Mr Huo’s Sweetpie - Bab 274 Pangkat yang Kacau

Saat semua orang sedang menunggu pernyataan James Yun, sebuah suara ketukan pintu telah menghancurkan suasana.

Suasana yang tadinya sangat tegang telah sirna dalam seketika. Lalu, seorang pelayan datang menghidangkan buah-buahan.

James Yun menghela napas lega karena hal ini, sebenarnya dia sama sekali belum sempat memikirkannya dengan baik-baik. Thiago Huo langsung melemparkan bola padanya secara mendadak seperti ini, membuatnya tidak memiliki waktu untuk mempertimbangkannya.

James Yun memanfaatkan selang waktu ketika pelayan sedang menghidangkan buah-buahan ini untuk menganalisisnya. Dia benar-benar tidak menyangka Harry Xia bakalan mengatakan perasaannya di hadapan semua orang. Dia salut terhadap keberanian Harry Xia dalam hal ini. Harry Xia dan Joline Yun, kalau dua orang ini bersatu, sepertinya memang tidak ada salahnya.

Hanya saja hubungan mereka akan sedikit rumit, ini sama seperti apa yang dipikirkannya sebelumnya. Mantan adiknya akan berpacaran dengan kakak kandungnya yang sekarang, pangkat di antara mereka terasa kacau. Berdasarkan sepengetahuannya, Joline Yun sangat tidak menyukai hal-hal rumit seperti ini.

Thiago Huo melihat James Yun sekilas, mengamati perubahan ekspresi wajahnya. Thiago Huo mengambil cangkir teh dan meneguknya, matanya mengandung sedikit senyuman. Situasi seperti ini memang sangat menguras otak.

James Yun samar-samar menyadari ada orang yang sedang melihatnya, dia mengangkat kepala dan langsung bertatapan dengan pandangan mata Thiago Huo, dan menyadari senyuman di balik matanya. Dia sudah menduga Thiago Huo sengaja melakukan ini.

Setelah sang pelayan keluar, Harry Xia langsung lanjut bertanya: "James, apa keputusanmu?"

James Yun memalingkan kepala melihat Harry Xia, "Aku merasa sebaiknya hal ini diputuskan oleh Joline sendiri. Aku tidak ingin mempengaruhi kehidupannya."

Kening Harry Xia berkerut saat mendengar hal ini. Dia awalnya mengira James Yun bakalan mengatakan suatu keputusan, tapi ujung-ujungnya malah sebuah jawaban yang tak berarti seperti ini. Jadi intinya, dia harus mengandalkan kemampuannya sendiri untuk mengatasinya.

James Yun pergi mengambil sepotong daging ayam untuk menyembunyikan sikapnya yang sedang menghindari pertanyaan, menundukkan kepala dan makan. Sebenarnya hatinya sangat gundah, yang satunya adalah adik perempuannya, yang satunya adalah kakaknya, asalkan dia memutuskan untuk membantu salah satu di antara mereka, maka dia akan bersalah terhadap yang satunya lagi. Ini sungguh merupakan pertanyaan yang sulit!

Agung Xia yang duduk di samping James Yun menjadi terdiam setelah melihat kedua putranya ini. Meskipun dia sudah berjanji akan membantu Harry Xia, tapi sekarang sepertinya masih bukan waktu yang tepat, dia tidaklah ingin ikut campur terlalu banyak, cukup asalkan dua putranya sama-sama hidup dengan baik.

Adeline Qiao melihat mereka para pria, dan benar-benar ingin tertawa. Thiago Huo melemparkan pertanyaan yang sulit ini kepada James Yun, lalu James Yun memilih menanggapi Harry Xia dengan menghindari menjawab pertanyaan ini, sedangkan Harry Xia terlihat bagaikan si bisu makan pare, Agung Xia diam seribu bahasa, tidak ingin banyak ikut campur. Pria terkadang juga akan seperti ini, ingin menghindar saat tidak tahu harus bagaimana, makanya, semua ini wajar-wajar saja. Manusia memang seperti itu.

Tiba-tiba ada sepasang sumpit yang sedang menjepit sepotong daging muncul di depan pandangan matanya, selanjutnya daging itu diletakkan ke dalam mangkuknya. Adeline Qiao mengangkat kepala melihat Thiago Huo, hatinya merasa terharu.

"Sayur ini sangat enak, makanlah lebih banyak." Thiago Huo berkata.

Adeline Qiao menganggukkan kepala. "Hmm!"

Melihat Thiago Huo dan Adeline Qiao sama-sama menyukai sayur itu, Agung Xia langsung berkata: "Kalau suka, mau pesan lagi?"

Thiago Huo menggelengkan kepala, "Tidak perlu, akan terasa jemu jika makan terlalu banyak. Cukup dengan jumlah yang pas, terlalu banyak akan merugikan."

Adeline Qiao tertawa, tidak menyangka Thiago Huo akan berkata seperti ini, tapi sang pria tepat telah mengatakan hal yang sama dengan isi hatinya.

Acara makan-makan akhirnya telah berakhir, Thiago Huo dan Adeline Qiao bersiap-siap hendak pulang.

Harry Xia mengantar mereka keluar, dia tetap tidak menyerah dan kembali menanyakan. "Thiago, kamu benar-benar tidak ingi memberikan pendapatmu terhadap masalahku dengan Joline?"

Thiago Huo menghentikan langkah kakinya. "Aku bukannya tidak ingin memberikan keputusan, melainkan aku benar-benar tak berhak mewakili Joline Yun mengambil keputusan. Ini adalah masalahnya sendiri, jadi aku akan menghargai keputusannya. Kalau kamu benar-benar menyukainya, maka berusahalah untuk mengejarnya, semoga saat kami kembali dari Amerika nanti bakalan ada kabar baik."

Tepat pada saat ini, Adeline Qiao juga ikut berkata. "Kakak Senior, kalau tekadmu sudah bulat, mohon agar kamu bisa terus mempertahankan tekad ini. Tapi kalau kamu masih belum yakin, maka mohon agar kamu jangan mengganggunya!"

"Adeline, aku mengerti semua ini." Harry Xia menganggukkan kepala.

Thiago Huo melekukkan bibir, sepertinya telah terpikirkan sebuah ide yang bagus. Tapi tentu saja dia tidak akan mengatakannya sekarang.

Dalam perjalan pulang, Thiago Huo menyuruh Jhony mencari data-data sekolah terkenal di Amerika.

Adeline Qiao merasa aneh saat mendengar ucapan Thiago Huo ini. "Kenapa ingin mencari tahu data-data sekolah?"

"Ada gunanya." Thiago Huo hanya menjawab dua kata.

Adeline Qiao melihat ekspresi Thiago Huo yang terasa misterius itu, hatinya pun merasa aneh. Kenapa dia mencari data beberapa sekolah secara mendadak, seakan-akan bakalan ada seseorang yang perlu disekolahkan.

Thiago Huo menggenggam tangan Adeline Qiao, sang pria tidak ingin menyembunyikan hal ini darinya, "Untuk Joline."

Adeline Qiao melototkan matanya lebar-lebar, "Kamu ingin membuat Joline sekolah di luar negeri?"

Thiago Huo menganggukkan kepala, "Dia sekarang masih muda, harus dicas sampai penuh."

Adeline Qiao tiba-tiba merasa Thiago Huo sengaja berbuat seperti ini setelah mendengar ucapannya. Tujuannya adalah demi memisahkan Joline Yun dan Harry Xia. "Apakah benar-benar tidak bermasalah?"

"Apa salahnya?" Thiago Huo menjawab. "Pendidikan Harry begitu tinggi, Joline pasti akan kehabisan topik kalau bersama dengannya."

Adeline Qiao merasa ucapan Thiago Huo memang benar, hanya saja Adeline Qiao tidak berpendapat seperti itu. Asalkan ada topik yang bisa diperbincangkan bersama, maka ini sudah cukup bagi mereka untuk berkomunikasi. Sama seperti dirinya dan Thiago Huo yang tidak cocok dalam berbagai hal, tapi bukankah sekarang masih baik-baik saja?

"Thiago, aku merasa tidak perlu seperti ini. Joline memiliki kehidupannya sendiri." Adeline Qiao berkata, "Kita seharusnya jangan banyak ikut campur."

Thiago Huo menganggukkan kepala. "Hmm, nanti kita lihat apa keputusan Joline."

Setelah kembali ke Vila River Bay.

Thiago Huo memanggil Joline Yun ke ruang kerja, mereka berdua berbincang-bincang begitu lama. Entah apa saja yang telah dibahas oleh mereka, tapi Adeline Qiao percaya Thiago Huo tidak akan memaksakan kehendak Joline Yun.

Awalnya dia berniat ingin menunggu mereka sampai selesai bicara, tapi Adeline Qiao benar-benar sudah tak tahan lagi dan tertidur. Saat Thiago Huo masuk ke kamar, terlihat Adeline Qiao sedang bersandar di sofa dan tertidur.

Sang pria berjalan mendekat dan menggendong Adeline Qiao. Sekarang sudah terasa lebih berat saat menggendongnya, Thiago Huo menundukkan kepala melihat Adeline Qiao, "Istriku, maaf telah menyusahkanmu."

Keesokannya di pagi hari.

Saat Adeline Qiao masih berada di dalam mimpi, dia mulai mendengar kegaduhan di lantai bawah. Adeline Qiao menggosok matanya, lalu bangun.

Adeline Qiao berjalan ke depan jendela, menyibak tirai jendela dan melihat ke arah pintu.

Saat melihat keadaan di lantai bawah, Adeline Qiao seketika mulai bersemangat, kenapa mereka bisa datang?!

Adeline Qiao dengan buru-buru membuka pintu kamar, karena tenaganya terlalu besar, mengakibatkan pintu kabar terbentur dengan dinding.

Suara benturan ini mulai memancing perhatian Thiago Huo, dia keluar dari ruang kerja, "Ada apa?"

Thiago Huo mendekat dan memeluk Adeline Qiao, "Kamu tidak kenapa-napa bukan? Kenapa begitu buru-buru?"

"Di bawah......"

"Keributan ini telah membangunkanmu?" Mendengar ucapan Adeline Qiao, Thiago Huo langsung mengerti terhadap apa yang terjadi.

Adeline Qiao melihat Thiago Huo, "Kamu sudah mengetahuinya?"

"Hmm! Mereka telah datang cukup lama." Thiago Huo menjawab.

"Kalau begitu......" Adeline Qiao merasa ragu antara ingin turun melihat-lihat mereka atau tidak.

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu