Inventing A Millionaire - Bab 45 Marah
Melihat ke anaknya yang terlihat sedih, Cornelia Deng datang menarik-narik dirinya, lalu Ardi Ning baru menaruh kue bulan tersebut.
Namun kemudian, dia menunjuk ke kepiting tersebut dan bertanya: “Kepiting juga iya?”
“Aku yang beli kepiting itu.” Robert Huo tidak memilih untuk menyembunyikan, hanya saja saat Ardi Ning mengambil kepiting tersebut hendak ingin membuangnya, ia berkata lagi: “Tapi Gaby yang menemani aku untuk membelinya, katanya dia ingin memilih kepiting yang paling besar untuk Kakek, hampir terjepit tangannya.”
Gerakan Ardi Ning berhenti lagi, Cornelia Deng memeluk cucunya dengan tidak tega: “Di jepit kepiting ya? Di mana? Coba aku lihat.”
Gaby menggelengkan kepala, berkata: “Tidak terjepit, saat dia mengulurkan supitnya, Ayah langsung memukulnya dia pun langsung lari, hebat sekali”
Ekspresi wajah dan nada yang seperti sedang memamerkan dari anak ini, memuat Cornelia Deng tidak tahan, di saat ini, tidak boleh ketawa juga, dia pun hanya bisa menahan tertawanya.
Tidak boleh membuang kue bulan, kepiting juga tidak boleh dibuang, ini membuat Ardi Ning sangat tidak senang.
Menurut bayangan, ia seharus mengambil barang dan melemparnya untuk menunjukkan emosinya, juga untuk menunjukkan wibawanya sebagai orang tua, sekarang batal semua, ditambah lagi wajah Eugene Ning yang terlihat tertawa diam-diam itu, membuat Ardi Ning merasa semakin kesal.
“Apa yang lucu, kamu sangat senang kah? Masuk ke dalam sana!” Kata Ardi Ning sambil marah.
Eugene Ning tidak berani melawannya di saat seperti ini, temperamen Ayahnya ini dia juga tahu, mengambil sapu untuk memukul orang saat marah itu sudah biasa.
Menolehkan kepalanya ke Robert Huo lalu menunjukkan tatapan banyak berdoalah kamu, lalu dia sambil membawa kue bulan dan kepiting tersebut masuk ke dalam, sebelum masuk ke dalam, dia sengaja berkata: “Kak, kamu ke sini membantu aku mengurus kepiting ini, aku tidak tahu cara mengukusnya.”
Natalie Ning berjalan ke depan dengan tidak sadar, namun ia teringat Robert Huo yang ada di samping, dia berhenti lagi, menunjukkan ekspresi memohon kepada Ayahnya.
Walaupun tidak mengatakan apa-apa, namun ekspresi wajah Natalie Ning, sudah mengatakan semuanya.
Semua kesulitan yang dilewati anak perempuannya ini, Ardi Ning tahu, dia merasa tidak tega, namun ia pun merasa kecewa juga terhadap anaknya.
Seorang pria yang tidak berguna, mengapa kamu masih mengikuti dia?
Bahkan jika tidak ada yang mau lagi setelah cerai dan membawa anak, Ayah dan Ibu bukannya tidak bisa menghidupi kamu juga, mengapa kamu tidak pulang ke rumah!
Karena merasa tidak tega terhadap anak perempuan sendiri, makanya setelah Ardi Ning bertemu dengan Robert Huo, ia pun langsung bersikap dingin seperti sebuah es gunung.
Hanya saja sekarang, Natalie Ning yang terlihat kasihan itu, membuat dirinya benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Kalau benar-benar mengusir Robert Huo pergi, menurut pengalaman tahun sebelumnya, kemungkinan besar Natalie Ning juga akan mengikuti dia pergi.
Menggunakan kata-kata yang Natalie Ning katakan, seorang wanita jika sudah menikah, bagaimanapun situasinya, dia harus tetap setia mengikuti Suaminya.
Walaupun Shawn Li ini bukanlah orang yang baik, namun sudah menikah dengannya, harus melakukan yang terbaik untuk melindunginya, ini adalah tugas seorang istri.
Konsep seperti ini, kebetulan adalah ajaran dari Ardi Ning dan Cornelia Deng sejak ia kecil, mereka pun tidak memiliki posisi untuk membantahnya.
“Kakek, kepiting yang dikukus Ayah sangat enak, aku ingin makan kepiting yang dikukus Ayah!” Gaby sambil menarik tangan Ardi Ning sambil menggoyangkan tangannya.
Melihat cucu kesayangan yang sambil bersikap manja, membuat Ardi Ning semakin tidak tega untuk bersikap kejam, tapi membiarkan Robert Huo masuk ke dalam dengan begitu saja, dirinya merasa malu.
Saat itu, ada sebuah mobil van berhenti di samping.
Menurunkan jendela mobil, seorang pria yang seumuran dengan Ardi Ning menunjukkan kepalanya dan menyapa Natalie Ning: "Wah, Natalie sudah pulang yah.”
“Paman Gu.” Natalie Ning membalikkan badan dan menyahutnya.
Ocean Gu sambil menganggukkan kepala dengan senang, lalu melihat lagi ke Ardi Ning, berkata: “Kak Ning, anak perempuan mu sudah pulang, kenapa tidak membiarkan masuk ke dalam? Oh, ini menantu kamu itu kan? Namanya siapa itu? Li, Li……”
Suasana hati Ardi Ning memang tidak senang, melihat dia mengacau di sini, ia pun merasa semakin kesal: “Dia siapa memang ada urusan apa dengan kamu, cepat bawa mobilmu, kamu telah menghalangi toko aku tahu tidak!”
“Kamu lihatlah kamu ini, pagi-pagi sudah marah-marah, mengapa, usahanya kurang lancar?” Ocean Gu sambil menepuk-nepuk pintu mobil dengan tertawa keras, berkata: “Sudah ku duga barang yang dimasukkan kamu itu tidak bagus, coba lihat aku, buah berkualitas tinggi dari luar kota, modalnya hanya perlu bensin satu kali perjalanan, tapi orang yang datang beli pun menjadi banyak, sama saja tidak rugi, sudah aku bilang suruh kamu pergi bersama aku, kamu tidak mau, pada dasarnya beberapa hari ini tidak ada pelanggan yang datang membeli bukan?”
Ardi Ning semakin kesal setelah dikata seperti demikian, membentaknya dengan berkata: “Kamu ini sudah selesai belum, sudah hebat kamu usahanya lancar? Cepat enyahlah!”
“Baik baik baik, aku pergi, coba lihat kamu marah sampai segitunya, okelah, Natalie, Paman pulang ke toko dulu ya, kalau ingin makan buah datang ke toko saja, Paman ambil buat kamu!” Ocean Gu selesai berkata dengan senang, lalu ia pergi dengan perlahan di bawah tatapan Ardi Ning yang terlihat ingin memakan orang itu.
“Si bangsat ini, Cuma karena usahanya lancar beberapa hari saja, sudah berani sok-sok an di depan aku!” Kata Ardi Ning sambil marah.
Toko buah Ocean Gu, sama seperti tokonya, mereka semua berada di sebelah pintu keluar masuk komplek ini. Hanya saja satu ada di kiri dan satu lagi ada di kanan.
Tidak tahu juga apakah karena orang-orang di komplek ini terbiasanya berlari ke sebelah kiri, atau karena ada lebih banyak toko di sebelah kiri, siapa pun yang datang untuk membeli buah, kebanyakan dari mereka datang ke tokonya Ardi Ning.
Hal ini, sudah membuat Ocean Gu merasa tidak senang selama puluhan tahun.
Toko yang sama, kualitas barang juga sama, mengapa semuanya ke tokonya Ardi Ning.
Kali ini kebun buah Pak Yang dihancurkan oleh tanah longsor, tidak ada orang yang mendapatkan barang bagus, Ocean Gu juga sangat tegas, langsung mencari keponakannya untuk mengemudi ke luar provinsi untuk memasukkan sejumlah barang.
Belum lagi, berdasarkan kualitas yang jelas lebih baik daripada barang Ardi Ning mereka, dia pun merebut kembali setengah dari usahanya.
Sekarang tokonya, orang yang datang membeli buah sampai mengantre, dan toko Ardi Ning sini hanya ada 2 3 orang saja.
Terkadang ada beberapa pelanggan yang sudah langganan, namun juga perpilih-pilih.
Melihat usaha yang semakin buru, Robert Huo malah berkunjung, sekarang dirinya dibuat kesal oleh Ocean Gu, bagaimana Ardi Ning bisa merasa bahagia.
Melihat ekspresi wajahnya yang terlihat kurang enak itu, sambil menutupi dadanya sambil terengah-engah, Natalie Ning langsung berlari ke depannya dan berkata: “Ayah, kamu kenapa? Apakah jantung Ayah merasa tidak enak lagi? Eugene, Eugene, obat Ayah di mana!”
Penyakit Aritmia Ardi Ning sudah sangat lama, semakin berumur pun semakin parah, di rumah sering tersedia obat Aritmia.
Eugene Ning sambil mengambil obat tersebut dari berlari keluar dari dalam, Natalie Ning langsung menuangkan satu butir obat dan berikan kepada Ardi Ning, sambil mengelus punggungnya dengan lembut, berkata: “Ayah, badan kamu kurang sehat jangan sering marah-marah,”
Perhatian dari anak perempuannya, membuat hati Ardi Ning merasa hangat.
Walaupun beberapa tahun tidak bertemu, anak kandung tetap anak kandung, tidak pernah berubah.
Melihat kekhawatiran yang ada di dalam tatapan Natalie Ning, dan matanya yang memerah, Ardi Ning menghelakan nafas, menepuk tangannya, berkata: “Aku tidak kenapa-napa, sebentar saja sudah sembuh.”
“Kak, ini sudah penyakit lama Ayah, tidak kenapa-napa.” Eugene Ning sambil berkata di samping.
Natalie Ning menolehkan kepala lalu melototinya dan berkata: “Ayah sudah berumur, memangnya masih bisa seperti dulu? Aku tidak ada di rumah, kamu harus sering memperhatikan Ayah tahu tidak! Dan juga, kamu juga sudah tidak kecil lagi, jangan sering membuat Ayah marah!”
Eugene Ning dengan wajah yang terlihat sedih, berkata: “Aku mana berani membuat dia marah, karena memang penjualan buah akhir-akhir ini tidak bagus, dia sendiri khawatir sampai tidak bisa makan.”
“Dulu bukannya usaha kita baik-baik saja?” Natalie Ning bertanya dengan bingung.
Cornelia Deng menghelakan nafas di samping, lalu ia menceritakan masalah kebun buah terjadi tanah longsor, : “Bukan salah Ayahmu juga marah-marah, coba kamu bilang si Kak Gu itu juga, yasudah kalau merebut usaha kita, setiap hari dia lewat depan rumah kita masih sengaja memamerkannya, dan juga karena aku dan Ayahmu tidak bisa mengemudi, takut juga pergi ke luar kota malah ditipu oleh orang lain, kalau tidak, mana mungkin masih membiarkan dia bersikap sombong seperti itu?”
Ardi Ning dan Cornelia Deng berdua merupakan warga negara yang jujur , dan mereka bahkan belum pernah bepergian dari provinsi ini seumur hidup mereka, dulu, usaha toko buah itu bagus karena kualitasnya bagus dan mereka juga jujur.
Tapi di saat kritis, kualitas seperti ini bagus. Sebaliknya, malah menjadi kendala bagi mereka.
Terlalu jujur, tidak berpengetahuan, membuat mereka berdua tidak berani membeli persediaan barang dari orang asing dengan mudah, karena takut ditipu.
Lagi pula, bagus atau tidaknya buah ini terkadang tidak terlihat dari luar, tunggu kamu membelinya dan menaruhnya selama 2 hari, semua kualitas buruknya akan terlihat.
Natalie Ning juga tidak memiliki cara yang bagus, hanya bisa membujuk Ardi Ning agar tetap tabah, usaha kalau tidak bagus yasudah, jangan terlalu memasukkan ke dalam hati.
Lalu, dia menggoyangkan botol obat, lalu ia sadar kalau di dalam botol tersebut tersisa satu butir obat, dan bertanya: “Di rumah masih ada obat lagi?”
“Sepertinya sisa sebotol ini saja.” Jawab Eugene Ning.
“Ayah, kamu dan Ibu masuk ke dalam untuk beristirahat dulu, aku pergi membeli dua botol obat untuk persediaan di rumah.” Habis ngomong, Natalie Ning membalikkan badan dan menarik Robert Huo ke arah toko obat.
“Ayah, Kakak lebih perhatian daripada aku, coba kamu lihat tadi dia terlihat sangat khawatir, sampai air mata pun hampir terjatuh, menurut aku, kita jangan terlalu mempermasalahkan masalah ini lagi dengan dia, melakukan sesuatu itu jangan sampai keterlaluan, kamu sudah memarahinya daritadi, si Shawn Li juga diam-diam saja.” Eugene Ning menggunakan kesempatan itu untuk sambil membujuk.
Novel Terkait
Cantik Terlihat Jelek
SherinUnperfect Wedding
Agnes YuLove And War
JanePergilah Suamiku
DanisKembali Dari Kematian
Yeon KyeongMy Charming Wife
Diana AndrikaInventing A Millionaire×
- Bab 1 Tiba-Tiba Mendapat Istri
- Bab 2 Perubahan Sang Suami
- Bab 3 Hidangan Lezat
- Bab 4 Menghasilkan 2000 RMB Dalam 1 Hari
- Bab 5 Adik Ipar Pemarah
- Bab 6 Jasa
- Bab 7 Berkat Dia
- Bab 8 Metode Pemasaran
- Bab 9 Tentukan 1 Tujuan Kecil
- Bab 10 Pendekatan Dengan Adik Ipar
- Bab 11 Harmonis
- Bab 12 Pengganti
- Bab 13 Nova Ji
- Bab 14 Berpura-pura Mengerti
- Bab 15 Berhasil
- Bab 16 Cara-Cara Manusia
- Bab 17 Sekuntum Bunga Magnolia
- Bab 18 Kerepotan Nova Ji
- Bab 19 Ikuti Saja Alurnya
- Bab 20 Ini Adalah Orang Berbakat
- Bab 21 Menghina
- Bab 22 Howard Xia
- Bab 23 Kode
- Bab 24 Membandingkan
- Bab 25 Tidak Bisa Apa-Apa
- Bab 26 Jarak yang Semakin Dekat
- Bab 27 Kesenangan Keluarga Inti
- Bab 28 Berbeda Dari Biasanya
- Bab 29 Menjadi Perwakilan
- Bab 30 Menampar
- Bab 31 Harus Ada Kharisma
- Bab 32 Niat
- Bab 33 Ingin Pulang
- Bab 34 Reaksi Orangtua
- Bab 35 Jalan Buntu
- Bab 36 Sebuah Lelucon
- Bab 37 Mandul
- Bab 38 Menyulitkan
- Bab 39 Kamu Tidak Mengerti
- Bab 40 Perdebatan
- Bab 41 Bertoleransi
- Bab 42 Mengancam
- Bab 43 Rencana Akuisisi
- Bab 44 Berkunjung
- Bab 45 Marah
- Bab 46 Membantu
- Bab 47 Menegur
- Bab 48 Buah sebanyak 3000 kg
- Bab 49 Kualitas Super Tinggi
- Bab 50 Keterkejutan Di Dalam Hati
- Bab 51 Satu Meja Makanan Dan Wine
- Bab 52 Berlomba Minum Wine
- Bab 53 Aturan
- Bab 54 Tempat Penuh Cinta
- Bab 55 Akrab Sejak Awal Bertemu
- Bab 56 Dunia
- Bab 57 Kepedulian Seorang Ayah
- Bab 58 Dipermalukan
- Bab 59 Apa Kamu Gila
- Bab 60 Membujuk
- Bab 61 Hak GM
- Bab 62 Sebuah Kejadian
- Bab 63 Harapan Sang Gadis
- Bab 64 Hidup Sebagai Orang Biasa
- Bab 65 Tipikal Kegagalan
- Bab 66 Kemampuan
- Bab 67 Kesepian
- Bab 68 Bantuan
- Bab 69 Pemikiran Yang Berbahaya
- Bab 70 Kerinduan Anak
- Bab 71 Perhatian
- Bab 72 Kegiatan Toko Buah
- Bab 73 Kamu Harus Belajar Darinya
- Bab 74 Pertemuan
- Bab 75 Menampar Wajah
- Bab 76
- Bab 77 Tersenyum Sampai Akhir
- Bab 78 Kabar
- Bab 79 Berangkat Menuju Ibu Kota Provinsi
- Bab 80 Mempersulit
- Bab 81 Pencemaran Nama Baik
- Bab 82 Memutarbalikkan Keadaan
- Bab 83 Pembalasan Dendam Seorang Pria
- Bab 84 Tidur Di Tempat Tidur Yang Sama
- Bab 85 Saling Menyapa Sebagai Saudara
- Bab 86 Bertemu.
- Bab 87 Berubah.
- Bab 88 Targetnya Berubah.
- Bab 89 Pinjamkan Dan Dipinjamkan.
- Bab 90 Rekaman.
- Bab 91 Berbicara.
- Bab 92 Orang Yang Tidak Seharusnya Kamu Ganggu.
- Bab 93 Tersentuh.
- Bab 94 Psikiater.
- Bab 95 Buku.
- Bab 96 Mengundang
- Bab 97 Orang Keluarga Huo
- Bab 98 Menjebak
- Bab 99 Puas
- Bab 100 Mengagumi
- Bab 101 Kecelakaan
- Bab 102 Hubungan
- Bab 103 Memberi Kompensasi
- Bab 104 Tamu Profesor
- Bab 105 Mimpi
- Bab 106 Kalah Dengan Sangat Cepat
- Bab 107 Orang Yang Menjijikan
- Bab 108 Tamparan
- Bab 109 Thiago Huo Yang Meragukan Kehidupannya
- Bab 110 Minta Maaf
- Bab 111 Omong Kosong Yang Tidak Menyelesaikan Masalah
- Bab 112 Hubungan Kerja Sama Yang Baru
- Bab 113 Dendam Dan Kebencian
- Bab 114 Pemandangan Yang Indah
- Bab 115 Siapa Sih Psikolognya
- Bab 116 Stella Yue Menghilang
- Bab 117 Psikologi Lego
- Bab 118 Keluarga
- Bab 119 Tidak Akan Meninggalkannya
- Bab 120 Mencairkan Cek
- Bab 121 Kesombongan
- Bab 122 Meredakan Kemarahan
- Bab 123 Kebaikan Yang Besar
- Bab 124 Tidak Serakah
- Bab 125 Siapa Dia?
- Bab 126 Dua Kelebihan
- Bab 127 Persiapan
- Bab 128 Ancaman
- Bab 129 Tenang
- Bab 130 Dia Datang
- Bab 131 Orang Gila
- Bab 132 Ajaran Leluhur
- Bab 133 Tidak Bisa Menjadi Teman
- Bab 134 Bercandaan Apa Yang Kamu Katakan
- Bab 135 Event Baru
- Bab 136 Berita Buruk
- Bab 137 Generasi Jahat
- Bab 138 Sekelompok Orang Jahat
- Bab 139 Aktor
- Bab 140 Rapat
- Bab 141 Kamu Jangan Keterlaluan
- Bab 142 Syarat
- Bab 143 Sebuah Jalan
- Bab 144 Moris Liu
- Bab 145 Tanpa Penyesalan
- Bab 146 Tanda-Tanda
- Bab 147 Akar Masalah
- Bab 148 Pihak Yang Banyak Bebicara Dipukuli
- Bab 149 Sebelum Badai Tiba
- Bab 150 Terlalu Mengenaskan
- Bab 151 Satu Kesulitan Yang Ditambah Dengan Banya Kesulitan Lainnya
- Bab 152 Topangan Yang Jatuh Akan Berdampak Pada Orang Disekitarnya
- Bab 153 Segala Jenis Cobaan
- Bab 154 Aku Mau Dua Ratus Juta
- Bab 155 Kuota Dirut
- Bab 156 Hasil
- Bab 157 Memberikan Bunga
- Bab 158 Menjauh
- Bab 159 Tidak Nyaman
- Bab 160 Kegiatan Dimulai
- Bab 161 Orang Yang Paling Akrab.
- Bab 162 Bercanda
- Bab 163 Aku Ingin menjadi Pemilik Saham.
- Bab 164 Kenalan Dekat.
- Bab 165 Kamu Bisa Menghasilkan Berapa Banyak.
- Bab 166 Harapan Baru
- Bab 167 Acara Reuni Kelas
- Bab 168 Tatapan Aneh
- Bab 169 Memesan Bir
- Bab 170 Sangat Suka
- Bab 171 Menyaksikan Kemesraan
- Bab 172 Pendapatan
- Bab 173 Nicho Huo
- Bab 174 Balas Dendam Berikutnya
- Bab 175 Kemalangan yang Tidak Terduga
- Bab 176 Transaksi
- Bab 177 Menyelidiki
- Bab 178 Khawatir
- Bab 179 Berantakan
- Bab 180 Plat Nomor Kendaraan
- Bab 181 Kebebasan
- Bab 182 Memeriksa Mobil
- Bab 183 Tidak Bisa Kabur
- Bab 184 Alex Liao Yang Bingung
- Bab 185 Bukti Kesalahan
- Bab 186 Memikirkan Keuntungan Masa Depan
- Bab 187 Menggali Kuburan Sendiri
- Bab 188 Bantuan
- Bab 189 Tidak Masuk Akal
- Bab 190 Kamu Tidak Pergi, Aku Yang Pergi
- Bab 191 Tahu Sopan Santun Tidak
- Bab 192 Segera Pindah
- Bab 193 Profesior Mengalami Kecelakaan
- Bab 194 Memarahi
- Bab 195 Trik Pahit
- Bab 196 Kesibukan
- Bab 197 Menyewa Teater Menonton Film
- Bab 198 Berbohong
- Bab 199 Dicuri
- Bab 200 Meminta Maaf
- Bab 201 Sanak Saudara
- Bab 202 Kedatangan Tamu
- Bab 203 Terkejut
- Bab 204 Siapa Dia
- Bab 205 Sudah Mati Rasa
- Bab 206 Hadiah Terbaik
- Bab 207 Dia Itu Alex Liao
- Bab 208 Bingung
- Bab 209 Saran
- Bab 210 Muntah Darah
- Bab 211 Kemunafikan Dunia
- Bab 212 Ekspansi
- Bab 213 Keterkejutan Nova Ji
- Bab 214 Perubahan Sikap
- Bab 215 Pemilik Perusahaan Yang Baru
- Bab 216 Ide
- Bab 217 Perusahaan Diet
- Bab 218 Rapat Umum Pemegang Saham
- Bab 219 Mencintai Dan Menghormati
- Bab 220 Hatinya Tergerak
- Bab 221 Petunjuk
- Bab 222 Memalukan
- Bab 223 Zila Tang
- Bab 224 Masalah Keluarga Huo
- Bab 225 Jaga Tubuhmu Agar Tetap Hangat
- Bab 226 Tidak Bisa Diobati
- Bab 227 Kompeten dan Tangkas
- Bab 228 Merugi
- Bab 229 Pilih Satu Saham
- Bab 230 Pengikut
- Bab 231 Penutupan Kenaikan Harga Saham
- Bab 232 Bertemu Dengan Zila Tang Lagi
- Bab 233 Arena Balap
- Bab 253 Situasi Yang Tidak Baik
- Bab 254 Krisis
- Bab 234 Memilih Mobil
- Bab 235 Penghinaan
- Bab 236 Menyelip
- Bab 237 Kecelakaan
- Bab 235 Tamparan Yang Familiar
- Bab 239 Masalah
- Bab 240 Saling Memuji
- Bab 241 Kabar Baik Dan Buruk
- Bab 242 Pemerasan
- Bab 243 Orang Bodoh Yang Mengantarkan Uang
- Bab 244 Memulai Dari Awal
- Bab 245 Pekerjaan Kayu
- Bab 246 Koneksi
- Bab 247 Kata Sandi
- Bab 248 Meninggalkan
- Bab 249 Warisan
- Bab 250 Berpendidikan Dan Bisa Bela Diri
- Bab 251 Tidak Pantas
- Bab 252 Acara Besar
- Bab 255 Kunjungan
- Bab 256 Jalan
- Bab 257 Latar Belakang Yang Mengejutkan
- Bab 258 Ekspansi
- Bab 259 Membeli Mobil
- Bab 260 Tunggu Menangis
- Bab 261 Bos Besar Datang
- Bab 262 Kebenaran
- Bab 263 Mengembalikan Dan Menganti Rugi Sebanyak 3 Kali Lipat
- Bab 264 Meminum Anggur
- Bab 265 Amnesia
- Bab 266 Mencegah Lebih Baik Daripada Mengabaikan
- Bab 267 Perenungan
- Bab 268 Tambahan Uang
- Bab 269 Rasa Simpati
- Bab 270 Popularitas
- Bab 271 Iri Hati
- Bab 272 Beruntung
- Bab 273 Petarungan Tiga Prajurit Dengan lü Bu
- Bab 274 Firasat Buruk
- Bab 275 Iri Hati
- Bab 276 Berpikir Terlalu Jauh.
- Bab 277 Satu Lagi Yang Suka Berpikir Berlebihan.
- Bab 278 Keributan.
- Bab 279 Bertemu.
- Bab 280 Murid.
- Bab 281 Orang Penting
- Bab 282 Hongda Capital
- Bab 283 Nasihat
- Bab 284 Gagal Transaksi
- Bab 285 Persahabatan
- Bab 286 Minum-Minum
- Bab 287 Mabuk
- Bab 288 Mengumpulkan
- Bab 289 Membeli Cincin Berlian
- Bab 290 Memaksa Diri Berlagak Kaya
- Bab 291 Keluar Membantu
- Bab 292 Identitasnya
- Bab 293 Restoran
- Bab 294 Tersentuh
- Bab 295 Mengeluh
- Bab 296 Minta Maaf
- Bab 297 Pekerjaan
- Bab 298 Acara Selesai
- Bab 299 Membalas Budi
- Bab 300 Merayakan Keberhasilan
- Bab 301 Ide Baru
- Bab 302 Pengembangan
- Bab 303 Ancaman
- Bab 304 Serangan
- Bab 305 Jahat
- Bab 306 Tenang
- Bab 307 Terjebak Masuk
- Bab 308 Hasil Penyelidikan
- Bab 309 Tujuan Satu-satunya
- Bab 310 Pendapat Natalie Ning
- Bab 311 Harapan
- Bab 312 Pernah Digit Ular
- Bab 313 Bujukan
- Bab 314 Menangis
- Bab 315 Bertemu Orang Tua
- Bab 316 Pernikahan Kedua Juga Tidak Apa-apa
- Bab 317 Anggap Kamu Menyerahkan Diri
- Bab 318 Nasehat
- Bab 319 Orang Yang Terabaikan
- Bab 320 Kesempatan Besar
- Bab 321 Rahasia Yang Tersembunyi Akhirnya Akan Terbuka Juga
- Bab 322 Pulang Dibicarakan Lagi
- Bab 323 Makan Untuk Pertemanan
- Bab 324 Maaf
- Bab 325 Kenyataan
- Bab 326 Memaafkan
- Bab 327 Undangan
- Bab 328 Menuju Keluarga Li