Inventing A Millionaire - Bab 174 Balas Dendam Berikutnya

Lama-kelamaan, membayangkan proses pemukulan si anak, Nicho Huo kembali menjadi lebih marah pada pemukul Thiago Huo daripada Thiago Huo-nya sendiri.

“Ayah, ini semua salah Griffin Huo. Ia dan pemuda itu ada di satu kubu, jadi ia pasti macam-macam di belakang. Kalau tidak, bagaimana bisa Jack Dong membantu pemuda miskin itu! Ayah, kamu harus membantuku membalas dendam!” Thiago Huo bertutur dengan sedih. Karena tubuhnya bergerak agak banyak, lukanya kembali terasa nyeri dan ia pun mengaduh kesakitan.

Gigi Thiago Huo, yang sebelumnya rapih, jadi renggang karena dipukuli Robert Huo. Angin kini keluar dari sela-sela giginya ketika ia berbicara. Dokter bilang, semua gigi yang bentuk dan letaknya sudah berantakan ini harus dicabut.

Dengan kata lain, Thiago Huo akan memakai gigi palsu di sisa hidupnya.

Nicho Huo memandangi gips di tubuh putranya, lalu berkata dengan suara yang dalam: “Kamu yang salah, karena kamu tidak mau berjuang. Berhadapan dengan pemuda miskin itu saja tidak mampu!”

“Aku……”

Si ayah menyela tanpa menunggnya kelar berbicara: “Baiklah, aku sudah paham soal ini. Tetapi, keluarga Huo kita memiliki aturan internal yang ketat. Siapa pun tidak ada yang boleh melanggarnya, termasuk aku. Aku akan meugaskan orang untuk menangani orang itu, jadi kamu tenang saja. Kedepannya, ingat baik-baik bahwa ada banyak orang yang bersedia menjadi pion keluarga Huo, jadi buat apa kamu sendiri turun ke medan peperangan? Jangan idiot lagi!”

Thiago Huo tidak berani membalas apa pun ketika dimarahi. Dalam urusan ini, dirinya memang ada salah di awal. Ingin membalas dendam lawannya, ia malah “dibunuh balik”. Kondisi tragisnya ini sejatinya bisa dibilang membawa kebaikan, sebab jika ia kembali dalam keadaan baik, Nicho Huo bisa murka dengan tindakan impulsifnya dan mematahkan kakinya.

Tetapi, berhubung ayah sudah bilang akan menugaskan orang untuk menangani perkara ini, ia merasa si ayah sudah berada di pihaknya. Bagus, perkara ini akan bisa diselesaikan dengan adil.

Hati Thiago Huo penuh dengan kebencian. Pria sialan itu, tunggu saja meomen pembalasanku. Berani memukuliku sampai seperti ini, aku tidak akan berhenti sebelum membuatmu mati!

Tidak peduli di mata Nicho Huo atau pun Thiago Huo, Robert Huo tidak punya kesan yang baik.

Meski telah merasakan kengerian si pria secara langsung, si anak merasa dia pasti mengkhianati Jack Dong dengan bantuan Griffin Huo. Jika tidak, yang terbaring di rumah sakit sekarang ini sudah pasti bukan dirinya!

Belum lama berada di dalam ruang pasien, Nicho Huo sudah keluar lagi. Sekretarisnya, yang berdiri di depan pintu, bergegas menghampiri dan memasang gestur ingin berkonsultasi.

Tanpa menandangnya, si pria paruh baya bertanya: “Periksa luar dan dalam orang bernama Shawn Li itu. Selain itu, cek juga siapa yang bisa membantu kita di sana.”

“Sudah diperiksa. Pria itu seorang yatim piatu. Ia kehilangan orangtua sedari kecil, juga tidak punya teman dan kerabat. Istrinya bernama Natalie Ning, sementara kedua orangtuanya dulu buka toko buah. Mereka orang biasa.” Sembari menge-scroll ponselnya untuk membaca berkas, sekretaris itu bicara lagi: “Kita tidak memiliki cabang langsung di sana, tetapi ada seorang pengusaha kecil bernama Dave Tong yang memiliki urusan bisnis dengan cabang kita di ibu kota provinsi. Aku sudah menelepon cabang itu. Di telepon, mereka bilang Dave Tong memiliki kepribadian yang biasa, bahkan malah jago menjilat. Ia merupakan mantan gangster. Di kemduain hari, setelah kakaknya menikah dengan seorang pengusaha besar lokal bernama Alex Liao, kehidupannya baru berjaya. Orang ini selalu berharap bisa memuaskan cabang kita, jadi diberi permintaan apa pun bakal ditanggapi dengan responsif.”

Putra bos dipukuli sampai seperti ini, sebagai seorang bawahan, si sekretaris secara alamiah melakukan penelusuran informasi sedari awal.

Nicho Huo mengagumi kepintaran sekretarisnya. Pria itu mengangguk setuju, lalu memberi instruksi: “Kalau begitu, perintahkan Dave Tong dan minta dia urus masalah ini.”

“Urus sampai sejauh mana?” Si sekretaris berusaha mendetailkan perintah.

Si bos menjawab tanpa pikir panjang: “Anakku jadi bagaimana, dia harus jadi sedikit lebih tragis.”

Suaranya sangat suram, ekspresinya pun begitu. Sekretaris mengangguk tanpa keberatan.

Satu orang kecil yang tidak berdaya berani memprovokasi keluarga Huo…… Apalah usaha yang mereka perlukan untuk menghabisinya? Usahanya semudah menjentikkan jari!

Sehabis bercakap, sekretaris langsung menelepon cabang dan meminta mereka menyampaikan permintaan ke Dave Tong.

Alasan mengapa ia tidak menghubungi pria itu secara langsung adalah karena dalam urusan ini, ia tidak merasa perlu muncul ke “panggung”.

Seperti yang dikatakan Nicho Huo, berhubung ada banyak orang yang bersedia menjadi pion bagi keluarga Huo, mengapa mereka harus turun sendiri ke medan perang?

Entah menjadi penonton atau pun wasit, dua alternatif ini lebih baik daripada turun sendiri.

Robert Huo tidak tahu bahwa Nicho Huo akan menugaskan seseorang untuk melakukan sesuatu padanya. Itu karena dalam benaknya, petinggi-petinggi keluarga Huo tidak mungkin melakukan hal kotor macam itu.

Aturan rumah masih eksis. Siapa pun yang melanggar akan dihukum berat.

Dulu, kedudukan Robert Huo di sana teramat tinggi. Mana berani orang-orang di sekitarnya melakukan kesalahan?

Akibat statusnya yang ketinggian, ia tidak tahu bahwa anggota-anggota kelas menengah keluarga Huo sudah busuk. Meski tidak berani terang-terangan melanggar aturan keluarga, “memutar jalan” untuk melakukan hal-hal yang tidak tahu malu sudah umum bagi mereka.

Keesokan pagi, Natalie Ning menerima telepon dari pabrik. Telepon itu mengabarkan bahwa GM mereka sudah tiba.

Mengingat ini adalah pengalaman pertamanya menandatangani sebuah kontrak, Natalie Ning memperlakukan situasi dengan sangat serius. Ia menugaskan Eugene Ning untuk menyewa Mercedes-Benz E-Class sebagai mobil yang antar-jemput GM.

Wanita itu awalnya bahkan ingin menyewa yang S-Class, namun tidak disetujui oleh Robert Huo.

Kata suaminya itu, istrinya adalah orang yang merangkak dari pemilik toko Taobao yang dipandang sebelah mata oleh pemilik-pemilik toko lain. Dia pada dasarnya bukan seorang pengusaha besar, jadi buat apa repot-repot melakukan pencitraan macam ini?

Jika seseorang benar-benar lihai, sekali pun berangkat naik bus umum untuk menemui seseorang, tidak akan ada yang berani komentar. Bisa-bisa, mereka malah memujimu karena menjadi agen penurunan karbon dioksida kendaraan pribadi.

Sebaliknya, jika seseorang tidak lihai, mau ia naik helikopter pun, orang-orang akan berkomentar miring dan menuduhnya cari muka.

Eugene Ning sendiri tidak menimpali apa-apa. Apa pun tugasnya, ia akan melaksanakannya.

Ia buru-buru menelepon pusat penyewaan mobil, juga membayarkan uang sewanya dengan kocek pribadi. Bukan hanya itu, ia juga bilang bahwa uang sekecil ini tidak perlu diganti oleh kakak dan kakak ipar.

Natalie Ning dan Robert Huo sama-sama tahu bahwa anak ini tengah mencari simpati.

Tetapi, bagaimana pun juga, dia adalah seorang kerabat. Robert Huo mengikuti saja kemauannya.

Tidak lama kemudian, Eugene Ning kembali dengan delegasi pabrik.

Mereka berjumlah tiga orang, terdiri dari GM, asisten, dan pengacara.

GM bernama Wesley Mu memberi kesan yang energik. Walau sudah berusia empat puluhan, ia sama sekali tidak tua. Dengan postur tegak dan wajah tampan nan dewasanya, ia tipe pria paruh baya yang disukai gadis muda.

Ketika melihat Natalie Ning, mata Wesley Mu juga berbinar. Ia tidak menyangka bahwa pemilik toko Taobao yang sering berurusan dengannya adalah seorang wanita cantik yang masih muda.

Tetapi, ia tidak gimana-gimana menunjukkan kegirangannya. Kedatangannya kemari adalah untuk urusan bisnis, apalagi di sebelah Natalie Ning adalah Robert Huo.

Si wanita telah memberitahunya bahwa semua kegiatan toko, termasuk pengalihan saham kali ini, diurusi oleh suaminya.

Sebelum kemari, Wesley Mu terus memikirkan orang macam apa yang bisa sehandal ini.

Melihat Robert Huo, yang berdiri di samping Natalie Ning dengan senyuman di wajah, si GM langsung mengulurkan tangan dan memuji: “Memang benar generasi tua akan selalu digantikan oleh generasi muda. Kita tidak bisa menghindari dinamika ini……”

“Ah, GM Mu berlebihan. Keberhasilanku hanya kebetulan. Jika kalian tidak ditipu orang, aku juga tidak akan bisa berbuat apa-apa. Aku merasa aku hanya orang kecil.” Robert Huo menanggapi.

Kata-kata ini ditujukan untuk memuji Wesley Mu. Ini biar suasana GM yang jauh-jauh datang kemari ini bertambah positif. Dengan begitu, proses pendatanganan kontrak diharapkan bisa berjalan selancar-lancarnya.

Dengan kesan yang sangat positif pada Robert Huo, ketidaksenangan Wesley Mu untuk mengalihkan saham perusahaan ke dia melemah drastis.

Dari sisi samping, Natalie Ning mengajak: “Bagaimana kalau kita masuk dan berbicara? Kita tidak boleh membiarkan GM Mu terus berdiri di depan pintu.”

Kesan pertama dari delegasi pabrik cukup baik. Mereka masuk ke dalam sambil tertawa.

Ruang kerja sudah disapu bersih, bahkan Robert Huo tadi pagi sengaja membeli beberapa lukisan dan dekorasi untuk digantung di dalamnya. Meski tidak mewah, ruang kerja ini sangat berciri khas.

Wesley Mu mengamati sekeliling dan memuji lagi: “Ruang kerja ini simpel dan rapi. Pantas saja kalian berdua bisa mengelola toko Taobao dengan sangat baik, ruangan kerjanya saja sangat mendukung.”

“Tuan Mu sangat jago memuji orang, kamu jadi tidak enak hati. Silahkan diminum tehnya.” Natalie Ning menunjuk teko teh dengan telapak tangan. Wanita itu terlihat amat santai.

Penampilan Robert Huo di reuni kelas kemarin membuatnya bangga pada suaminya, juga bertambah percaya diri.

Suami serba bisa dan serba tahu…… Apa yang lebih membahagiakan dibanding memiliki suami seperti ini?

Jangankan Wesley Mu yang eranya sudah mau kelar, didatangi pengusaha kelsa kakap saja, Natalie Ning tidak akan demam panggung lagi seperti sebelumnya.

Orang-orang sekitar yang kuat memang akan menambah kepercayaan diri seseorang!

Sebelum berangkat, Wesley Mu sebenarnya berencana untuk tawar-menawar lagi dengan keduanya. Ia ingin melihat apakah bisa menjual lebih sedikit porsi saham.

Akan tetapi, ketika benar-benar bertemu mereka, ia langsung menangguhkan rencana ini.

Meski belum bercakap panjanga, namun dari gerak-gerik dan tutur katanya, pada kedua orang ini, khususnya Robert Huo, ia bisa merasakan aura superior yang luar biasa dan sulit dideskripsikan.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu