Inventing A Millionaire - Bab 211 Kemunafikan Dunia
Robert Huo menunggu di depan pintu selama beberapa saat, menatap noda darah di lantai, akhirnya ia meletakkan jus pir itu di depan pintu dan berkata, “Anda harus banyak beristirahat, jika ada masalah, segera hubungi aku.”
“Tak perlu banyak omong kosong! Pergi!” terdengar suara Yacob Zhao dari balik pintu.
Tanpa mengatakan apapun, Robert Huo segera berbalik dan pergi.
Beberapa saat kemudian, Yacob Zhao membuka pintu, menatap jus pir di lantai itu, dan menendangnya.
Jus pir itu tumpah ke lantai, aromanya segera menyebar, tapi pintu segera kembali ditutup, menghalangi aroma itu masuk.
Sepulangnya ke rumah, Robert Huo tak menceritakan hal ini pada Natalie Ning.
Yacob Zhao adalah temannya, tak peduli apapun yang terjadi, ia tak boleh membuat Natalie Ning merasa terbeban. Bagi Robert Huo, sebagai seorang pria, ia tak perlu menyampaikan kabar buruk padanya.
Bukankah biasanya sepasang suami istri selalu berbagi beban dan tanggung jawab dan memikulnya bersama-sama.
Tapi Robert Huo memilih memikul tanggung jawab ini seorang diri.
Tapi keesokan harinya, berita pertama yang dilihat Robert Huo begitu membuka ponselnya adalah: Seorang tokoh terkenal di bidang pendidikan, Profesor Yacob Zhao, diduga menderita kanker stadium akhir!
Berita ini menimbulkan banyak perbincangan, banyak orang berusaha mencari kebenaran informasi ini, karena Profesor Yacob Zhao cukup terkenal.
Banyak orang menanyakannya pada Marco Shang dan kawan-kawan.
Tapi Marco Shang dan kawan-kawan menjawab mereka tak mengetahuinya, juga tak berencana ikut campur dalam hal ini. Karena sejak dulu guru telah mengusir mereka, hubungan mereka dengannya juga tak lagi dekat. Tapi karena rasa kemanusiaan, mereka mendonasikan beberapa ratus ribu RMB padanya.
Jawaban mereka ini mengundang banyak cibiran, mereka dicibir karena dianggap tak berperasaan.
Guru mereka sedang menderita kanker stadium akhir, dan mereka masih mempermasalahkan sikapnya yang dulu, jika bukan karena didikan Profesor Yacob Zhao, mungkinkah mereka bisa sampai di titik ini saat ini?
Orang tak boleh melupakan orang yang telah berjasa terhadapnya, jika tidak mereka akan dianggap tak punya hati nurani!
Tapi Marco Shang dan kawan-kawan tetap bersikeras bertindak seperti ini, tak ada tanda-tanda mereka akan pergi mengunjungi Yacob Zhao.
Ini membuat orang-orang merasa sedih melihat hubungan guru dan para murid itu.
Gurunya menderita kanker stadium akhir pun, mereka tak berniat menjenguknya, sepertinya hubungan mereka benar-benar telah rusak.
Ditambah lagi rumah Keluarga Zhao telah habis dilalap api, hanya tersisa reruntuhan. Dengar-dengar Yacob Zhao telah mengurus dokumen di kantor notaris, ia mendonasikan tanah itu pada negara tanpa memungut biaya sepeserpun.
Beberapa orang bahkan mendengar ia mengumpat Marco Shang dan kawan-kawan di kantor notaris, karena mereka tak bersedia membantu, mereka juga takkan mendapatkan rumah itu!
Dengan ini, berarti Yacob Zhao tak memiliki apapun lagi, seluruh hartanya yang menarik perhatian banyak orang juga telah sirna.
Robert Huo beberapa kali mendatangi rumah Yacob Zhao, awalnya ia melihat masih banyak orang menjenguknya, setelah 4-5 hari, tak terlihat 1 mobil pun terparkir di sana.
Ini menunjukkan orang-orang itu telah kehabisan kesabaran dan harapan.
Setelah Yacob Zhao mendonasikan seluruh hartanya dan mengumumkan kondisi kesehatannya, ia tampak jauh lebih santai.
Setiap hari ia berjalan mengelilingi perumahan, saat menganggur ia menanam bunga dan tumbuh-tumbuhan.
Ia tak pernah meminum jus pir yang dikirimkan Robert Huo, kanker parunya telah mencapai stadium akhir. Meminumnya pun takkan ada gunanya.
Beberapa orang sering melihat Yacob Zhao muntah darah. Dokter berkata, dengan kondisinya saat ini, mungkin ia hanya bisa bertahan 1-2 bulan lagi.
Selama beberapa saat, sama sekali tak ada orang yang mengunjungi profesor tua itu, ia benar-benar telah dilupakan.
Hanya Robert Huo yang tetap mengunjunginya setiap hari, tak ada alasan lain, ia hanya tak ingin profesor brilian yang telah banyak berkontribusi untuk negara dan masyarakat ini merasa kesepian di masa tuanya.
Juga, karena saat pertama kali mereka bertemu, Yacob Zhao berkata padanya, “Jangan terlalu terpaku pada kejayaanmu. Semakin tinggi kau mendaki, semakin jauh jarakmu dari permukaan tanah. Dan saat kau tak bisa lagi melihat permukaan tanah dengan jelas, kau bisa dengan mudah terjatuh. Karena itu, selalulah bersikap waspada. Jangan terus menatap ke depan, sesekali lihatlah ke bawah, apakah pijakanmu masih kuat.”
Saat itu Robert Huo tak terlalu menganggap serius perkataan ini hingga setelah ia sadar dari koma. Barulah ia menyadari, ini adalah prinsip hidup yang telah disimpulkan profesor tua ini.
Robert Huo benar-benar mengalami apa yang dikatakannya, saat ia tak bisa lagi melihat permukaan tanah dengan jelas, ia benar-benar terjatuh dari puncak.
Karena itu, setelah sadar dari koma, Robert Huo selalu mengingat wejangan ini, ia harus ingat untuk melihat ke bawah!
Karena itu, Yacob Zhao bisa dianggap sebagai pedoman hidupnya.
Setelah sadar dari koma, ia memperbaiki hubungannya dengan banyak orang dan ia sangat menghormati Yacob Zhao.
Mungkin karena sebentar lagi ia akan mati, sikap Yacob Zhao pada Robert Huo mulai kembali membaik seperti dulu, perlahan, banyak orang mulai mengetahui bahwa masih ada seorang pria muda yang tak pernah meninggalkan sisi Yacob Zhao.
Banyak orang bersikap sinis melihat apa yang dilakukan Robert Huo ini. Ia telah menjadi bahan lelucon orang-orang yang tak dikenalnya.
Yacob Zhao yang dulu membuat banyak orang berlomba-lomba mendekatinya, tapi Yacob Zhao yang sekarang bukanlah siapa-siapa.
Sudah 2 minggu sejak penyakit kankernya diumumkan, tapi Marco Shang dan kawan-kawan tetap tak bergeming. Semua orang menjadi yakin pasti telah terjadi perselisihan antara guru dan para murid ini.
Mungkin saat Yacob Zhao meninggal nanti, mereka tetap akan menghadiri pemakamannya untuk menghormati hubungan mereka dulu. Tapi jika mereka ingin mendapatkan relasi baru dengan menggunakan nama besar profesor tua ini, sepertinya takkan bisa lagi.
Apalagi rumah Yacob Zhao telah habis terbakar dan didonasikan, ia tak memiliki apapun lagi yang bisa menarik perhatian orang.
Menurut mereka, Robert Huo adalah seorang pria muda yang tak memahami situasi dan kondisi. Ia masih mengira ia akan bisa mendapatkan suatu keuntungan, bagaikan bermimpi di siang bolong.
Melihat kondisinya saat ini, sepertinya harta Yacob Zhao yang paling berharga hanyalah sebuah rumah di bagian barat laut kota.
Mungkin hanya sekitar 1 juta RMB?
Banyak sekali...
Dulu, mungkin akan banyak orang yang menjilat Yacob Zhao demi rumah bernilai 1 juta ini, tapi kini setelah mengetahui Yacob Zhao berselisih dengan Marco Shang dan kawan-kawan, jika mereka bersikap baik pada profesor tua ini, hal ini bisa-bisa akan menyinggung orang-orang yang berkuasa itu.
Tak ada yang berani mengambil resiko ini.
Suatu hari, saat Robert Huo menemaninya berjalan santai, Yacob Zhao bertanya padanya, “Apakah kau mempunyai sebuah ambisi atau cita-cita besar?”
“Punya,” Robert Huo mengangguk, “Jauh lebih besar dibandingkan ambisi orang-orang pada umumnya, bahkan aku mungkin bisa gagal.”
“Sayang sekali aku tak bisa membantumu,” desah Yacob Zhao, “Sebenarnya sejak pertama kali berbincang denganmu, kau sudah tahu bahwa aku sudah tua dan tak memiliki apapun, dan hubunganku dengan para muridku juga telah hancur. Jika kau dekat denganku, ke depannya kau akan sulit menjalin hubungan dengan mereka. Dan karena kau mempunyai banyak ambisi besar, tidakkah kau merasa ini keputusan yang salah?”
“Kondisi akan selalu berubah, aku tak takut pada mereka,” kata Robert Huo sambil tersenyum, “Dan dalam bisnis, yang terpenting adalah keuntungan. Jika karena sekarang aku dekat denganmu, mereka rela melepaskan keuntungan yang akan mereka dapatkan di masa depan, itu keputusan yang sangat bodoh. Aku juga tak ingin berbisnis dengan orang semacam itu.”
“Kau benar-benar sembrono,” jawab Yacob Zhao, “Jika ini bulan lalu, aku pasti telah mengkritikmu, anak muda harus bersikap rendah hati. Tapi kini aku merasa, anak muda yang sembrono juga bukanlah sesuatu yang buruk. Jika tidak sembrono, mana mungkin bisa mendobrak aturan lama dan menciptakan masa depan yang baru. Sayang sekali aku tak bisa memberimu apapun, hanya rumah ini.”
“Aku tak menginginkan rumahmu, donasikanlah pada mereka yang membutuhkan. Atau juallah lalu donasikan hasil penjualannya pada Yayasan Perlindungan Anak,” kata Robert Huo, “Aku masih muda dan sehat, masih bisa mencari uang sendiri.”
“Jadi kau datang untuk berbincang denganku setiap hari karena kau mengasihaniku?” Yacob Zhao menghentikan langkahnya, menoleh menatapnya, dan bertanya.
“Bukan mengasihani, tapi menghormati,” jawab Robert Huo dengan serius, “Seorang profesor seperti anda, meskipun tak memiliki apapun, tidak seharusnya dilupakan begitu saja.”
Yacob Zhao tertegun, lalu tertawa, “Kau jauh lebih pandai menyanjung dibandingkan Griffin Huo.”
“Aku sedang mengatakan yang sebenarnya, bukan sedang menyanjung,” kata Robert Huo.
“Baiklah, aku mempercayai perkataanmu,” Yacob Zhao merenung sejenak, lalu kembali berkata, “Jika kau begitu menghormatiku, bisakah kau membantuku?”
“Membantu apa?”
Tak lama kemudian, di rumah Yacob Zhao, Robert Huo membaca beberapa dokumen, di dalamnya tertulis ia memiliki saham di beberapa perusahaan yang didirikan Harvey Deng, Joel Miao, dan kawan-kawan, yang bernilai lebih dari 7 juta RMB.
Novel Terkait
After The End
Selena BeeHidden Son-in-Law
Andy LeePredestined
CarlyMy Tough Bodyguard
Crystal SongLove And War
JaneMy Goddes
Riski saputroLove Is A War Zone
Qing QingInventing A Millionaire×
- Bab 1 Tiba-Tiba Mendapat Istri
- Bab 2 Perubahan Sang Suami
- Bab 3 Hidangan Lezat
- Bab 4 Menghasilkan 2000 RMB Dalam 1 Hari
- Bab 5 Adik Ipar Pemarah
- Bab 6 Jasa
- Bab 7 Berkat Dia
- Bab 8 Metode Pemasaran
- Bab 9 Tentukan 1 Tujuan Kecil
- Bab 10 Pendekatan Dengan Adik Ipar
- Bab 11 Harmonis
- Bab 12 Pengganti
- Bab 13 Nova Ji
- Bab 14 Berpura-pura Mengerti
- Bab 15 Berhasil
- Bab 16 Cara-Cara Manusia
- Bab 17 Sekuntum Bunga Magnolia
- Bab 18 Kerepotan Nova Ji
- Bab 19 Ikuti Saja Alurnya
- Bab 20 Ini Adalah Orang Berbakat
- Bab 21 Menghina
- Bab 22 Howard Xia
- Bab 23 Kode
- Bab 24 Membandingkan
- Bab 25 Tidak Bisa Apa-Apa
- Bab 26 Jarak yang Semakin Dekat
- Bab 27 Kesenangan Keluarga Inti
- Bab 28 Berbeda Dari Biasanya
- Bab 29 Menjadi Perwakilan
- Bab 30 Menampar
- Bab 31 Harus Ada Kharisma
- Bab 32 Niat
- Bab 33 Ingin Pulang
- Bab 34 Reaksi Orangtua
- Bab 35 Jalan Buntu
- Bab 36 Sebuah Lelucon
- Bab 37 Mandul
- Bab 38 Menyulitkan
- Bab 39 Kamu Tidak Mengerti
- Bab 40 Perdebatan
- Bab 41 Bertoleransi
- Bab 42 Mengancam
- Bab 43 Rencana Akuisisi
- Bab 44 Berkunjung
- Bab 45 Marah
- Bab 46 Membantu
- Bab 47 Menegur
- Bab 48 Buah sebanyak 3000 kg
- Bab 49 Kualitas Super Tinggi
- Bab 50 Keterkejutan Di Dalam Hati
- Bab 51 Satu Meja Makanan Dan Wine
- Bab 52 Berlomba Minum Wine
- Bab 53 Aturan
- Bab 54 Tempat Penuh Cinta
- Bab 55 Akrab Sejak Awal Bertemu
- Bab 56 Dunia
- Bab 57 Kepedulian Seorang Ayah
- Bab 58 Dipermalukan
- Bab 59 Apa Kamu Gila
- Bab 60 Membujuk
- Bab 61 Hak GM
- Bab 62 Sebuah Kejadian
- Bab 63 Harapan Sang Gadis
- Bab 64 Hidup Sebagai Orang Biasa
- Bab 65 Tipikal Kegagalan
- Bab 66 Kemampuan
- Bab 67 Kesepian
- Bab 68 Bantuan
- Bab 69 Pemikiran Yang Berbahaya
- Bab 70 Kerinduan Anak
- Bab 71 Perhatian
- Bab 72 Kegiatan Toko Buah
- Bab 73 Kamu Harus Belajar Darinya
- Bab 74 Pertemuan
- Bab 75 Menampar Wajah
- Bab 76
- Bab 77 Tersenyum Sampai Akhir
- Bab 78 Kabar
- Bab 79 Berangkat Menuju Ibu Kota Provinsi
- Bab 80 Mempersulit
- Bab 81 Pencemaran Nama Baik
- Bab 82 Memutarbalikkan Keadaan
- Bab 83 Pembalasan Dendam Seorang Pria
- Bab 84 Tidur Di Tempat Tidur Yang Sama
- Bab 85 Saling Menyapa Sebagai Saudara
- Bab 86 Bertemu.
- Bab 87 Berubah.
- Bab 88 Targetnya Berubah.
- Bab 89 Pinjamkan Dan Dipinjamkan.
- Bab 90 Rekaman.
- Bab 91 Berbicara.
- Bab 92 Orang Yang Tidak Seharusnya Kamu Ganggu.
- Bab 93 Tersentuh.
- Bab 94 Psikiater.
- Bab 95 Buku.
- Bab 96 Mengundang
- Bab 97 Orang Keluarga Huo
- Bab 98 Menjebak
- Bab 99 Puas
- Bab 100 Mengagumi
- Bab 101 Kecelakaan
- Bab 102 Hubungan
- Bab 103 Memberi Kompensasi
- Bab 104 Tamu Profesor
- Bab 105 Mimpi
- Bab 106 Kalah Dengan Sangat Cepat
- Bab 107 Orang Yang Menjijikan
- Bab 108 Tamparan
- Bab 109 Thiago Huo Yang Meragukan Kehidupannya
- Bab 110 Minta Maaf
- Bab 111 Omong Kosong Yang Tidak Menyelesaikan Masalah
- Bab 112 Hubungan Kerja Sama Yang Baru
- Bab 113 Dendam Dan Kebencian
- Bab 114 Pemandangan Yang Indah
- Bab 115 Siapa Sih Psikolognya
- Bab 116 Stella Yue Menghilang
- Bab 117 Psikologi Lego
- Bab 118 Keluarga
- Bab 119 Tidak Akan Meninggalkannya
- Bab 120 Mencairkan Cek
- Bab 121 Kesombongan
- Bab 122 Meredakan Kemarahan
- Bab 123 Kebaikan Yang Besar
- Bab 124 Tidak Serakah
- Bab 125 Siapa Dia?
- Bab 126 Dua Kelebihan
- Bab 127 Persiapan
- Bab 128 Ancaman
- Bab 129 Tenang
- Bab 130 Dia Datang
- Bab 131 Orang Gila
- Bab 132 Ajaran Leluhur
- Bab 133 Tidak Bisa Menjadi Teman
- Bab 134 Bercandaan Apa Yang Kamu Katakan
- Bab 135 Event Baru
- Bab 136 Berita Buruk
- Bab 137 Generasi Jahat
- Bab 138 Sekelompok Orang Jahat
- Bab 139 Aktor
- Bab 140 Rapat
- Bab 141 Kamu Jangan Keterlaluan
- Bab 142 Syarat
- Bab 143 Sebuah Jalan
- Bab 144 Moris Liu
- Bab 145 Tanpa Penyesalan
- Bab 146 Tanda-Tanda
- Bab 147 Akar Masalah
- Bab 148 Pihak Yang Banyak Bebicara Dipukuli
- Bab 149 Sebelum Badai Tiba
- Bab 150 Terlalu Mengenaskan
- Bab 151 Satu Kesulitan Yang Ditambah Dengan Banya Kesulitan Lainnya
- Bab 152 Topangan Yang Jatuh Akan Berdampak Pada Orang Disekitarnya
- Bab 153 Segala Jenis Cobaan
- Bab 154 Aku Mau Dua Ratus Juta
- Bab 155 Kuota Dirut
- Bab 156 Hasil
- Bab 157 Memberikan Bunga
- Bab 158 Menjauh
- Bab 159 Tidak Nyaman
- Bab 160 Kegiatan Dimulai
- Bab 161 Orang Yang Paling Akrab.
- Bab 162 Bercanda
- Bab 163 Aku Ingin menjadi Pemilik Saham.
- Bab 164 Kenalan Dekat.
- Bab 165 Kamu Bisa Menghasilkan Berapa Banyak.
- Bab 166 Harapan Baru
- Bab 167 Acara Reuni Kelas
- Bab 168 Tatapan Aneh
- Bab 169 Memesan Bir
- Bab 170 Sangat Suka
- Bab 171 Menyaksikan Kemesraan
- Bab 172 Pendapatan
- Bab 173 Nicho Huo
- Bab 174 Balas Dendam Berikutnya
- Bab 175 Kemalangan yang Tidak Terduga
- Bab 176 Transaksi
- Bab 177 Menyelidiki
- Bab 178 Khawatir
- Bab 179 Berantakan
- Bab 180 Plat Nomor Kendaraan
- Bab 181 Kebebasan
- Bab 182 Memeriksa Mobil
- Bab 183 Tidak Bisa Kabur
- Bab 184 Alex Liao Yang Bingung
- Bab 185 Bukti Kesalahan
- Bab 186 Memikirkan Keuntungan Masa Depan
- Bab 187 Menggali Kuburan Sendiri
- Bab 188 Bantuan
- Bab 189 Tidak Masuk Akal
- Bab 190 Kamu Tidak Pergi, Aku Yang Pergi
- Bab 191 Tahu Sopan Santun Tidak
- Bab 192 Segera Pindah
- Bab 193 Profesior Mengalami Kecelakaan
- Bab 194 Memarahi
- Bab 195 Trik Pahit
- Bab 196 Kesibukan
- Bab 197 Menyewa Teater Menonton Film
- Bab 198 Berbohong
- Bab 199 Dicuri
- Bab 200 Meminta Maaf
- Bab 201 Sanak Saudara
- Bab 202 Kedatangan Tamu
- Bab 203 Terkejut
- Bab 204 Siapa Dia
- Bab 205 Sudah Mati Rasa
- Bab 206 Hadiah Terbaik
- Bab 207 Dia Itu Alex Liao
- Bab 208 Bingung
- Bab 209 Saran
- Bab 210 Muntah Darah
- Bab 211 Kemunafikan Dunia
- Bab 212 Ekspansi
- Bab 213 Keterkejutan Nova Ji
- Bab 214 Perubahan Sikap
- Bab 215 Pemilik Perusahaan Yang Baru
- Bab 216 Ide
- Bab 217 Perusahaan Diet
- Bab 218 Rapat Umum Pemegang Saham
- Bab 219 Mencintai Dan Menghormati
- Bab 220 Hatinya Tergerak
- Bab 221 Petunjuk
- Bab 222 Memalukan
- Bab 223 Zila Tang
- Bab 224 Masalah Keluarga Huo
- Bab 225 Jaga Tubuhmu Agar Tetap Hangat
- Bab 226 Tidak Bisa Diobati
- Bab 227 Kompeten dan Tangkas
- Bab 228 Merugi
- Bab 229 Pilih Satu Saham
- Bab 230 Pengikut
- Bab 231 Penutupan Kenaikan Harga Saham
- Bab 232 Bertemu Dengan Zila Tang Lagi
- Bab 233 Arena Balap
- Bab 253 Situasi Yang Tidak Baik
- Bab 254 Krisis
- Bab 234 Memilih Mobil
- Bab 235 Penghinaan
- Bab 236 Menyelip
- Bab 237 Kecelakaan
- Bab 235 Tamparan Yang Familiar
- Bab 239 Masalah
- Bab 240 Saling Memuji
- Bab 241 Kabar Baik Dan Buruk
- Bab 242 Pemerasan
- Bab 243 Orang Bodoh Yang Mengantarkan Uang
- Bab 244 Memulai Dari Awal
- Bab 245 Pekerjaan Kayu
- Bab 246 Koneksi
- Bab 247 Kata Sandi
- Bab 248 Meninggalkan
- Bab 249 Warisan
- Bab 250 Berpendidikan Dan Bisa Bela Diri
- Bab 251 Tidak Pantas
- Bab 252 Acara Besar
- Bab 255 Kunjungan
- Bab 256 Jalan
- Bab 257 Latar Belakang Yang Mengejutkan
- Bab 258 Ekspansi
- Bab 259 Membeli Mobil
- Bab 260 Tunggu Menangis
- Bab 261 Bos Besar Datang
- Bab 262 Kebenaran
- Bab 263 Mengembalikan Dan Menganti Rugi Sebanyak 3 Kali Lipat
- Bab 264 Meminum Anggur
- Bab 265 Amnesia
- Bab 266 Mencegah Lebih Baik Daripada Mengabaikan
- Bab 267 Perenungan
- Bab 268 Tambahan Uang
- Bab 269 Rasa Simpati
- Bab 270 Popularitas
- Bab 271 Iri Hati
- Bab 272 Beruntung
- Bab 273 Petarungan Tiga Prajurit Dengan lü Bu
- Bab 274 Firasat Buruk
- Bab 275 Iri Hati
- Bab 276 Berpikir Terlalu Jauh.
- Bab 277 Satu Lagi Yang Suka Berpikir Berlebihan.
- Bab 278 Keributan.
- Bab 279 Bertemu.
- Bab 280 Murid.
- Bab 281 Orang Penting
- Bab 282 Hongda Capital
- Bab 283 Nasihat
- Bab 284 Gagal Transaksi
- Bab 285 Persahabatan
- Bab 286 Minum-Minum
- Bab 287 Mabuk
- Bab 288 Mengumpulkan
- Bab 289 Membeli Cincin Berlian
- Bab 290 Memaksa Diri Berlagak Kaya
- Bab 291 Keluar Membantu
- Bab 292 Identitasnya
- Bab 293 Restoran
- Bab 294 Tersentuh
- Bab 295 Mengeluh
- Bab 296 Minta Maaf
- Bab 297 Pekerjaan
- Bab 298 Acara Selesai
- Bab 299 Membalas Budi
- Bab 300 Merayakan Keberhasilan
- Bab 301 Ide Baru
- Bab 302 Pengembangan
- Bab 303 Ancaman
- Bab 304 Serangan
- Bab 305 Jahat
- Bab 306 Tenang
- Bab 307 Terjebak Masuk
- Bab 308 Hasil Penyelidikan
- Bab 309 Tujuan Satu-satunya
- Bab 310 Pendapat Natalie Ning
- Bab 311 Harapan
- Bab 312 Pernah Digit Ular
- Bab 313 Bujukan
- Bab 314 Menangis
- Bab 315 Bertemu Orang Tua
- Bab 316 Pernikahan Kedua Juga Tidak Apa-apa
- Bab 317 Anggap Kamu Menyerahkan Diri
- Bab 318 Nasehat
- Bab 319 Orang Yang Terabaikan
- Bab 320 Kesempatan Besar
- Bab 321 Rahasia Yang Tersembunyi Akhirnya Akan Terbuka Juga
- Bab 322 Pulang Dibicarakan Lagi
- Bab 323 Makan Untuk Pertemanan
- Bab 324 Maaf
- Bab 325 Kenyataan
- Bab 326 Memaafkan
- Bab 327 Undangan
- Bab 328 Menuju Keluarga Li