Inventing A Millionaire - Bab 228 Merugi

Pada Senin pagi, Robert Huo naik pesawat ke kota tempat Joel Miao berdomisili.

Sebagai salah satu murid Profesor Yacob Zhao yang paling terkenal, Joel Miao dianggap sebagai yang paling handal dalam berbisnis. Selain karena pada dasarnya cerdik, kehandalannya ini bisa jadi diwariskan oleh orangtuanya yang juga berbisnis.

Waktu masih kuliah, Joel Miao bisa menghasilkan uang dengan membantu pelajar lain mengerjakan ujian remedial dan menulis esai.

Yang jadi masalah, ia sendiri suka gagal ujian……

Bagaimana seseorang seperti dirinya bisa menghasilkan uang lewat dua jalur itu? Caranya adalah dengan menjadi perantara. Ia mengeluarkan uang di awal untuk membayar pelajar-pelajar dengan prestasi akademik terbaik. Untuk setiap ujian remedial mereka dibayar tiga puluh yuan, sementara untuk setiap esai dibayar tujuh puluh yuan. Berikutnya, ia baru menerima bayaran dari para kliennya masing-masing sebesar lima puluh yuan dan seratus yuan. Alhasil, Joel Miao bisa mendapatkan dua puluh yuan untuk setiap ujian remedial dan tiga puluh yuan untuk setiap esai.

Pendapatannya ini tidak terhitung banyak, namun juga tidak terhitung sedikit.

Yang terpenting, ia sendiri tidak perlu terlibat langsung dalam pengerjaan ujian remedial dan esai. Hanya dengan menggerakkan bibir untuk berkomunikasi dengan para joki dan para klien, uang akan datang kepadanya.

Dengan usahanya ini, Joel Miao sering ditegur sambil dijewer oleh dosen-dosen.

Ia bisa menjalin hubungan yang baik dengan Yacob Zhao hanya karena Profesor Zhao tidak pernah menegurnya untuk hal-hal seperti ini. Bahkan, dia malah memuji kecerdikannya dan bilang bahwa dia akan jadi pengusaha besar di masa depan.

Pada masa itu, kedudukan sosial pedagang tidak terlalu tinggi. Berbisnis tanpa persetujuan dianggap ilegal. Itu karena dulu ada istilah “spekulasi”.

Untungnya, di tengah situasi demikian, Yacob Zhao sudah melihat bahwa ketertinggalan China disebabkan bukan karena kurangnya motivasi orang-orang untuk melakukan yang lebih, melainkan karena kekurangan uang.

Jadi, jika ingin makmur di masa depan, China harus memiliki banyak orang yang mampu menghasilkan uang.

Anak muda seperti Joel Miao persis seperti orang kemunculannya ia nantikan. Tidak ingin sebuah bibit bagus rusak, ia lebih memiliki dikritik rekan-rekannya daripada ikutan menegur Joel Miao.

Tentu saja, tidak mengkritik bukan berarti mengajurkan.

Nasehat yang paling sering Yacob Zhao katakan adalah: “Aku berharap setiap sen yang kamu hasilkan di masa depan bisa diperoleh dengan cara halal. Uang halal semacam ini, mau kamu habiskan dengan sangat boros pun, tidak akan bisa memancing gosip dari orang-orang sekitar!”

Joel Miao selalu menjadikan kalimat ini sebagai mottonya. Ketika di kemudian hari mampu menghasilkan banyak uang, ia menyukai hidup mewah. Setiap kali ada orang yang mengomentari sikap borosnya itu, ia pasti akan mengadptasi kata-kata profesor tuanya sebagai argumen: “Setiap sen uangku kuhasilkan dengan cara halal. Mau kuhabiskan dengan cara apa, apa hakmu ikut campur dan berkomentar?”

Kepribadian yang lugas dan berani menjadi salah satu alasan Joel Miao bisa mendapatkan nama dalam dunia bisnis.

Dan berkat jaringan Yacob Zhao, bisnisnya jadi jauh lebih besar daripada bisnis Alex Liao dan Howard Xia.

Perusahaan-perusahaan yang ada di bawah konglomerasinya terlibat dalam berbagai industri. Total aset konglomerasi mencapai angka sepuluh miliar yuan.

Sebagian besar pemegang saham perusahaan-perusaahaannya adalah teman-teman sekelasnya dulu. Nama Marco Shang ada di dalam sana.

Persenan saham yang ada di tangan Yacob Zhao waktu itu mereka berikan gratis dengan cara merogoh kocek masing-masing. Surat kesepakatannya dicap dengan segel resmi, jadi surat ini seratus persen asli. Menurut hukum, tidak peduli apa pun alasannya, menggunakan segel resmi untuk kegiatan pemalsuan merupakan sebuah kejahatan berat. Yacob Zhao jelas tidak akan melakukan hal bodoh macam ini.

Ketika Robert Huo mendarat di kota itu, waktu menunjukkan pukul setengah dua siang. Waktu kemudian sudah berlalu tiga puluh menit saat ia akhirnya tiba di perusahaan Joel Miao.

Ini jam kerja, jadi ada banyak orang lalu-lalang di lobi. Suasananya teramat ramai.

Di meja resepsionis, Robert Huo bertanya apakah Joel Miao sedang ada di kantor.

Resepsionis menatapnya dan bertanya sopan, “Apa kamu sudah buat janji?”

“Tidak, tetapi kamu bisa beritahu Tuan Miao bahwa aku datang kemari karena ditugaskan Profesor Yacob Zhao.” Pria itu menjawab.

Si wanita memandangnya dengan sedikit heran dan curiga. Hampir semua orang di perusahaan ini tahu tentang hubungan antara Joel Miao dan Yacob Zhao. Jadi, mereka pun cukup mengikuti kabar memburuknya hubungan kedua orang itu akhir-akhir ini.

Begitu tahu pria di hadapannya adalah orang kiriman Yacob Zhao, nona resepsionis ragu-ragu sejenak dan berkata: “Mohon tunggu sebentar. Aku perlu menelepon kantor sekretaris dulu.”

Meski berbagai laporan berita menyebut Joel Miao dan Yacob Zhao telah putus relasi, tidak ada satu orang pun berani mengungkit urusan ini pada orang lain, apalagi pada tamu tidak dikenal macam Robert Huo. Bagaimana pun juga, itu adalah urusan pribadi sang dirut.

Sama sekali tidak keberatan, lawan bicaranya menunggu dalam diam.

Setelah bertelepon selama satu menit, nona resepsionis meletakkan gagang teleponnya di meja dan mengarahkan: “Silakan naik lift nomor dua ke lantai dua puluh tiga. Sekretaris dirut, Nona Nadya Feng, sudah menunggumu di sana.”

“Terima kasih.” Robert Huo mengangguk dan berjalan ke lift.

Begitu pintu lift terbuka di lantai tujuan, seorang wanita berusia tiga puluhan telah berjaga di depan.

Wanita itu mengenakan pakaian kantor yang sangat standar. Meski gayanya agak kuno, namun pakaian macam itu membuatnya kelihatan dewasa dan stabil. Begitu menjumpainya, tidak akan ada orang yang bakal berprasangka, misalnya dengan mencurigainya sebagai wanita simpanan bos.

Di balik kacamata berbingkai tipis, sepasang mata menatap si pria dengan tajam.

Robert Huo tidak memiliki rasa takut apa pun. Pandangan seperti ini tidak akan mampu menggetarkan hatinya sama sekali.

Mungkin karena ketenangannya, Nadya Feng jadi punya impresi pertama yang baik pada Robert Huo. Sekretaris itu mengajak: “Mari ikut aku, dirut sudah menunggumu di ruang kerja.”

Kelar berbicara, Nadya Feng berbalik badan dan melangkah cepat. Wanita itu sama sekali tidak mengajak Robert Huo bersalaman atau apa pun.

Sikap seperti itu jelas agak dingin, namun si pria bisa memahaminya.

Rutin mendengar rumor bahwa bosnya dan Yacob Zhao memiliki hubungan yang buruk, ketika berhadapan dengan orang yang diutus oleh mantan dosen bosnya itu, si wanita sebagai sekretaris jelas tidak boleh bersikap kelewat sopan.

Nadya Feng mengetuk pintu dan masuk, lalu berkata, “Dirut, ini orangnya.”

Selain Joel Miao, di ruangan itu ada dua orang lain yang terlihat seperti bawahannya.

Dengan tidak acuh, Joel Miao mengangkat tangan tanda mempersilahkan orang itu masuk. Nadya Feng mengangguk pelan, lalu berbalik badan dan keluar. Setelah Robert Huo masuk, si direktur utama masih sibuk berbincang dengan dua bawahannya seolah tidak sadar ada sesosok manusia dewasa lain di ruangan.

Sikapnya ini jelas untuk memberi tekanan pada si tamu, juga untuk memperjelas kuasanya.

Tidak tertarik memusingkan situasi ini, Robert Huo dengan santai mengalihkan pandangan dan mengamati setiap sudut ruang kerja dirut.

Sama seperti yang digambarkan orang-orang, Joel Miao mencintai kemewahan.

Gaya dekorasi ruang kerjanya mirip hotel. Benda emas ada dimana-mana.

Satu-satunya benda yang mungkin kelasnya sedikit lebih rendah adalah ukiran akar.

Ukiran itu berbentuk Buddha tertawa, jadi memberi kesan yang lucu.

“Sampai sekarang tidak juga bisa menemukan lawan kita, apa gunanya aku mempekerjakan kalian berdua, yang katanya merupakan ahli keuangan? Jangan bilang bahwa aku belum pernah mengultimatum kalian. Jika minggu ini masih merugi, bersiaplah untuk merapikan meja kerja kalian dan angkat kaki dari perusahaan ini!” Joel Miao bertutur murka.

Capital One Investment yang pria itu dirikan memiliki beberapa unit investasi pribadi. Tetapi, dalam dua kuartal terakhir, unit-unit ini terus mengalami kerugian yang cukup besar.

Berdasarkan keterangan manajer investasi, investasi yang mereka operasikan diganggu-ganggu oleh pemilik dana besar yang misterius. Mereka telah berusaha melawan, namun dengan kekuatan yang sangat kuat dan medium pengganggu yang beraneka-ragam, walau dananya tidak sebanyak dana mereka, lawan itu sangat sulit untuk ditaklukkan.

Yang merugi pun bukan hanya pihak mereka. Dengar-dengar, ada beberapa perusahaan pengelola dana yang menghadapi masalah serupa.

Secara bersamaan mampu melawan begitu banyak perusahaan, kelihaian lawan ini sama sekali tidak sederhana.

Tetapi, Joel Miao tidak peduli dengan isu ini. Jalan berpikirnya sangat sederhana. Aku merekrut dan menggaji kalian bukan untuk memberi tahu aku betapa hebatnya lawan, melainkan untuk membuktikan betapa hebatnya diri kalian sendiri.

Jika tidak, buat apa aku mengeluarkan uang begini? Memangnya buat melihat kepala kalian dipukuli lawan hingga kalian sekarat?

Ekspresi pahit muncul di wajah kedua manajer investasi. Mereka juga sangat ingin membuktikan diri. Kinerja mereka dalam beberapa kuartal terakhir sejatinya cukup bagus. Hanya gara-gara bertemu lawan yang merepotkan inilah mereka jadinya menciptakan kerugian.

Masalah utama sekarang adalah mereka belum juga bisa mengidentifikasi identitas lawan itu.

“Dasar dua orang berotak udang!” Joel Miao sudah memaki begini, mana berani kedua manajer investasi memberi tanggapan?

Mungkin karena sudah terlalu muak dengan keduanya, Joel Miao mengalihkan pandangan ke Robert Huo dan bertanya dingin: “Kamu, apa yang si tua Zhao minta kamu lakukan?”

“Profesor Zhao memberiku sebuah berkas yang berisi kesepakatan perusahaanmu untuk membaginya saham senilai tujuh juta yuan. Saat ini, Profesor Zhao ingin mencairkannya. Aku harap kamu bisa menghormati dan mematuhi permintaannya.” Robert Huo buka suara.

Pria itu kemudian mengeluarkan dokumen dari dalam tas.

Joel Miao malah mencibir: “Mengapa dia tidak datang sendiri dan malah menugaskanmu? Aku bahkan tidak tahu kamu siapa. Jika kamu seorang perampok yang mencuri surat miliknya dan ingin menukarkannya tanpa sepengetahuan dia, masa aku harus menghormati dan mematuhi permintaanmu? Jika mau duit, suruh pria bermarga Zhao itu datang langsung!”

Novel Terkait

Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu