Mr Huo’s Sweetpie - Bab 235 Lebih Baik Mati Daripada Menyerahkan Diri

Karena suara ini, kesadaran Joline Yun mulai kembali.

Ia mulai memberontak, mencari kesempatan untuk menyelamatkan diri, ia tak boleh membiarkan sesuatu terjadi pada dirinya. Saat ini, hanya ia yang bisa menolong dirinya sendiri.

Sayangnya tenaganya terlalu lemah, 3 orang pria itu segera menekannya ke dinding. Ia tak bisa bergerak sama sekali, bahkan meskipun kondisinya sedang penuh tenaga pun, ia takkan bisa melawan 3 orang pria.

Joline Yun menatap Abigail Qiao yang sedang merekamnya. Ada yang tak beres dengan segelas wine tadi, ia sengaja ingin mencelakakan dirinya. Ia merasa tak berdaya dan hanya bisa menyalahkan diri sendiri karena tidak berhati-hati.

Ia merasakan sepasang tangan menyentuh tubuhnya, Joline Yun merasa sangat muak, dan tubuhnya bereaksi. Tapi ia tak dapat melepaskan diri, tangannya ditekan dengan erat ke tembok.

“Tak mau!” dengan susah payah Joline Yun melontarkan dua kata itu.

Dan hasilnya, kedua kata itu terucap dengan nada yang berbeda, yang membuat ketiga pria itu semakin antusias. Salah seorang dari mereka tersenyum, “Saat seorang wanita berkata tidak mau, artinya adalah mau, kami semua tahu akan hal itu.”

Setelah berkata, pria itu berjongkok untuk melepaskan celana Joline Yun. Joline Yun sedang mengenakan celana jeans ketat, tak mudah untuk dilepaskan. Pria itu mengerutkan kening dan menarik dengan keras.

Saat ini Joline Yun tak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri. Bisa dibilang saat ini ia sangat sensitif, begitu disentuh, tubuhnya langsung bereaksi, bahkan mengeluarkan suara yang ia sendiri tak dapat mempercayainya.

“Jangan, jangan, kumohon,” gumam Joline Yun.

Tapi para pria itu menjadi semakin ganas, seorang pria menjulurkan tangannya dan merobek bra Joline Yun, lalu menundukkan kepala untuk mencium lehernya, dan berseru dengan puas, “Wangi sekali!” lalu ia membuka mulutnya dan menggigit leher Joline Yun.

Joline Yun menjerit kesakitan, “Sakit!”

“Sebentar lagi kau tak akan merasa sakit, kau akan merasa gembira,” pria itu tersenyum dengan sinis, lalu kembali menggigit leher Joline Yun.

Joline Yun membelalakkan matanya, ia tak akan menyerah, ia menatap Abigail Qiao.

Abigail Qiao menatap Joline Yun dan tersenyum, “Untuk apa kau menatapku? Seharusnya kau menikmatinya! Semakin kau berontak, akan semakin sakit.”

“Abigail Qiao, aku akan membunuhmu!” kata Joline Yun sambil menggertakkan giginya.

Abigail Qiao tertawa, “Sebentar lagi kau takkan berkata seperti ini, kau akan menerimanya dengan senang hati.”

Joline Yun mengepalkan tinjunya, jika saja saat ini ia mempunyai senjata, ia akan membunuh orang-orang ini, dan ia takkan melepaskan Abigail Qiao!

Abigail Qiao melihat tatapan Joline Yun yang penuh kebencian, “Kenapa menatapku seperti itu? Joline Yun, kau sendirilah yang menyebabkan semua ini. Kau tak bisa menyalahkan orang lain, aku sudah bilang aku akan membalas tamparan itu.”

“Abigail Qiao, kau sungguh tak tahu malu,” kata Joline Yun sambil menatap Abigail Qiao.

Abigail Qiao sangat jengkel melihat ekspresi Joline Yun saat ini, “Kalian jangan buang-buang waktu, tak perlu melakukan foreplay, segera lakukan dan segera selesaikan. Lagipula ini bukan tempat yang aman.”

“Nona Qiao, gadis ini terlalu menggiurkan, sungguh tak rela jika hanya menikmatinya sebentar.”

Abigail Qiao segera mengeluarkan perintah, “Cepat selesaikan! Jangan banyak omong kosong.”

“Nona Qiao, sebaiknya kita pindah tempat! Tempat ini terlalu kecil untuk kami bertiga.”

Abigail Qiao semakin geram saat mendengarnya, “Kalian terlalu banyak permintaan. Cukup lakukan perintahku dengan baik, aku tak punya waktu untuk menunggui kalian. Jika kalian tak bisa menyelesaikannya, aku takkan membayar kalian sepeser pun.”

Saat mendengar perkataan Abigail Qiao ini, ketiga pria itu melepaskan Joline Yun untuk berbicara pada Abigail Qiao. Ini masalah uang, harus dibicarakan dengan jelas. Mereka bertiga mengelilingi Abigail Qiao, menghalangi pandangannya.

Mereka berdebat masalah uang dan tak lagi mempedulikan Joline Yun.

Joline Yun tak punya tenaga lagi untuk menopang tubuhnya, perlahan ia jatuh terduduk ke lantai. Ia mengulurkan tangannya untuk meraih sweater yang telah dirobek tadi untuk menutupi tubuhnya, tapi pandangannya kabur karena air mata, dan rupanya yang diraihnya adalah syal yang tadi dipakainya.

Tapi tangannya sudah tak bertenaga lagi, dan ia harus merangkak ke sana untuk meraihnya. Air matanya terus mengalir, hampir tak ada sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya. Setelah akhirnya meraih syalnya, Joline Yun melihat sebuah pecahan kaca tak jauh dari sana. Ia berada di sudut yang cukup tersembunyi, seharusnya takkan ada yang melihatnya.

Joline Yun menggigit bibirnya erat-erat sampai berdarah, ia harus bertahan. Ia merangkak pelan-pelan dan mengulurkan tangannya untuk meraih pecahan kaca itu. Ia pernah melihat di TV, jika tubuhnya mengeluarkan darah, kesadarannya akan segera kembali.

Hampir, sedikit lagi, Joline Yun terus merangkak maju untuk meraih pecahan kaca itu, akhirnya ia meraihnya. Ia mengepalkan tangannya erat-erat, pecahan kaca itu menusuk telapak tangan Joline Yun dan darahnya segera mengucur keluar, sakit sekali! Joline Yun mengerutkan kening, tapi kesadarannya benar-benar kembali.

Joline Yun memindahkan pecahan kaca itu ke tangan kanannya, ia berbaring di lantai, menggertakkan giginya, dan mengiris-iris tangan kirinya.

“Ah!” seru Joline Yun, tapi dengan penuh tekad, ia kembali mengiris tangan kirinya. Selama ia berdarah-darah, kesadarannya perlahan akan kembali.

Seiring dengan rasa sakitnya, Joline Yun merasa ia kembali sadar. Sepertinya cara ini cukup berguna. Joline Yun memejamkan mata dan menusuk telapak tangannya.

Saat mencium bau darah, beberapa orang yang sedang berdebat itu segera menoleh dan melihat kejadian itu. Darah mengalir dari tangan Joline Yun, dan ia sedang berbaring di tengah genangan darah.

Abigail Qiao menatap kejadian ini dengan terkejut, ia memiliki fobia terhadap darah. Ia segera merasa pusing, “Joline Yun, kenapa kau melukai dirimu sendiri?”

“Damn, aku mencium bau darah,” salah seorang pria itu mengeluarkan sumpah serapah.

Abigail Qiao tak ingin berlama-lama di sana, “Cepat selesaikan, jika tidak kalian takkan mendapat uang sepeser pun!”

Mendengar perkataan Abigail Qiao, ketiga pria itu kembali menghampiri Joline Yun, tapi saat mencium bau amis darah itu, mereka tak lagi bergairah, mereka merasa ini menjijikkan. Salah seorang pria itu maju dan menjambak rambut Joline Yun dan berkata dengan gusar, “Gadis bau, ternyata kau sangat menjijikkan!”

Joline Yun tersenyum mencemooh, ia masih menggenggam pecahan kaca itu, “Aku lebih baik mati daripada menyerahkan diri pada kalian!”

Pria itu dengan marah membenturkan kepala Joline Yun ke lantai, “Kau ingin mati? Akan kupenuhi permintaanmu!”

Pria yang menjambak rambut Joline Yun itu terus menerus membenturkan kepalanya ke lantai. Hal ini membutuhkan tenaga yang cukup besar.

Kepala Joline Yun terasa pusing dan pandangannya menjadi gelap. Saat pria itu melepaskannya, Joline Yun langsung jatuh terbaring ke dalam genangan darah.

“Paman, tolong aku...” inilah kalimat terakhir Joline Yun.

Novel Terkait

Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu