Mr Huo’s Sweetpie - Bab 276 Mengalami Banyak Hal Pertama Kali

Di bandara.

Thiago Huo dan Adeline Qiao duluan tiba, setelah selesai mengurus prosedur check in, mereka berdua duduk utnuk menunggu kedatangan Howard Qin dan Jhony.

Thiago Huo mengulurkan tangan membantu melilitkan syal Adeline Qiao dengan baik, "Dingin tidak?"

"Tidak dingin." Adeline Qiao menjawabnya. "Thiago, apakah ada hal yang harus kuperhatikan setelah tiba di sana?"

Thiago Huo menggelengkan kepala, "Tidak ada. Cukup dengan menjadi dirimu sendiri."

Adeline Qiao sebenarnya ingin menanyakan apakah ada relasi yang rumit yang harus diperhatikannya di Amerika sana, misalkan perempuan. Tapi ujung-ujungnya Adeline Qiao menyimpan kembali pertanyaan ini. Dia percaya Thiago Huo bukanlah seseorang yang seperti ini.

Thiago Huo melihatnya sekilas, juga telah menyadari isi hatinya. "Tidak ada wanita!"

"Hmm?" Adeline Qiao masih tidak mengerti saat mendengar ucapan ini. "Apa?"

Thiago Huo mengulurkan tangan menggenggam tangan Adeline Qiao, lalu berkata dengan sabar. "Aku mengatakan aku tidak memiliki wanita lain, selain kamu."

Wajah Adeline Qiao memerah saat mendengar ucapan ini, bahkan merasa malu. "Sebenarnya aku......" Adeline Qiao ingin mengatakan dia bukanlah sedang mencurigai Thiago Huo, hanya sekedar ingin menanyakannya.

Melihat ekspresi Adeline Qiao yang terlihat tegang hingga gagap, juga pandangan mata yang mengandung kekesalan karena isi hatinya telah terbongkar itu, Thiago Huo tersenyum. Sudah berapa lama dia tidak melihat penampilan Adeline Qiao yang seperti ini?

Pada masa awal pernikahan, Adeline Qiao selalu bersikap seperti ini di hadapannya. Melewati kehidupan dengan penuh hati-hati, tidak berani menyinggungnya, dan akan merasa tegang saat bertemu dengannya. Thiago Huo ingat saat malam pernikahan mereka hari itu, Thiago Huo mengantarnya ke rumah sakit karena kurang enak badan, ekspresinya yang tegang dan tak berdaya saat dokter mengatakan harus melakukan operasi, hal ini benar-benar sangat membuatnya sulit untuk terlupakan.

Itu adalah pertama kalinya Thiago Huo merawat seorang perempuan. Thiago Huo ingat akan ciuman pertama di antara mereka berdua. Harus diakui, ciuman itu membuatnya sedikit terpana. Sekarang kalau dipikir-pikir kembali, sepertinya sejak dari ciuman itulah dirinya mulai jatuh hati terhadap Adeline Qiao. Dia dan Adeline Qiao telah sama-sama menghadapi berbagai hal pertama kali. Pertama kalinya membantu perempuan membeli barang, pertama kalinya tidur bersempit-sempitan di satu ranjang pasien, pertama kalinya merawat seorang perempuan dengan seteliti ini......

Thiago Huo tiba-tiba tertawa, tidak disangka dirinya mengingat begitu banyak hal dengan detail dan jelas, sungguh mengagetkan.

"Kenapa tertawa?" Adeline Qiao melihat Thiago Huo dan bertanya.

Thiago Huo mengangkat kepala melihat sepasang mata Adeline Qiao yang jernih itu. "Tidak memikirkan apapun, hanya sedang merindukanmu."

Hati Adeline Qiao menjadi manis setelah mendengar ucapan ini, wajahnya memancarkan ekspresi senang. "Benarkah?"

"Hmm!" Thiago Huo menganggukkan kepala. "Kamu rasa, kenapa aku bisa begitu kebetulan bertemu denganmu pada saat itu?"

Adeline Qiao tersenyum, juga mengatakan pernyataan yang sama dengan Thiago Huo. "Benar! Kenapa bisa begitu kebetulan bertemu denganmu pada saat itu?"

Thiago Huo menggenggam tangan Adeline Qiao, tidak peduli baik itu secara kebetulan ataupun memang ditakdirkan, dia tetap tidak akan melepaskan tangan Adeline Qiao.

Tepat pada saat ini, terdengar suara Howard Qin dan Jhony dari tempat yang tak jauh.

"Sudah kukatakan kita seharusnya datang lebih lama." Jhony mengeluh.

Howard Qin hanya tersenyum, Thiago Huo telah terkenal dengan sebutan penyayang istri dalam kalangan mereka. Jadi gambaran seperti ini sudah tak terasa aneh lagi. Tapi tingkah mereka berdua yang saling bermesraan tanpa mempedulikan lingkungan sekitar seperti ini sungguh sedikit mengesalkan!

Jhony berjalan ke hadapan Thiago Huo dan Adeline Qiao "Boss, aku boleh menyatakan satu permintaan tidak?"

"Coba katakan."

"Dalam selang waktu selanjutnya, boleh tidak jangan bermesraan di depan kami berdua yang masih lajang. Ini merupakan sebuah pukulan bagi kami. Ditambah lagi, jangan menyinggung kami, kalau tidak, aku nanti akan berhenti bekerja." Jhony menyatakan permintaannya pada Thiago Huo dengan sangat pemberani.

Setelah mendengar perkataan Jhony, Thiago Huo berekspresi serius sambil mengelus dagunya merenungkan hal ini. "Begitu ya......"

"Benar!

"Sepertinya tidak bisa." Thiago Huo menjawab. "Apalagi, kamu yakin ingin berhenti bekerja, kalau begitu bonus dan gajimu di bulan depan tidak akan ada lagi."

Thiago Huo dengan mudahnya menusuk kelemahan Jhony, saat melihat ekspresi Jhony yang seketika menjadi murung, Thiago Huo tertawa senang.

Howard Qin mendekat dan duduk, dia hanya bisa memperlihatkan ekspresi kasihan terhadap Jhony. Siapa suruh dia mata duitan, hanya dengan mengandalkan hal ini, Thiago Huo pasti selalu bisa menaklukkannya dalam hitungan detik. Sungguh tidak mengalami kemajuan sedikit pun, dia selalu menundukkan kepala di hadapan uang.

Jhony tahu dirinya telah kalah, makanya ikut duduk dengan penurut, melakukan instrospeksi. Hahh...... Kenapa selalu seperti ini?"

Howard Qin memberikan pandangan meremehkan terhadap Jhony, "Kamu selalu menundukkan kepalamu yang terhormat demi kekayaan. Untuk apa kamu mencari uang sebanyak itu?"

"Kutabung untuk meminang istri." Jhony menjawabnya dengan sangat natural.

Howard Qin tertawa, "Kalau begitu istrimu ini seorang perempuan atau pria?"

"Tentu saja perempuan, aku sangat normal, ok?" Jhony menanggapinya.

Howard Qin menganggukkan kepala, "Hmm, kamu memang sangat normal, tapi bagaimana caramu mengatasi para selirmu di kantor pusat itu? Dulu saat kamu memikat mereka, kamu pernah memikirkan perasaan para pemuda tampan itu tidak?"

Jhony membalikkan bola mata putih padanya. "Lagipula aku bukanlah bandot, memangnya aku telah memikat siapa? Aku hanya sekedar perhatian terhadap bawahan."

"Kalau begitu, kenapa orang-orang yang kamu perhatiin hanya laki-laki?"

"Cih!" Jhony tidak ingin terus berbicara dengan Howard Qin, mereka tidak memiliki hal yang bisa sama-sama dibahas.

Sedangkan Adeline Qiao yang ada disamping mendengar pembahasan mereka hingga bingung, Jhony memiliki selir di kantor pusat, dan para selir ini merupakan pemuda tampan, tapi dia malah menyangkal pernyataan ini. Dari percakapan mereka ini, Adeline Qiao sepertinya telah mendapatkan suatu informasi, yaitu orientasi seksual Jhony sepertinya sedikit menyimpang.

"Jhony suka pria?" Adeline Qiao bergosip bersama Thiago Huo dengan suara kecil.

Tapi tetap saja terdengar oleh Jhony. "Nyonya, aku tidak seperti itu! Ini semua hanyalah tuduhan palsu dari Howard."

Wajah Adeline Qiao memancarkan ekspresi setengah percaya, tapi kemudian dia menganggukkan kepala.

"Benar atau tidak akan diketahui setelah kembali nanti." Howard Qin kembali menusuknya.

Thiago Huo melihat waktunya sejenak, waktu untuk menaiki pesawat sudah tiba. "Waktunya sudah tiba."

Tidak lama kemudian, stasiun penyiaran mulai mengumumkan informasi menaiki pesawat.

Thiago Huo memapah Adeline Qiao untuk berdiri, "Mari kita pergi!"

Adeline Qiao menganggukkan kepala, hatinya merasa sangat senang. Ini adalah pertama kalinya pergi ke luar negeri bersama dengan Thiago Huo, perasaan ini sungguh berbeda.

Howard Qin dan Jhony mengikuti mereka dari belakang, mereka berempat pergi menaiki pesawat bersama-sama.

Thiago Huo dengan begitu teliti membantu Adeline Qiao duduk di kursinya, "Kalau merasa tidak nyaman, kamu harus mengatakannya. Jangan pernah menahannya!"

Mendengar peringatan dari Thiago Huo, Adeline Qiao teringat dengan pengalamannya saat naik pesawat sebelumnya, yaitu tepat pada saat perjalanan pulang untuk bercerai dengan James Yun hari itu. Saat itu benar-benar terasa sangat canggung.

"Sebelumnya sangat parah." Adeline Qiao berkata dengan suara kecil.

Thiago Huo menganggukkan kepala, "Benar, sangat parah."

Karena dikatai oleh Thiago Huo seperti ini, Adeline Qiao merasa kali ini tidak boleh disadari oleh Thiago Huo. "Kali ini tidak akan begitu lagi, karena kamu ada di sini!"

Thiago Huo sangat puas terhadap jawabannya Adeline Qiao, lalu mencium bibir Adeline Qiao secara singkat, "Hadiah!"

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu