, tentu saja akan menikah, menurutku kamu seharusnya juga melihat apa yang kami beli tadi kan?"

Quin mengerutkan keningnya, "Adeline, aku benar-benar tidak menyangka kamu akan menikah dengan Thiago, hanya saja sekarang hubungannya sepertinya sedikit kacau."

"Kacau dimananya?" Mary langsung membantah, "Adeline sudah tidak punya hubungan sama sekali dengan keluarga Yun! Kalian keluarga Yun yang melepaskan sebuah harta karun, dan kami keluarga Huo berkesempatan untuk mendapatkannya."

Quin menatapi Adeline, namun perkataannya ditujukan kepada Mary, "Kalian keluarga Huo benar-benar tidak keberataan dengan seorang wanita yang sudah pernah menikah? Dan wanita ini dulunya adalah istri di keluarga Yun."

Mary mengerti bahwa ini disengajakan oleh Quin, dia sama sekali tidak terguncangkan, "Apa yang keberatan! Pendidikan yang aku terima berbeda dengan kalian, aku juga tidak punya banyak larangan ribet seperti itu."

Quin menatapi Mary, pertemuan pertama, dia tidak menang, nenek tua ini juga tidak mudah untuk dihadapi.

Quin melirik kearah Adeline, "Adeline, ada yang ingin aku sampaikan, semoga kamu tidak menyesal dengan keputusanmu hari ini, jangan mengira bahwa kamu sudah lepas dari keluarga Yun, sebenarnya kamu masih terus berada didalam sini, jika nanti kedepannya faktanya terungkap, semoga kamu masih bisa tenang seperti sekarang."

Mednengar perkataan Quin, Adeline juga mengerti ada kata dibalik perkataan Quin.

Mary menyipitkan matanya, sepertinya wanita ini juga tahu banyak hal, "Didunia ini juga hanya anjing gila yang akan mengonggong kemana-mana>"

"Kamu!" Quin tahu bahwa Mary sedang memaki dirinya.

Mary mencibir, "Aku tidak bilang itu kamu, atau kamu merasa bahwa kamu anjing gila?"

Quin sama sekali tidak menyangka bahwa bahasa Mary akan sebagus itu.

"Adeline, ayo kita pulang."

Mary menarik tangan Adeline dan langsung pergi, udara disini sungguh tidak nyaman.

Adeline mengikuti Mary untuk tiba disamping jalan, dan mereka bertemu Thiago.

"Mengapa kamu datang?" Adeline merasa kaget.

Thiago tersenyum, "Kebetulan lewat sini, jadi sekalian menjemput kalian pulang."

Sebenarnya ketika Adeline dan Mary bertemu dengan Quin, Nelson sudah memberitahunya, kebetulan dia juga memang lewat sini, jadi dia sekalian datang untuk melihatnya.

Mary menatapi Thiago, dia tahu bahwa Thiago tidak berkata jujur, namun dia juga tidak membongkarnya, dia menatapi Thiago lalu naik keatas mobil.

Adeline melihat Mary naik dulu, dia mengira Mary marah, dia menarik Thiago.

"Ada apa?"

Adeline berbisik disamping telinga Thiago, "Tadi aku dan nenek bertemu dengan Quin."

Thiago tidak mengatakan apapun, dia tersenyum dan merangkul Adeline, "Tidak apa-apa, ayo kita pulang dulu!'

"Baik!'

Melihat Adeline naik, dan menutup matanya, tatapan Thiago berubah, Quin pasti mengatakan sesuatu yang tidak enak didendar dan tentunya berhubungan dengan dirinya sendiri.

Sebenarnya perkataan itu jika ditelaah secara teliti, Adeline akan mengerti juga, namun sekarang dia tidak akan memikir kearah sana, mungkin waktu untuk terbongkarnya fakta ini sudah tidak lama lagi, sepertinya ada yang harus dipercepat oleh Thiago.

Setelah mengantar Adeline dan Mary pulang, Thiago juga pergi kekantor.

"Thiago, kebetulan sekali kamu datang." Kata Howard.

"Ada apa?"

Howard berkata sambil tersenyum, "Ada kabar baik."

"Katakan saja!"

"Dengar-dengar Jason bersiap untuk mengambil agen sebuah merek luar negeri." Jawab Howard, "Dan kebetulan merk ini adalah FY International."

"Dia ingin menjadi agen produk elektronik bawahan FY?"

Howard menganggukkan kepalanya, "Ini juga adalah kesempatan kita untuk beraksi, Jason sepertinya juga sangatlah percaya diri, dia bahkan tidak memberitahu Tuan besar kelaurganya dan langsung memutuskannya."

Thiago memegang dagunya, seolah juga sedang memikirkan sesuatu.

"Maksumu kekuasaan John sedang dilongsorkan?"

Howard menganggukkan kepalanya, "Joe mengalasankan John harus menjaga kesehatan dan duduk keposisinya, sekarang nyaris seluruh Yun's Corp diurus oleh Jason, bahkan Jason juga mengalihkan James keluar kota, tampangnya sepertinya akan merebut kekuasaan."

Sepertinya Joe dan Jason sudah beraksi, penantian selama ini akhirnya akan meletus juga.

Howard menambahkan, "Thiago, daripada direbut oleh mereka, belih baik ketanganmu, dengan begitu barulah Yun's Corp tidak akan hancur!"

Thiago merapatkan bibirnya, sesaat kemudian dia berkata, "Beritahu Jordan, suruh dia pergi mengobrol dengan orang FY."

"Baik."

Jika Jhon tidak mengurusnya, maka ini benar adalah sebuah kesempatan yang baik, tatapan Thiago juga terlihat tegas, seterusnya Yun's Corp kemungkinan besar akan jungkir balik, maka dia akan semakin dekat dengan targetnya.

Kecepatan Jordan sangatlah cepat, dia sudah selesai bernegosiasi dengan FY, semuanya sedang berjalan sesuai dengan rencana Thiago.

Thiago juga menantikan kali ini, semuanya sudah siap sekarang hanya menunggu kekuatan dari kesempatan kali ini saja.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu