Mr Huo’s Sweetpie - Bab 159 Mengapa Tidak Membiarkan Aku Pergi

Adeline merapatkan bibir, sengaja atau tidak bisa menyatakan apa!

"Apa ini semua benar?" Pertanyaan Adeline.

Thiago mengedipkan matanya, "Iya benar."

Adeline seperti jatuh ke dalam gua es, sangat dingin, sangat dingin. Ternyata ini semua benar, Thiago sudah di depannya mengakui.

"Jadi kamu menikah dengan aku hanya karena harta Keluarga Yun?" Adeline merasa saat dirinya bertanya ini, suaranya juga gemetar.

Tatapan Thiago menjadi gelap, "Jika aku bilang bukan, apa kamu akan percaya?"

Adeline membuka mulut, dia hampir mengatakan kata percaya, tetapi tenggorokkannya tidak bisa mengatakan apa-apa.

Kali ini, Thiago tidak mendengar Adeline mengatakan percaya, dia sangat sedih. Apa dia benar-benar tidak percaya pada dirinya lagi?

Adeline mundur satu langkah ke belakang, sekarang dia ingin tahu, apakah Thiago ada niat terhadap dirinya, "Kenapa kamu menikah denganku, apa saat itu kamu sudah tahu status aku?"

Thiago tidak mengelak, "Iya! Saat memungut berkas kamu, aku pernah buka."

Sekejap hati Adeline menjadi beku, "Jadi kamu menikah denganku, juga sudah direncanakan dari awal."

Thiago berpikir sejenak, saat melihat berkas perceraian dia, juga melihat ada nama Jason, jadi dalam otaknya memang ada niat ingin memanfaatkan Adeline untuk menyerang Keluarga Yun.

Tetapi pikirannya berubah ketika melihat Jason bersikap seperti itu pada Adeline di Kantor Urusan Sipil. Saat melihat mereka melakukan prosuder perceraian, Thiago juga melihat Adeline sedang menahan air matanya, dalam hati merasa sakit hati.

Setelah mendapatkan bukti perceraian itu, Jason meninggalkan dia. Dia sendirian duduk disudut menangis, dalam hatinya merasa kasihan. Dulunya dia tidak pernah merasakan seperti ini, saat melihat air matanya mengalir, Thiago bisa melihat ketidakberdayaan Adeline. Ini sama seperti dengan dia sakit maag di pesawat, semua membuat Thiago merasa kasihan.

Dia yang seperti ini, tidak seharusnya diperlakukan seperti itu, jadi dia berjalan ke sana. Saat dia memberi kartu identitas dan kartu keluarga padanya, dalam hatinya merasa takut. Saat Adeline mengangkat kepala melihatnya, sekejap hatinya tersentuh.

Sepertinya dia suka pada wanita ini, saat dirinya menikah dengan wanita ini, Adeline seolah-olah ingin menyesal. Tetapi di dalam kamus Thiago, tidak pernah ditolak orang. Setelah hidup bersama, dia baru menyadari dirinya semakin suka dia. Saat dia menyadari ini, Adeline sudah di dalam hatinya bertumbuh. Jika ingin mencabut bersama akar, maka akan merasa sakit, bahkan sakit sampai susah bernafas.

Sudah terbiasa hidup bersama Adeline, jika tidak ada dia, dirinya pasti akan gila. Thiago menjadi ada kelemahan dan kali ini dia yang bersedia!

Adeline melihat tatapan Thiago yang penuh perasaan ini, hati yang diselimuti es menjadi retak.

"Aku memang sudah rencanakan dari awal." Thiago menjawab jujur. Tetapi rencana itu sudah hilang.

Adeline tidak bisa menerima jadi mundur beberapa langkah sambil berkata, "Kamu memang ada rencana. Jadi aku denganmu termasuk apa?"

"Adeline, hubungan suami istri kita tidak akan berubah. Aku terhadap cintamu juga tidak akan berubah dan rencana awal itu sudah tidak ada!"

"Aku tidak ingin menjadi alatmu untuk balas dendam pada Keluarga Yun!" Kata Adeline dengan keras, dia sama sekali tidak ingin mendengar perkataan Thiago.

Air mata mengalir, Adeline melihat Thiago, tiba-tiba tertawa. Dia ini sedang menangis sambil tertawa atau tertawa sambil menangis, dia sudah tidak tahu jelas.

"Thiago, kamu membuatkan mimpi indah untukku, sekarang aku harus bangun dari mimpi ini." Adeline menutup mata dan air mata terus mengalir.

Thiago melihat Adeline seperti ini, mata menjadi merah, "Adeline, apa kamu benar-benar mengira aku menganggap kamu sebagai alat balas dendam?"

Jika bisa Thiago ingin mengambil hatinya untuk ditunjukkan pada Adeline. Di dalam hati ini, Adeline menempati dua pertiga.

"Apakah bukan?" Kata Adeline pada Thiago, "Kenapa kamu tidak membohongi lebih dalam? Paling tidak aku masih bisa ilusi juga bisa membayangkan masa depan kita."

Thiago berdiri, dalam hatinya sangat panik. Karena dia melihat tatapan Adeline penuh kekecewaan, apa yang ingin dia lakukan?

"Thiago, biarkan aku pergi!"

"Tidak boleh!" Thiago bergegas menolak. Masalah yang lain, mungkin dia akan setuju, tetapi masalah ini dia tidak akan setuju. Dia tidak boleh membiarkan Adeline meninggalkan dirinya, jika dia pergi, maka Thiago hanya tersisa cangkang.

"Mengapa tidak memberi aku pergi? Thiago, kamu benar-benar kejam!" Kata Adeline sambil menangis.

Thiago memeluk Adeline dengan erat, "Aku tidak boleh membiarkan kamu pergi, Adeline, kamu adalah keseluruhanku!"

Adeline melawan, saat ini pelukan Thiago tidak bisa menghangatkan hatinya lagi, "Lepaskan aku!"

"Aku tidak lepas!" Thiago dengan keras kepala berkata, "Adeline, kenapa kamu tidak bersedia dengan tenang berpikir!"

Tenaga Thiago sangat besar, ditambah Adeline tidak enak badan, jadi setelah dipeluk erat Thiago. Dia merasa sesak nafas, tatapan yang di depan menjadi kabur.

"Thiago, aku......" Kata Adeline belum selesai, dia sudah pingsan.

Thiago merasa Adeline tidak melawan lagi, berpikir bahwa dia telah mendengarkan perkataannya. Dia tidak memeluk begitu erat, setelah melepaskan, dia merasa tubuh Adeline seperti jatuh ke bawah.

Saat ini jantung Thiago seperti berhenti berdetak. Dia bergegas memeluk Adeline, melihat wajahnya yang pucat, mata tertutup rapat, juga mengerutkan dahi, sekejap Thiago tidak bisa mengatakan apa-apa.

Tidak lama Thiago berkata, "Adeline!" Dia tidak akan ada masalah, dia tidak akan ada masalah, dia tidak akan ada masalah!

Dalam hati Thiago terus mengatakan ini dan otaknya menjadi kosong.

Setelah mendengar Thiago berteriak, Steve dengan Selvy bergegas berlari ke atas.

"Boss!" Setelah melihat adegan yang di depan, Steve berhenti. Apa yang terjadi?

Setelah terkejut, Selvy baru merespon, "Tuan muda! Kenapa dengan Nyonya muda?"

Thiago dengan serak berkata, "Aku tidak boleh membiarkan Adeline ada masalah."

Selvy tidak bertanya lagi, hanya bergegas memanggil ambulans.

Ambulans dengan cepat datang, kebetulan kali ini yang membawa tim ini adalah Harry.

Dia melihat Thiago dengan panik menggendong Adeline masuk ke dalam mobil, dia tidak bertanya apa-apa, hanya langsung memeriksa Adeline.

Thiago terus memegang tangan Adeline yang dingin, "Bagaimana dengan dia?"

Harry melihat Thiago dan bertanya, "Kenapa dengan kalian? Apakah sedang bertengkar?" Adeline bisa pingsan karena stimulasi. Stimulasi apa yang bisa membuat dia seperti ini?

Thiago bertanya lagi, "Apa dia akan baik-baik saja?"

"Sampai rumah sakit baru tahu."

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu