Mr Huo’s Sweetpie - 104 Kapan Mereka Menikah

Beberapa hari ini.

Asalkan punya waktu, James selalu akan datang ke HD-QH, namun dia selalu melihat adegan Adeline pulang bersama Thiago.

James juga akan mengikuti dari belakang mereka secara diam-diam, hingga mereka pulang kerumah barulah dia akan pergi.

Sebenarnya James juga tidak mengerti mengapa dirinya begitu, karena hari itu melihat Thiago melamar Adeline kah, jadi hatinya punya pemikiran lain, karena tidak ikhlas Adeline menemukan orang yang lebih bagus daripada dirinya?

James tidak ingin mempedulikan pemikiran-pemikiran ini, disaat ini, dia hanya memikirkan satu hal, yaitu mengapa Adeline bisa mengenal Thiago? Identitas Thiago begitu tinggi, apakah dia tulus atau berpura-pura saja?

Hari ini.

James datang lagi ke HD-QH, dia melihat jam dan sepertinya Adeline juga akan pulang kerja.

Setelah lewat beberapa meint, James melihat Adeline keluar namun hari ini tidak melihat Thiago datang menjemputnya, James baru saja ingin turun, namun dia melihat ada sebuah mobil yang berhenti dihadapannya.

James menghentikan gerakannya, sekalipun Thiago tidak muncul, namun dia juga sudah mengatur semuanya untuk Adeline.

Setelah melihat mobilnya pergi, James terus saja membuka pintu mobilnya, dia ingin menghirup udara segar, mungkin karena udara didalam mobil sungguh tertekan, atau mungkin karena suasana hatinya sangatlah tidak baik.

Baru saja dia menyalakan sebatang rokok, tatapan James melihat sebuah sosok yang familiar.

Ketika Jennie melihat JAmes, dia juga sedikit tercengang, mengapa dia ada disini?

James tengah merokok, dia menatapi Jennie, "Sudah mau pulang?"

Jennie menganggukkan kepalanya, dia ingin bertanya mengapa dia ada disini, namun dia tidak mengatakannya meskipun ingin bertanya.

"JEnnie, aku masih berhutang uang padamu, sekarang aku kembalikan padamu," JAmes mencari sebuah alasan.

Jennie jelas tahu bahwa James datang kemari bukan untuk mengembalikan uang, namun dia tidak akan terlalu banyak berkata.

"Baik!"

James mengeluarkan dompetnya dan menghitung setumpuk uang dan memberikannya kepada Jennie, "Terima kasih untukmu waktu itu."

"Sama-sama." Dia lalu menyimpan uangnya., "Jika tidak ada hal lain aku akan pergi dulu."

James menatapi rokok ditangannya, "Kamu tidak hitung dulu?"

Jennie mengelengkan kepalanya, "Tuan Muda Yun tidak akan memberikannnya kurang, jadi aku sangatlah tenang."

James membuang sebuah rokok yang tidak dihisapnya, "Aku kebetulan satu arah, aku antar kamu pulang."

Jennie awalnya ingin menolak, namun setelah dipikir-pikir, dia menganggukkan kepalanya.

Diatas mobi.

James tidak mengaja mempertanyakan masalah Adeline.

"Adeline dan Thiago terlihat sepertinya lumayan bagus."

Mendengar perkataan ini, Jennie tertawa, "James, kau sungguh salut kepadamu masih bisa bertahan hingga seklarang, mereka memang lumayan bagus!"

James mengerutkan keningnya, "Kapan mereka menikah?"

"Menikah?" Jennie tidak mengerti maksud perkataan ini, mengapa James bisa tiba-tiba penasaran dengan beginian.

Thiago dan Adeline sudah lama menikah, bahkan disaat mereka berdua baru bercerai kurang dari satu jam, namun Jennie tidak akan memberitahu James akan fakta ini.

Nada bicara James kurang bagus, "Bukankah dia sudah melamarnya?"

Jennie menatapi James, mengapa James bisa tahu akan Thiago melamar Adeline?

"Kamu melihatnya hari itu?" Ini adalah penjelasan satu-satunya.

James tidak menjawabnya, jadi Jennie menganggapnya mengakuinya, "Aku juga tidak begitu mengerti akan urusan mereka."

"Sekalipun kamu tahu, kamu juga tidak akan memberitahuku." James juga lumayan tahu diri akan hal ini.

Jennie tidak menjawab perkataan James, dia menoleh kearah luar.

"Kabarnya perceraianmu dengan Cason juga dibantu oleh Thiago?"

Jennie menganggukkan kepalanya, "Benar."

"Sekarang kalian semua mengikutinya, perkembangannya sepertinya lumayan."

JEnnie tertawa, "Karena kami ingin melewati hidup ynag diinginkan sendiri, jika berjalan ditempat semua, tidak akan terlihat masa depan."

Perkataan Jennie terus terulang dibenak James.

Setelah kembali kerumah, dia menyadari suasananya tidak benar.

Ketika Quin melihat James, dia menatapinya terus, "Kamu masih tahu untuk pulang?"

"Ada apa?" James tidak mengerti.

Joline mengisyaratkan James untuk jangan bertanya.

Quin menatapi James, "Mengapa hari ini kamu menolak solusi dari kakakmu?"

"Ibu, solusi kakak itu memang tidak bagus, dan kita juga tidak cukup mengetahui perusahaan itu, jika membelinya dengan tiba-tiba pasti akan menyebabkan dampak terhadap Yun's Corp!" Jelas James.

Quin tahu bahwa Tuan Besar Yun membiarkan James kembali bekerja pasti tidak akan semudah ini!

"Ibu, Kakak kedua juga demi Yun's Corp." Joline membantunya, "Dan terkadang kakak pertama juga agak ceroboh."

Quin menatapi putrinya, "Apa yang kamu tahu?"

Joline menutup mulutnya, DImata ibunya hanya ada kakaknya saja, dia dan kakak keduanya bagaikan adalah pajangan.

James menatapi Quin, "Ibu, aku juga demi kebaikan kakak, apakah tidak seharusnya kita mencari tahu dulu kondisi mereka dan barulah turun tangan itu bisa tidak ada masalah, jika sekarang hanya mendengarkan perkataan dari beberapa orang itu saja dan beraksi, sangatlah mudah terjadi masalah, dan kakek pasti tidak akan menyetujuinya!"

"Kamu tidak perlu mengungkit kakek." Kata Quin dengan marah.

Disaat ini, Suara John juga terdengar, "Menurutku perkataan James tidaklah salah, dan aku juga tidak akan menyetujui hal ini!"

"Ayah......." Quin berbalik meliriknya, "Aku juga hanya......."

John menopang tongkat dan berdiri tidak jauh dari sana, "Aku sudah mengecek perusahaan itu, memang bermasalah! Financenya terus buruk, mereka sekarang terburu-buru untuk mencari pembeli dan bisa kabur."

Mendengar perkataan John, Quin tidak mengatakan apapun, namun didalam hatinya sangatlah tidak senang, Tuan Besar Yun ternyata akan membantu orang luar ini!

"James, kamu datang sebentar."

James mengikuti John masuk ke ruang kerja.

"Kakek. ada apa kamu mencariku?" Tanya James.

John mengambil sebuah data untuk James, kamu tanda tangan data ini dan kamu simpan baik-baik!"

James melihat ini adalah surat pemindahan saham, "Kakek, ini........."

"Ini adalah yang kakek sisakan untukmu, kamu harus menyimpannya dengan baik! Mungkin saja kedepannya akan ada waktu untuk menggunakannya nanti." Diwajah John terlihat sedikit berat.

James merasa bahwa John bagaikan sedang memberikan wasiat, dia tidak mengerti mengapa kakek memberikan 10% saham ini untukmya.

"James, jika kakek sudah tiada, kamu harus membantuku menjaga Yun's Corp dan membantunya." Kata John.

James tidak mengerti maksud perkataan ini, mejaga Yun's Corp, membantunya? Dia itu siapa?"

Melihat James bingung, John berkata, "James, cepatlah tanda tangan, hal ini hanya diketahui oleh kita berdua saja."

Terhadap peringatan kakeknya, James menganggukkan kepalanya, dia lalu menandatanganinya.

"Benar-benar anak baik!" John merasa dirinya mungkin tidak sempat melihat adegan itu, namun dia percaya James bisa melakukannya.

Hingga setelah James meninggalkan ruang kerja John, Quin melihatnya mengambil sebuah dokumen, apakah Tuan Besar memberikan misi kepada James secara diam-diam?

Quin melihat dokumen yang dipegang erat itu dan kembali ke kamarnya sendiri, hatinya tidak bisa tenang.

Novel Terkait

Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu