Mr Huo’s Sweetpie - 106 Jika Ada Orang Yang Ingin Memisahkan Kita

Mereka berdua sama-sama tidak mengatakan apapun dan duduk saja.

Kopi dihadapan Thiago sudah dingin, dia sudah tidak ingin meminumnya lagi.

Felix mengerakkan badannya, "Direktur William, aku pulang dulu."

Thiago mengangkat tatapannya dan melihat Felix.

"Baik." Jawab Thiago.

Melihat Thiago berdiri, Felix juga ikut berdiri, "Tolong jagalah Adeline dengan baik."

"Tentu saja." Jawab Thiago, "Semoga Direktur Utama Qiao bisa memikirkan dengan baik setelah pulang, dan lihatlah siapa yang sebenarnya bersalah."

Felix menganggukkan kepalanya, "Aku tahu."

"Dan bersamaan dengan ini, aku berharap kamu jangan datang menganggu Adeline lagi, dia tidak berhutang apapun terhadapmu!" Ini adalah hal yang ingin dikatakan Thiago hari ini.

"Adeline adalah putriku." Felix masih ingin membantahnya, "Senco juga dimilikinya."

Thiago mengelengkan kepalanya, "Senco sudah tidak berhubungan dengannya, semenjak kamu mengusirnya, hubungannya dengan Senco sudah berakhir, sekarang Senco sepenuhnya adalah tanggung jawabmu."

Felix mengerti maksud Thiago, "Direktur William, aku mengerti perkataanmu."

"Silakan pergi."

Setelah Felix pergi, Thiago berputar berkata kepada Steve, "Cari orang mengawasi keluarga Qiao."

"Baik, ketua!"

Thiago tidak mempercayai perkataan Felix, sekarang dia mengerti maksud Thiago, namun susah buat dijamin jika dia kembali dan mendengar perkataan Chyntia dan Abigail lalu berubah pikiran, ini mungkin saja.

Abigail melihat Felix keluar, dia bergegas turun dari mobil.

"Ayah, bagaimana? Dia setuju untuk membantu kita?"

Suara Felix tidaklah besar, "Kita pulang dulu saja!"

Melihat ekspresi Felix, Abigail tahu bahwa masalahnya belum selesai.

Dia mengepal erat tangannya, "Ini pasti adalah maksud dari Adeline, menurutku lelaki itu sangatlah mendengar perkataan Adeline."

"Pulang." Felix berkata lagi.

Abigail dengan susah payah sampai disini, jika pulang begitu saja dia tidak akan ikhlas, bagaimanapun juga dia harus bertemu dengan lelaki itu.

Dia memutarkan badannya dan berjalan masuk.

"Kamu William kan? Mengapa kamu tidak menyetujui kami? Ayahku sudah memohon begitu kepadamu!"

Seusai berkata barulah Abigail menyadari bahwa diruang tamu tidak ada sosok Thiago, yang ada hanya Selvy yang sedang membereskan meja saja.

"Siapakah kamu? Mengapa masuk begitu saja?"

Abigail melirik kearah Selvy, "Dimanakah Tuanmu, suruh dia keluar, ada yang ingin aku katakan padanya."

Mendengar perkataan Abigail, dan juga nada bicaranya itu, Selvy langsung mengerutkan keningnya.

"Tuan tidak punya waktu, tolong keluar! Selvy sangatlah tidak menyukai wanita ini.

Abigail menginjak sepatu hak tinggi, dia sangatlah tidak puas terhadap Selvy, "Kamu hanyalah orang bawahan saja, apakah kamu punya hak untuk mengurusku?"

Selvy meletakkan lap meja ditangannya dan maju untuk melipat tangan Abigail kebelakang punggungnya, "Kamu bilang aku berhak atau tidak?"

"Sakit! Lepas tangan!" Air mata Abigail sampai mengalir karena kesakitan, ternyata wanita tua ini masih lumayan hebat.

Selvy melepaskan Abigail, "Segera keluar!"

"Kamu tunggu itu!" Abigail mengulurkan tangannya dan menunjuk kearah Selvy.

Baru saja Selvy ingin bergerak, Abigail langsung berlari keluar dengan tangannya yang terluka.

"Kak Selvy, mengapa kamu turun tangan? Hal seperti ini seharusnya aku yang melakukannya." Kata Steve sambil tertawa.

Selvi melirik kearah Steve, "Lalu mengapa kamu tadi tidak turun tangan?"

Steve mengerakkan bahunya, "Menurutku wanita ini sepertinya suka dengan ketua! Sekarang sedang memikirkan cara untuk mendekatinya!"

Selvy menghempaskan nafasnya dan mengambil gelas untuk masuk kedapur.

Steve merasa bahwa juga ada untungnya Thiago mencari Selvy kemari, menghadapi wanita paling bagus jika dilakukannya, meskipun image Steve terhadap Abigail sangatlah buruk, namun memukul wanita sungguh tidaklah bagus bagi seorang lelaki.

Malam hari.

Nelson mengantar Adeline pulang.

Selvy melihat Adeline memeluk setumpuk data untuk kembali, dia bergegas menerimanya, "Mengapa Nyonya membawa pulang begitu banyak data hari ini?"

"Kebutuhan pekerjaan." Kata Adeline sambil tersenyum, "Bu Selvy, dimanakah Thiago?"

"Tuan sedang berada diruang kerja."

Adeline menurunkan tasnya, dia kembali memeluk data-data itu, "Kalau begitu aku pergi mencarinya!"

Selvy tersenyum, hari ini Nyonya punya pekerjaan untuk dikerjakan, kamu terlihat semangat.

"Thiago!" Adeline memeluk dokumennya dan naik ke ruang kerja Thiago.

Thiago mengangkat kepalanya, dia melihat dokumen yang dipeluk oleh Adeline, "Mengapa kamu membawa pulang kerjaan lagi?"

Adeline tersenyum, "Ini semua adalah yang ingin aku belajar darimu!"

"Taruh dulu, nanti setelah makan dulu saja."

"Baik!"

Pekerjaan yang diberikan oleh Howard hari ini senarnya adalah mengarsip ulang beberapa kasus dulu, namun didalam kasus ini, Adeline menyadari bahwa ada beberapa kasus planning yang dibuat oleh Thiago sendiri.

Seketika dia merasa tertarik, melihat kasus planning yang dibuat oleh Thiago, dia hanya bisa mendeskripsikannya dengan kaget, semua kasusnya sangatlah bagus, jadi Thiago bisa sukses juga karena usahanya juga!

"Thiago, kamu ceritakan kondisi detail kasusnya untukku dong."

Thiago melihat Adeline yang berada disampingnya dan tersenyum, "Kamu ingin mencari tahu tentang masa laluku?"

Adeline mengedipkan matanya, "Apakah tidak boleh? Sebenarnya aku tidak tahu apa-apa tentangmu, jarang punya kesempatan seperti hari ini, aku tentu saja ingin mengenalmu! Kamu ceritakan untukku dong."

Thiago mengulurkan tangan dan merangkul Adeline, "Bagian mana yang ingin kamu tahu?"

"Aku ingin tahu semuanya, kamu adalah suamiku, sebagai istrimu, bukankah aku harus tahu?"

Thiago terlihat sedikit tersentuh, dia mengerti maksud Adeline, namun ada hal yang tidak ingin dia kasi tahu Adeline saat ini.

Thiago tidak mengatakannya, dia bertanya, "Adeline, jika kedepannya ada orang yang menginginkan kita berpisah, apa yang akan kamu lakukan?"

Adeline mengangkat kepalanya untuk menatapi Thiago dengan serius, "Bagaimana denganmu?"

"Ini aku yang bertanya duluan." Thiago tiba-tiba sangatlah ingin tahu jawabannya.

Adeline menganggukkan kepalanya, "Thiago, aku sudah menikah denganmu, berarti aku ingin menjalani kehidupan bersamamu! Jika benar ada orang yang menginginkan kita berpisah, asalkan kamu masih membutuhkanku, aku tidak akan pergi!"

Jawaban Adeline membuat Thiago deg-degan, "Asalkan kamu masih membutuhkanku, aku tidak akan pergi!" Perkataan yang begitu biasa namun bisa memberikan kekuatan untuk Thiago.

"Adeline, apakah kamu benar-benar tidak akan pergi?"

Adeline menundukkan matanya, suaranya menjadi pelan, "Kecuali kamu tidak menginginkan aku lagi, sampai saat itu, aku akan pergi!"

Thiago tegang, dia bingung harus melakukan apa! Jika Adeline benar-benar pergi, apa yang seharusnya dia lakukan?

"Thiago, jika ada hari itu, aku ingin kamu mengatakannya sendiri padaku." Adeline menundukkan kepalanya, dia tidak berani menatapi Thiago.

Thiago mengulurkan tangan dan memegang wajah Adelline, dia menatapi mata Adeline yang sedikit basah, Thiago bergegas menciumnya, dia ingin melakukan aksi untuk memberitahu Adeline, baik sekarang maupun masa depan, dirinya begitu membutuhkannya........

Novel Terkait

Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu