Inventing A Millionaire - Bab 228 Merugi
Pada Senin pagi, Robert Huo naik pesawat ke kota tempat Joel Miao berdomisili.
Sebagai salah satu murid Profesor Yacob Zhao yang paling terkenal, Joel Miao dianggap sebagai yang paling handal dalam berbisnis. Selain karena pada dasarnya cerdik, kehandalannya ini bisa jadi diwariskan oleh orangtuanya yang juga berbisnis.
Waktu masih kuliah, Joel Miao bisa menghasilkan uang dengan membantu pelajar lain mengerjakan ujian remedial dan menulis esai.
Yang jadi masalah, ia sendiri suka gagal ujian……
Bagaimana seseorang seperti dirinya bisa menghasilkan uang lewat dua jalur itu? Caranya adalah dengan menjadi perantara. Ia mengeluarkan uang di awal untuk membayar pelajar-pelajar dengan prestasi akademik terbaik. Untuk setiap ujian remedial mereka dibayar tiga puluh yuan, sementara untuk setiap esai dibayar tujuh puluh yuan. Berikutnya, ia baru menerima bayaran dari para kliennya masing-masing sebesar lima puluh yuan dan seratus yuan. Alhasil, Joel Miao bisa mendapatkan dua puluh yuan untuk setiap ujian remedial dan tiga puluh yuan untuk setiap esai.
Pendapatannya ini tidak terhitung banyak, namun juga tidak terhitung sedikit.
Yang terpenting, ia sendiri tidak perlu terlibat langsung dalam pengerjaan ujian remedial dan esai. Hanya dengan menggerakkan bibir untuk berkomunikasi dengan para joki dan para klien, uang akan datang kepadanya.
Dengan usahanya ini, Joel Miao sering ditegur sambil dijewer oleh dosen-dosen.
Ia bisa menjalin hubungan yang baik dengan Yacob Zhao hanya karena Profesor Zhao tidak pernah menegurnya untuk hal-hal seperti ini. Bahkan, dia malah memuji kecerdikannya dan bilang bahwa dia akan jadi pengusaha besar di masa depan.
Pada masa itu, kedudukan sosial pedagang tidak terlalu tinggi. Berbisnis tanpa persetujuan dianggap ilegal. Itu karena dulu ada istilah “spekulasi”.
Untungnya, di tengah situasi demikian, Yacob Zhao sudah melihat bahwa ketertinggalan China disebabkan bukan karena kurangnya motivasi orang-orang untuk melakukan yang lebih, melainkan karena kekurangan uang.
Jadi, jika ingin makmur di masa depan, China harus memiliki banyak orang yang mampu menghasilkan uang.
Anak muda seperti Joel Miao persis seperti orang kemunculannya ia nantikan. Tidak ingin sebuah bibit bagus rusak, ia lebih memiliki dikritik rekan-rekannya daripada ikutan menegur Joel Miao.
Tentu saja, tidak mengkritik bukan berarti mengajurkan.
Nasehat yang paling sering Yacob Zhao katakan adalah: “Aku berharap setiap sen yang kamu hasilkan di masa depan bisa diperoleh dengan cara halal. Uang halal semacam ini, mau kamu habiskan dengan sangat boros pun, tidak akan bisa memancing gosip dari orang-orang sekitar!”
Joel Miao selalu menjadikan kalimat ini sebagai mottonya. Ketika di kemudian hari mampu menghasilkan banyak uang, ia menyukai hidup mewah. Setiap kali ada orang yang mengomentari sikap borosnya itu, ia pasti akan mengadptasi kata-kata profesor tuanya sebagai argumen: “Setiap sen uangku kuhasilkan dengan cara halal. Mau kuhabiskan dengan cara apa, apa hakmu ikut campur dan berkomentar?”
Kepribadian yang lugas dan berani menjadi salah satu alasan Joel Miao bisa mendapatkan nama dalam dunia bisnis.
Dan berkat jaringan Yacob Zhao, bisnisnya jadi jauh lebih besar daripada bisnis Alex Liao dan Howard Xia.
Perusahaan-perusahaan yang ada di bawah konglomerasinya terlibat dalam berbagai industri. Total aset konglomerasi mencapai angka sepuluh miliar yuan.
Sebagian besar pemegang saham perusahaan-perusaahaannya adalah teman-teman sekelasnya dulu. Nama Marco Shang ada di dalam sana.
Persenan saham yang ada di tangan Yacob Zhao waktu itu mereka berikan gratis dengan cara merogoh kocek masing-masing. Surat kesepakatannya dicap dengan segel resmi, jadi surat ini seratus persen asli. Menurut hukum, tidak peduli apa pun alasannya, menggunakan segel resmi untuk kegiatan pemalsuan merupakan sebuah kejahatan berat. Yacob Zhao jelas tidak akan melakukan hal bodoh macam ini.
Ketika Robert Huo mendarat di kota itu, waktu menunjukkan pukul setengah dua siang. Waktu kemudian sudah berlalu tiga puluh menit saat ia akhirnya tiba di perusahaan Joel Miao.
Ini jam kerja, jadi ada banyak orang lalu-lalang di lobi. Suasananya teramat ramai.
Di meja resepsionis, Robert Huo bertanya apakah Joel Miao sedang ada di kantor.
Resepsionis menatapnya dan bertanya sopan, “Apa kamu sudah buat janji?”
“Tidak, tetapi kamu bisa beritahu Tuan Miao bahwa aku datang kemari karena ditugaskan Profesor Yacob Zhao.” Pria itu menjawab.
Si wanita memandangnya dengan sedikit heran dan curiga. Hampir semua orang di perusahaan ini tahu tentang hubungan antara Joel Miao dan Yacob Zhao. Jadi, mereka pun cukup mengikuti kabar memburuknya hubungan kedua orang itu akhir-akhir ini.
Begitu tahu pria di hadapannya adalah orang kiriman Yacob Zhao, nona resepsionis ragu-ragu sejenak dan berkata: “Mohon tunggu sebentar. Aku perlu menelepon kantor sekretaris dulu.”
Meski berbagai laporan berita menyebut Joel Miao dan Yacob Zhao telah putus relasi, tidak ada satu orang pun berani mengungkit urusan ini pada orang lain, apalagi pada tamu tidak dikenal macam Robert Huo. Bagaimana pun juga, itu adalah urusan pribadi sang dirut.
Sama sekali tidak keberatan, lawan bicaranya menunggu dalam diam.
Setelah bertelepon selama satu menit, nona resepsionis meletakkan gagang teleponnya di meja dan mengarahkan: “Silakan naik lift nomor dua ke lantai dua puluh tiga. Sekretaris dirut, Nona Nadya Feng, sudah menunggumu di sana.”
“Terima kasih.” Robert Huo mengangguk dan berjalan ke lift.
Begitu pintu lift terbuka di lantai tujuan, seorang wanita berusia tiga puluhan telah berjaga di depan.
Wanita itu mengenakan pakaian kantor yang sangat standar. Meski gayanya agak kuno, namun pakaian macam itu membuatnya kelihatan dewasa dan stabil. Begitu menjumpainya, tidak akan ada orang yang bakal berprasangka, misalnya dengan mencurigainya sebagai wanita simpanan bos.
Di balik kacamata berbingkai tipis, sepasang mata menatap si pria dengan tajam.
Robert Huo tidak memiliki rasa takut apa pun. Pandangan seperti ini tidak akan mampu menggetarkan hatinya sama sekali.
Mungkin karena ketenangannya, Nadya Feng jadi punya impresi pertama yang baik pada Robert Huo. Sekretaris itu mengajak: “Mari ikut aku, dirut sudah menunggumu di ruang kerja.”
Kelar berbicara, Nadya Feng berbalik badan dan melangkah cepat. Wanita itu sama sekali tidak mengajak Robert Huo bersalaman atau apa pun.
Sikap seperti itu jelas agak dingin, namun si pria bisa memahaminya.
Rutin mendengar rumor bahwa bosnya dan Yacob Zhao memiliki hubungan yang buruk, ketika berhadapan dengan orang yang diutus oleh mantan dosen bosnya itu, si wanita sebagai sekretaris jelas tidak boleh bersikap kelewat sopan.
Nadya Feng mengetuk pintu dan masuk, lalu berkata, “Dirut, ini orangnya.”
Selain Joel Miao, di ruangan itu ada dua orang lain yang terlihat seperti bawahannya.
Dengan tidak acuh, Joel Miao mengangkat tangan tanda mempersilahkan orang itu masuk. Nadya Feng mengangguk pelan, lalu berbalik badan dan keluar. Setelah Robert Huo masuk, si direktur utama masih sibuk berbincang dengan dua bawahannya seolah tidak sadar ada sesosok manusia dewasa lain di ruangan.
Sikapnya ini jelas untuk memberi tekanan pada si tamu, juga untuk memperjelas kuasanya.
Tidak tertarik memusingkan situasi ini, Robert Huo dengan santai mengalihkan pandangan dan mengamati setiap sudut ruang kerja dirut.
Sama seperti yang digambarkan orang-orang, Joel Miao mencintai kemewahan.
Gaya dekorasi ruang kerjanya mirip hotel. Benda emas ada dimana-mana.
Satu-satunya benda yang mungkin kelasnya sedikit lebih rendah adalah ukiran akar.
Ukiran itu berbentuk Buddha tertawa, jadi memberi kesan yang lucu.
“Sampai sekarang tidak juga bisa menemukan lawan kita, apa gunanya aku mempekerjakan kalian berdua, yang katanya merupakan ahli keuangan? Jangan bilang bahwa aku belum pernah mengultimatum kalian. Jika minggu ini masih merugi, bersiaplah untuk merapikan meja kerja kalian dan angkat kaki dari perusahaan ini!” Joel Miao bertutur murka.
Capital One Investment yang pria itu dirikan memiliki beberapa unit investasi pribadi. Tetapi, dalam dua kuartal terakhir, unit-unit ini terus mengalami kerugian yang cukup besar.
Berdasarkan keterangan manajer investasi, investasi yang mereka operasikan diganggu-ganggu oleh pemilik dana besar yang misterius. Mereka telah berusaha melawan, namun dengan kekuatan yang sangat kuat dan medium pengganggu yang beraneka-ragam, walau dananya tidak sebanyak dana mereka, lawan itu sangat sulit untuk ditaklukkan.
Yang merugi pun bukan hanya pihak mereka. Dengar-dengar, ada beberapa perusahaan pengelola dana yang menghadapi masalah serupa.
Secara bersamaan mampu melawan begitu banyak perusahaan, kelihaian lawan ini sama sekali tidak sederhana.
Tetapi, Joel Miao tidak peduli dengan isu ini. Jalan berpikirnya sangat sederhana. Aku merekrut dan menggaji kalian bukan untuk memberi tahu aku betapa hebatnya lawan, melainkan untuk membuktikan betapa hebatnya diri kalian sendiri.
Jika tidak, buat apa aku mengeluarkan uang begini? Memangnya buat melihat kepala kalian dipukuli lawan hingga kalian sekarat?
Ekspresi pahit muncul di wajah kedua manajer investasi. Mereka juga sangat ingin membuktikan diri. Kinerja mereka dalam beberapa kuartal terakhir sejatinya cukup bagus. Hanya gara-gara bertemu lawan yang merepotkan inilah mereka jadinya menciptakan kerugian.
Masalah utama sekarang adalah mereka belum juga bisa mengidentifikasi identitas lawan itu.
“Dasar dua orang berotak udang!” Joel Miao sudah memaki begini, mana berani kedua manajer investasi memberi tanggapan?
Mungkin karena sudah terlalu muak dengan keduanya, Joel Miao mengalihkan pandangan ke Robert Huo dan bertanya dingin: “Kamu, apa yang si tua Zhao minta kamu lakukan?”
“Profesor Zhao memberiku sebuah berkas yang berisi kesepakatan perusahaanmu untuk membaginya saham senilai tujuh juta yuan. Saat ini, Profesor Zhao ingin mencairkannya. Aku harap kamu bisa menghormati dan mematuhi permintaannya.” Robert Huo buka suara.
Pria itu kemudian mengeluarkan dokumen dari dalam tas.
Joel Miao malah mencibir: “Mengapa dia tidak datang sendiri dan malah menugaskanmu? Aku bahkan tidak tahu kamu siapa. Jika kamu seorang perampok yang mencuri surat miliknya dan ingin menukarkannya tanpa sepengetahuan dia, masa aku harus menghormati dan mematuhi permintaanmu? Jika mau duit, suruh pria bermarga Zhao itu datang langsung!”
Novel Terkait
Harmless Lie
BaigeEternal Love
Regina WangKamu Baik Banget
Jeselin VelaniTernyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniPrecious Moment
Louise LeeIstri kontrakku
RasudinDon't say goodbye
Dessy PutriInventing A Millionaire×
- Bab 1 Tiba-Tiba Mendapat Istri
- Bab 2 Perubahan Sang Suami
- Bab 3 Hidangan Lezat
- Bab 4 Menghasilkan 2000 RMB Dalam 1 Hari
- Bab 5 Adik Ipar Pemarah
- Bab 6 Jasa
- Bab 7 Berkat Dia
- Bab 8 Metode Pemasaran
- Bab 9 Tentukan 1 Tujuan Kecil
- Bab 10 Pendekatan Dengan Adik Ipar
- Bab 11 Harmonis
- Bab 12 Pengganti
- Bab 13 Nova Ji
- Bab 14 Berpura-pura Mengerti
- Bab 15 Berhasil
- Bab 16 Cara-Cara Manusia
- Bab 17 Sekuntum Bunga Magnolia
- Bab 18 Kerepotan Nova Ji
- Bab 19 Ikuti Saja Alurnya
- Bab 20 Ini Adalah Orang Berbakat
- Bab 21 Menghina
- Bab 22 Howard Xia
- Bab 23 Kode
- Bab 24 Membandingkan
- Bab 25 Tidak Bisa Apa-Apa
- Bab 26 Jarak yang Semakin Dekat
- Bab 27 Kesenangan Keluarga Inti
- Bab 28 Berbeda Dari Biasanya
- Bab 29 Menjadi Perwakilan
- Bab 30 Menampar
- Bab 31 Harus Ada Kharisma
- Bab 32 Niat
- Bab 33 Ingin Pulang
- Bab 34 Reaksi Orangtua
- Bab 35 Jalan Buntu
- Bab 36 Sebuah Lelucon
- Bab 37 Mandul
- Bab 38 Menyulitkan
- Bab 39 Kamu Tidak Mengerti
- Bab 40 Perdebatan
- Bab 41 Bertoleransi
- Bab 42 Mengancam
- Bab 43 Rencana Akuisisi
- Bab 44 Berkunjung
- Bab 45 Marah
- Bab 46 Membantu
- Bab 47 Menegur
- Bab 48 Buah sebanyak 3000 kg
- Bab 49 Kualitas Super Tinggi
- Bab 50 Keterkejutan Di Dalam Hati
- Bab 51 Satu Meja Makanan Dan Wine
- Bab 52 Berlomba Minum Wine
- Bab 53 Aturan
- Bab 54 Tempat Penuh Cinta
- Bab 55 Akrab Sejak Awal Bertemu
- Bab 56 Dunia
- Bab 57 Kepedulian Seorang Ayah
- Bab 58 Dipermalukan
- Bab 59 Apa Kamu Gila
- Bab 60 Membujuk
- Bab 61 Hak GM
- Bab 62 Sebuah Kejadian
- Bab 63 Harapan Sang Gadis
- Bab 64 Hidup Sebagai Orang Biasa
- Bab 65 Tipikal Kegagalan
- Bab 66 Kemampuan
- Bab 67 Kesepian
- Bab 68 Bantuan
- Bab 69 Pemikiran Yang Berbahaya
- Bab 70 Kerinduan Anak
- Bab 71 Perhatian
- Bab 72 Kegiatan Toko Buah
- Bab 73 Kamu Harus Belajar Darinya
- Bab 74 Pertemuan
- Bab 75 Menampar Wajah
- Bab 76
- Bab 77 Tersenyum Sampai Akhir
- Bab 78 Kabar
- Bab 79 Berangkat Menuju Ibu Kota Provinsi
- Bab 80 Mempersulit
- Bab 81 Pencemaran Nama Baik
- Bab 82 Memutarbalikkan Keadaan
- Bab 83 Pembalasan Dendam Seorang Pria
- Bab 84 Tidur Di Tempat Tidur Yang Sama
- Bab 85 Saling Menyapa Sebagai Saudara
- Bab 86 Bertemu.
- Bab 87 Berubah.
- Bab 88 Targetnya Berubah.
- Bab 89 Pinjamkan Dan Dipinjamkan.
- Bab 90 Rekaman.
- Bab 91 Berbicara.
- Bab 92 Orang Yang Tidak Seharusnya Kamu Ganggu.
- Bab 93 Tersentuh.
- Bab 94 Psikiater.
- Bab 95 Buku.
- Bab 96 Mengundang
- Bab 97 Orang Keluarga Huo
- Bab 98 Menjebak
- Bab 99 Puas
- Bab 100 Mengagumi
- Bab 101 Kecelakaan
- Bab 102 Hubungan
- Bab 103 Memberi Kompensasi
- Bab 104 Tamu Profesor
- Bab 105 Mimpi
- Bab 106 Kalah Dengan Sangat Cepat
- Bab 107 Orang Yang Menjijikan
- Bab 108 Tamparan
- Bab 109 Thiago Huo Yang Meragukan Kehidupannya
- Bab 110 Minta Maaf
- Bab 111 Omong Kosong Yang Tidak Menyelesaikan Masalah
- Bab 112 Hubungan Kerja Sama Yang Baru
- Bab 113 Dendam Dan Kebencian
- Bab 114 Pemandangan Yang Indah
- Bab 115 Siapa Sih Psikolognya
- Bab 116 Stella Yue Menghilang
- Bab 117 Psikologi Lego
- Bab 118 Keluarga
- Bab 119 Tidak Akan Meninggalkannya
- Bab 120 Mencairkan Cek
- Bab 121 Kesombongan
- Bab 122 Meredakan Kemarahan
- Bab 123 Kebaikan Yang Besar
- Bab 124 Tidak Serakah
- Bab 125 Siapa Dia?
- Bab 126 Dua Kelebihan
- Bab 127 Persiapan
- Bab 128 Ancaman
- Bab 129 Tenang
- Bab 130 Dia Datang
- Bab 131 Orang Gila
- Bab 132 Ajaran Leluhur
- Bab 133 Tidak Bisa Menjadi Teman
- Bab 134 Bercandaan Apa Yang Kamu Katakan
- Bab 135 Event Baru
- Bab 136 Berita Buruk
- Bab 137 Generasi Jahat
- Bab 138 Sekelompok Orang Jahat
- Bab 139 Aktor
- Bab 140 Rapat
- Bab 141 Kamu Jangan Keterlaluan
- Bab 142 Syarat
- Bab 143 Sebuah Jalan
- Bab 144 Moris Liu
- Bab 145 Tanpa Penyesalan
- Bab 146 Tanda-Tanda
- Bab 147 Akar Masalah
- Bab 148 Pihak Yang Banyak Bebicara Dipukuli
- Bab 149 Sebelum Badai Tiba
- Bab 150 Terlalu Mengenaskan
- Bab 151 Satu Kesulitan Yang Ditambah Dengan Banya Kesulitan Lainnya
- Bab 152 Topangan Yang Jatuh Akan Berdampak Pada Orang Disekitarnya
- Bab 153 Segala Jenis Cobaan
- Bab 154 Aku Mau Dua Ratus Juta
- Bab 155 Kuota Dirut
- Bab 156 Hasil
- Bab 157 Memberikan Bunga
- Bab 158 Menjauh
- Bab 159 Tidak Nyaman
- Bab 160 Kegiatan Dimulai
- Bab 161 Orang Yang Paling Akrab.
- Bab 162 Bercanda
- Bab 163 Aku Ingin menjadi Pemilik Saham.
- Bab 164 Kenalan Dekat.
- Bab 165 Kamu Bisa Menghasilkan Berapa Banyak.
- Bab 166 Harapan Baru
- Bab 167 Acara Reuni Kelas
- Bab 168 Tatapan Aneh
- Bab 169 Memesan Bir
- Bab 170 Sangat Suka
- Bab 171 Menyaksikan Kemesraan
- Bab 172 Pendapatan
- Bab 173 Nicho Huo
- Bab 174 Balas Dendam Berikutnya
- Bab 175 Kemalangan yang Tidak Terduga
- Bab 176 Transaksi
- Bab 177 Menyelidiki
- Bab 178 Khawatir
- Bab 179 Berantakan
- Bab 180 Plat Nomor Kendaraan
- Bab 181 Kebebasan
- Bab 182 Memeriksa Mobil
- Bab 183 Tidak Bisa Kabur
- Bab 184 Alex Liao Yang Bingung
- Bab 185 Bukti Kesalahan
- Bab 186 Memikirkan Keuntungan Masa Depan
- Bab 187 Menggali Kuburan Sendiri
- Bab 188 Bantuan
- Bab 189 Tidak Masuk Akal
- Bab 190 Kamu Tidak Pergi, Aku Yang Pergi
- Bab 191 Tahu Sopan Santun Tidak
- Bab 192 Segera Pindah
- Bab 193 Profesior Mengalami Kecelakaan
- Bab 194 Memarahi
- Bab 195 Trik Pahit
- Bab 196 Kesibukan
- Bab 197 Menyewa Teater Menonton Film
- Bab 198 Berbohong
- Bab 199 Dicuri
- Bab 200 Meminta Maaf
- Bab 201 Sanak Saudara
- Bab 202 Kedatangan Tamu
- Bab 203 Terkejut
- Bab 204 Siapa Dia
- Bab 205 Sudah Mati Rasa
- Bab 206 Hadiah Terbaik
- Bab 207 Dia Itu Alex Liao
- Bab 208 Bingung
- Bab 209 Saran
- Bab 210 Muntah Darah
- Bab 211 Kemunafikan Dunia
- Bab 212 Ekspansi
- Bab 213 Keterkejutan Nova Ji
- Bab 214 Perubahan Sikap
- Bab 215 Pemilik Perusahaan Yang Baru
- Bab 216 Ide
- Bab 217 Perusahaan Diet
- Bab 218 Rapat Umum Pemegang Saham
- Bab 219 Mencintai Dan Menghormati
- Bab 220 Hatinya Tergerak
- Bab 221 Petunjuk
- Bab 222 Memalukan
- Bab 223 Zila Tang
- Bab 224 Masalah Keluarga Huo
- Bab 225 Jaga Tubuhmu Agar Tetap Hangat
- Bab 226 Tidak Bisa Diobati
- Bab 227 Kompeten dan Tangkas
- Bab 228 Merugi
- Bab 229 Pilih Satu Saham
- Bab 230 Pengikut
- Bab 231 Penutupan Kenaikan Harga Saham
- Bab 232 Bertemu Dengan Zila Tang Lagi
- Bab 233 Arena Balap
- Bab 253 Situasi Yang Tidak Baik
- Bab 254 Krisis
- Bab 234 Memilih Mobil
- Bab 235 Penghinaan
- Bab 236 Menyelip
- Bab 237 Kecelakaan
- Bab 235 Tamparan Yang Familiar
- Bab 239 Masalah
- Bab 240 Saling Memuji
- Bab 241 Kabar Baik Dan Buruk
- Bab 242 Pemerasan
- Bab 243 Orang Bodoh Yang Mengantarkan Uang
- Bab 244 Memulai Dari Awal
- Bab 245 Pekerjaan Kayu
- Bab 246 Koneksi
- Bab 247 Kata Sandi
- Bab 248 Meninggalkan
- Bab 249 Warisan
- Bab 250 Berpendidikan Dan Bisa Bela Diri
- Bab 251 Tidak Pantas
- Bab 252 Acara Besar
- Bab 255 Kunjungan
- Bab 256 Jalan
- Bab 257 Latar Belakang Yang Mengejutkan
- Bab 258 Ekspansi
- Bab 259 Membeli Mobil
- Bab 260 Tunggu Menangis
- Bab 261 Bos Besar Datang
- Bab 262 Kebenaran
- Bab 263 Mengembalikan Dan Menganti Rugi Sebanyak 3 Kali Lipat
- Bab 264 Meminum Anggur
- Bab 265 Amnesia
- Bab 266 Mencegah Lebih Baik Daripada Mengabaikan
- Bab 267 Perenungan
- Bab 268 Tambahan Uang
- Bab 269 Rasa Simpati
- Bab 270 Popularitas
- Bab 271 Iri Hati
- Bab 272 Beruntung
- Bab 273 Petarungan Tiga Prajurit Dengan lü Bu
- Bab 274 Firasat Buruk
- Bab 275 Iri Hati
- Bab 276 Berpikir Terlalu Jauh.
- Bab 277 Satu Lagi Yang Suka Berpikir Berlebihan.
- Bab 278 Keributan.
- Bab 279 Bertemu.
- Bab 280 Murid.
- Bab 281 Orang Penting
- Bab 282 Hongda Capital
- Bab 283 Nasihat
- Bab 284 Gagal Transaksi
- Bab 285 Persahabatan
- Bab 286 Minum-Minum
- Bab 287 Mabuk
- Bab 288 Mengumpulkan
- Bab 289 Membeli Cincin Berlian
- Bab 290 Memaksa Diri Berlagak Kaya
- Bab 291 Keluar Membantu
- Bab 292 Identitasnya
- Bab 293 Restoran
- Bab 294 Tersentuh
- Bab 295 Mengeluh
- Bab 296 Minta Maaf
- Bab 297 Pekerjaan
- Bab 298 Acara Selesai
- Bab 299 Membalas Budi
- Bab 300 Merayakan Keberhasilan
- Bab 301 Ide Baru
- Bab 302 Pengembangan
- Bab 303 Ancaman
- Bab 304 Serangan
- Bab 305 Jahat
- Bab 306 Tenang
- Bab 307 Terjebak Masuk
- Bab 308 Hasil Penyelidikan
- Bab 309 Tujuan Satu-satunya
- Bab 310 Pendapat Natalie Ning
- Bab 311 Harapan
- Bab 312 Pernah Digit Ular
- Bab 313 Bujukan
- Bab 314 Menangis
- Bab 315 Bertemu Orang Tua
- Bab 316 Pernikahan Kedua Juga Tidak Apa-apa
- Bab 317 Anggap Kamu Menyerahkan Diri
- Bab 318 Nasehat
- Bab 319 Orang Yang Terabaikan
- Bab 320 Kesempatan Besar
- Bab 321 Rahasia Yang Tersembunyi Akhirnya Akan Terbuka Juga
- Bab 322 Pulang Dibicarakan Lagi
- Bab 323 Makan Untuk Pertemanan
- Bab 324 Maaf
- Bab 325 Kenyataan
- Bab 326 Memaafkan
- Bab 327 Undangan
- Bab 328 Menuju Keluarga Li