Inventing A Millionaire - Bab 179 Berantakan
“Dia mau pipis atau apa kali ya? Biarkan dia berbicara, daripada rumah ini jadi bau pesing gara-gara ompolnya.” Bawahan lain menyuruh.
Dengan kasar, pria bertato melepas lakbannya dan bilang: “Jika ada yang ingin dikatakan, katakanlah. Jika ingin kentut, kentutlah!”
Pelepasan lakban yang terlalu sembrono membuat bibir Robert Huo panas dan perih. Pria itu menarik nafas, lalu bertutur: “Aku hanya ingin bilang bir itu tidak layak kalian minum.”
“Kamu ingin kena tamparan?” Pria bertato langsung mengayunkan tangan.
Kepala Robert Huo ditampar ke samping. Ia menarik nafas panjang lagi dan menjelaskan: “Aku tidak sedang mengisengi kalian. Bir kalian itu harganya seratusan yuan kan? Produksinya beroperasi di wilayah Jiangdong, sementara kualitas bahan-bahan bir daerah sana beberapa tahun terakhir tidak bagus. Perusahaan bir pun terpaksa mengimpor bahan-bahan dari daerah lain, jadi biaya produksinya meningkat. Tetapi, berhubung yakin menaikkan harga akan membuat banyak konsumen pergi, perusahaan memutar otak untuk mencari cara lain dalam menurunkan biaya produksi. Alhasil, beberapa tahun terakhir, meski ditulis lima puluh tiga persen, kadar asli alkohol bir jauh melebihi angka tersebut. Sekalinya melihat gaya kalian, aku yakin kalian orang yang sangat suka minum bir. Masalahnya, jika sering-sering minum bir macam ini, risiko besar mengancam lambung kalian. Aku menyarankan kalian untuk mencari merek bir lain.”
Pria bertato dan rekannya terhenyak. Mereka sudah terbiasa dengan bir merek ini. Meski sesekali rasanya terasa berbeda, namun mereka tidak menjadikan itu sebagai sebuah masalah.
Sekarang, mendengar uraian Robert Huo, mereka jadi terpikir bahwa bir yang mereka gemari merupakan bir berkualitas rendah.
Rekannya itu refleks bertanya: “Jadi, bir merek apa yang bagus?”
“Kamu tertarik mendengarkan uraiannya yang panjang-lebar lagi? Jika ingin bir bagus, beli saja bir Moutai. Buat apa tanya-tanya dia lagi?” Pria bertato menegur risih.
“Sebenarnya, kalian tidak harus membeli Moutai yang mahal itu. Masalah terbesar dari bir berkualitas rendah adalah pencampuran bahan-bahan yang tidak berkualitas setara. Ketika diminum, rasa murninya pun jadi berkurang drastis. Melalui metode khusus, kita bisa meningkatkan tingkat pencampurannya. Dengan metode ini, bir Niulanshan seharga dua puluh yuan pun rasanya bisa mengimbangi bir kelas atas.” Robert Huo mengurai lagi.
“Benarkah? Apa metodenya?” Pria itu tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.
“Metodenya sangat sederhana. Pergilah ke pasar dan beli sedikit air suling serta karbon dioksida cair. Lalu, kalian hanya perlu mencampurkan keduanya ke bir kalian. Perhatikan rasio campurannya. Untuk orang yang suka bir beralkohol tinggi macam kalian, kedua bahan itu tuang sedikit saja.” Robert Huo menjawab.
“Kalau begitu, kami seharusnya beli bir beralkohol enam puluh hingga tujuh puluh persen dong? Kalau pakai yang lima puluh persen seperti sekarang, nanti ditambahkan air kan jadi hambar?” Pria itu bertanya lagi.
Robert Huo mengangguk, “Tepat sekali.”
Pria itu sangat tertarik mencoba metodenya, namun pria bertato segera melakban kembali mulut “tawanan”-nya dan menegur: “Tidak perlu dengarkan kata-kata dia. Air suling, air apa coba itu! Aku pernah meminumnya, itu hanya air mineral biasa. Karbon dioksida cair, bukankah itu Sprite!”
“Tetapi, ia berbicara dengan sangat ahli. Apa salahnya mencoba? Skenario terburuknya ya jika kamu tidak suka dengan rasanya, aku minum semuanya sendiri.” Si rekan cemberut.
“Kamu memang aneh, beli minuman bukannya langsung diminum malah diutak-atik dulu! Terus, di mana kamu bisa beli barang pada tengah malam begini?” Pria bertato bertanya.
“Aku belinya besok saja. Malam ini, kita cukup minum yang sudah ada.”
Keduanya mengobrol dan menegak bir tanpa memedulikan Robert Huo lagi.
Lima ratus gram bir tidak berarti apa-apa buat mereka. Mentok-mentok, mereka hanya akan merasa sedikit mabuk saja. Sedari awal, keduanya memang sadar harus waspada sepanjang malam, jadi tidak minum melebihi batas kemampuan.
Setelah mulutnya kembali dilakban, Robert Hu tidak berkata apa-apa lagi. Ini karena tujuannya sudah tercapai. Selebihnya, ia hanya tinggal menunggu kapan mereka membeli kedua barang yang direkomendasikan.
Detik demi detik berlalu. Di saat pria itu sendirian menanggung penderitaan, rumahnya mulai berantakan.
Natalie Ning menunggu di rumah sampai dini hari. Sosok yang dinanti tidak juga pulang, ia merasa sangat khawatir, namun juga tidak tahu harus berbuat apa. Pada akhirnya, wanita itu menghubungi Eugene Ning.
Menerima kabar bahwa Robert Huo hilang, Eugene Ning bergegas datang ke apartemen Natalie Ning. Begitu membuka pintu, wanita kedua baru tahu bahwa ayah dan ibunya juga datang.
“Apa yang sebenarnya terjadi? Kamu belum berhasil menghubunginya?” Eugene Ning bertanya di depan pintu.
“Belum, ponselnya terus dimatikan. Aku sudah menanyai banyak sekali orang, namun tidak ada satu pun yang sempat melihatnya.” Kedatangan kedua orangtua membuat pertahanan diri si wanita runtuh. Dengan air mata yang mulai menetes, ia bertutur lagi: “Aku harus bagaimana! Dia pasti mengalami sesuatu yang tidak diinginkan. Kalau tidak, dia sudah kembali dari tadi!”
Melihat kakaknya menangis pilu, si adik juga ikut bingung. Ia hanya bisa menyampaikan penghiburan, “Kakak, jangan khawatir. Mungkin dia punya urusan mendadak. Selain itu, misal sesuatu yang tidak terduga terjadi, pasti ada orang yang melihatnya. Ia akan segera pulang.”
Cornelia Deng bergegas memeluk putrinya: “Jangan menangis, nanti anakmu terbangun. Begini saja, ayah dan Eugene Ning pergi mencari-cari, sementara aku dan kamu tinggal di rumah. Andai hasilnya masih nihil, kita lapor polisi.”
“Percuma melapor ke polisi. Durasi hilangnya belum sampai dua puluh empat jam, lalu ia juga orang dewasa. Polisi tidak akan menindaklanjuti laporan ini, bahkan bisa jadi tidak mau menerima kedatangan kita.” Eugene Ning menganalisis.
Mendengar analisis yang pahit ini, tangisan Natalie Ning bertambah parah.
Ia biasanya terlihat sangat kuat, tetapi itu karena ia belum pernah mengalami begitu banyak pertemuan dan perpisahan. Sebenci-bencinya orang pada Shawn Li di masa lalu, ia selalu mensyukuri kenyataan bahwa dia masih hidup.
Tetapi sekarang, si wanita bahkan tidak tahu apakah suaminya ada dalam keadaan hidup atau mati.
Sungguh, berhubung kehidupan akhir-akhir ini begitu baik, Natalie Ning menjadi terbiasa dengan stabilitas seperti ini. Ia kini tidak tahu apakah dirinya masih bisa hidup tanpa seorang suami.
“Tidak usah banyak bicara!” Ardi Ning memelototi Eugene Ning, lalu berkata pada Natalie Ning: “Baik, kamu dan ibu berjaga di rumah, sementara kami akan mencari kesana-kemari di luar. Dia orang dewasa, tidak mungkin bakal tersesat. Kamu jangan berpikir macam-macam.”
Setelahnya, mereka berempat berpisah sesuai rencana. Begitu pintu rumah ditutup, Gaby berjalan keluar kamar tidur dan menghampiri Cornelia Deng: “Nenek.”
Yang dipanggil menoleh. Ia menjumpai mata cucunya merah seolah akan menangis.
Wanita itu segera menghampirinya, “Mengapa kamu bangun? Kebrisikan kamu membangunkanmu ya?”
“Aku, aku ingin melihat ayah!” Gaby berteriak pilu, lalu tangisannya datang.
Gadis ini sudah menahan kekhawatirannya untuk waktu yang lama. Saat Natalie Ning menangis, ia masih bisa tahan. Tetapi, begitu sekarang menemui neneknya, ketahanan itu sirna.
Cornelia Deng dibuat kewalahan dengan tangisan sepasang ibu dan anak. Ia hibur yang ini, juga hibur yang itu……
Pada saat bersamaan, dari jarak jauh, Jack Dong memperhatikan Ardi Ning dan putranya masuk ke dalam mobil dan bergegas. Ia pun keluar dari tempat persembunyiannya.
Dengan kening berkerut, pria itu menatap rumah yang terang benderang.
Orang itu belum pulang juga?
Sepertinya sesuatu benar-benar telah terjadi!
Pada saat ini, sebuah Mercedes-Benz Maybach berhenti di pinggir jalan. Nova Ji buru-buru turun dari mobil dan berlari.
Saking tergesa-gesa larinya, wanita itu nyaris tersandung batu.
Ia mengetuk pintu rumah, lalu beberapa saat kemudian disambut Cornelia Deng.
“Bibi.” Nova Ji menyapa. Suara tangisan dari dalam membuatnya melongok masuk: “Shawn Li belum kembali?”
Pertanyaan ini membuat Natalie Ning, yang barusan sudah lebih tenang, kembali ke kondisi tangisan yang parah: “Nova Ji, sesuatu, sesuatu pasti telah terjadi pada Shawn Li!
Hati wanita itu menciut. Dua puluh menit yang lalu, Natalie Ning meneleponnya dan bertanya apakah Robert Huo hari ini sempat bertemu dengannya. Begitu dijawab “tidak”, suara orang seberang langsung tersedak.
Ini karena Nova Ji adalah orang terakhir yang paling memungkinkan untuk ditemui Robert Huo. Andai ia tidak melihatnya, orang-orang lain pasti juga tidak.
Merasa ada sesuatu yang ganjil, Nova Ji pun bergegas kemari.
Tidak peduli karena hubungan personalnya dengan Natalie Ning atau pun karena bantuan Robert Huo pada usahanya, Nova Ji merasa memiliki tanggung jawab moral untuk membantu.
Begitu memasuki rumah, wanita itu memeluk Natalie Ning dan menghibur: “Jangan khawatir. Ia bukan orang biasa-biasa. Ia sangat cerdik, tidak akan ada hal macam-macam terjadi padanya.”
“Tetapi, ia daritadi belum pulang juga……”
Nova Ji tidak tahu bagaimana harus menanggapi kata-kata ini. Jika tidak ada hal macam-macam terjadi padanya, mengapa dia tidak bisa ditelepon dan tidak pulang-pulang coba?
“Adakah kemungkinan ia pergi minum-minum, main kartu, dan lupa waktu?” Cornelia Deng mengajukan sebuah skenario yang teramat optimisis.
Shawn Li di masa lalu memang sering begini. Tidak mengangkat-angkat telepon, dia tahunya pergi minum-minum, main kartu, dan baru pulang pada tengah malam……
“Tidak mungkin!” Nova Ji dan Natalie Ning secara bersamaan menggelengkan kepala tanda menyangkal kemungkinan ini.
Kehidupan Robert Huo belakangan ini luar biasa. Tidak, bukan luar biasa lagi, melainkan sudah sempurna. Mana mungkin pria sempurna seperti dia bisa kembali melakukan kebodohan dan kekonyolan yang terdahulu?
Novel Terkait
Harmless Lie
BaigeMy Goddes
Riski saputroCinta Yang Terlarang
MinnieEternal Love
Regina WangKing Of Red Sea
Hideo TakashiTakdir Raja Perang
Brama aditioAdieu
Shi QiInventing A Millionaire×
- Bab 1 Tiba-Tiba Mendapat Istri
- Bab 2 Perubahan Sang Suami
- Bab 3 Hidangan Lezat
- Bab 4 Menghasilkan 2000 RMB Dalam 1 Hari
- Bab 5 Adik Ipar Pemarah
- Bab 6 Jasa
- Bab 7 Berkat Dia
- Bab 8 Metode Pemasaran
- Bab 9 Tentukan 1 Tujuan Kecil
- Bab 10 Pendekatan Dengan Adik Ipar
- Bab 11 Harmonis
- Bab 12 Pengganti
- Bab 13 Nova Ji
- Bab 14 Berpura-pura Mengerti
- Bab 15 Berhasil
- Bab 16 Cara-Cara Manusia
- Bab 17 Sekuntum Bunga Magnolia
- Bab 18 Kerepotan Nova Ji
- Bab 19 Ikuti Saja Alurnya
- Bab 20 Ini Adalah Orang Berbakat
- Bab 21 Menghina
- Bab 22 Howard Xia
- Bab 23 Kode
- Bab 24 Membandingkan
- Bab 25 Tidak Bisa Apa-Apa
- Bab 26 Jarak yang Semakin Dekat
- Bab 27 Kesenangan Keluarga Inti
- Bab 28 Berbeda Dari Biasanya
- Bab 29 Menjadi Perwakilan
- Bab 30 Menampar
- Bab 31 Harus Ada Kharisma
- Bab 32 Niat
- Bab 33 Ingin Pulang
- Bab 34 Reaksi Orangtua
- Bab 35 Jalan Buntu
- Bab 36 Sebuah Lelucon
- Bab 37 Mandul
- Bab 38 Menyulitkan
- Bab 39 Kamu Tidak Mengerti
- Bab 40 Perdebatan
- Bab 41 Bertoleransi
- Bab 42 Mengancam
- Bab 43 Rencana Akuisisi
- Bab 44 Berkunjung
- Bab 45 Marah
- Bab 46 Membantu
- Bab 47 Menegur
- Bab 48 Buah sebanyak 3000 kg
- Bab 49 Kualitas Super Tinggi
- Bab 50 Keterkejutan Di Dalam Hati
- Bab 51 Satu Meja Makanan Dan Wine
- Bab 52 Berlomba Minum Wine
- Bab 53 Aturan
- Bab 54 Tempat Penuh Cinta
- Bab 55 Akrab Sejak Awal Bertemu
- Bab 56 Dunia
- Bab 57 Kepedulian Seorang Ayah
- Bab 58 Dipermalukan
- Bab 59 Apa Kamu Gila
- Bab 60 Membujuk
- Bab 61 Hak GM
- Bab 62 Sebuah Kejadian
- Bab 63 Harapan Sang Gadis
- Bab 64 Hidup Sebagai Orang Biasa
- Bab 65 Tipikal Kegagalan
- Bab 66 Kemampuan
- Bab 67 Kesepian
- Bab 68 Bantuan
- Bab 69 Pemikiran Yang Berbahaya
- Bab 70 Kerinduan Anak
- Bab 71 Perhatian
- Bab 72 Kegiatan Toko Buah
- Bab 73 Kamu Harus Belajar Darinya
- Bab 74 Pertemuan
- Bab 75 Menampar Wajah
- Bab 76
- Bab 77 Tersenyum Sampai Akhir
- Bab 78 Kabar
- Bab 79 Berangkat Menuju Ibu Kota Provinsi
- Bab 80 Mempersulit
- Bab 81 Pencemaran Nama Baik
- Bab 82 Memutarbalikkan Keadaan
- Bab 83 Pembalasan Dendam Seorang Pria
- Bab 84 Tidur Di Tempat Tidur Yang Sama
- Bab 85 Saling Menyapa Sebagai Saudara
- Bab 86 Bertemu.
- Bab 87 Berubah.
- Bab 88 Targetnya Berubah.
- Bab 89 Pinjamkan Dan Dipinjamkan.
- Bab 90 Rekaman.
- Bab 91 Berbicara.
- Bab 92 Orang Yang Tidak Seharusnya Kamu Ganggu.
- Bab 93 Tersentuh.
- Bab 94 Psikiater.
- Bab 95 Buku.
- Bab 96 Mengundang
- Bab 97 Orang Keluarga Huo
- Bab 98 Menjebak
- Bab 99 Puas
- Bab 100 Mengagumi
- Bab 101 Kecelakaan
- Bab 102 Hubungan
- Bab 103 Memberi Kompensasi
- Bab 104 Tamu Profesor
- Bab 105 Mimpi
- Bab 106 Kalah Dengan Sangat Cepat
- Bab 107 Orang Yang Menjijikan
- Bab 108 Tamparan
- Bab 109 Thiago Huo Yang Meragukan Kehidupannya
- Bab 110 Minta Maaf
- Bab 111 Omong Kosong Yang Tidak Menyelesaikan Masalah
- Bab 112 Hubungan Kerja Sama Yang Baru
- Bab 113 Dendam Dan Kebencian
- Bab 114 Pemandangan Yang Indah
- Bab 115 Siapa Sih Psikolognya
- Bab 116 Stella Yue Menghilang
- Bab 117 Psikologi Lego
- Bab 118 Keluarga
- Bab 119 Tidak Akan Meninggalkannya
- Bab 120 Mencairkan Cek
- Bab 121 Kesombongan
- Bab 122 Meredakan Kemarahan
- Bab 123 Kebaikan Yang Besar
- Bab 124 Tidak Serakah
- Bab 125 Siapa Dia?
- Bab 126 Dua Kelebihan
- Bab 127 Persiapan
- Bab 128 Ancaman
- Bab 129 Tenang
- Bab 130 Dia Datang
- Bab 131 Orang Gila
- Bab 132 Ajaran Leluhur
- Bab 133 Tidak Bisa Menjadi Teman
- Bab 134 Bercandaan Apa Yang Kamu Katakan
- Bab 135 Event Baru
- Bab 136 Berita Buruk
- Bab 137 Generasi Jahat
- Bab 138 Sekelompok Orang Jahat
- Bab 139 Aktor
- Bab 140 Rapat
- Bab 141 Kamu Jangan Keterlaluan
- Bab 142 Syarat
- Bab 143 Sebuah Jalan
- Bab 144 Moris Liu
- Bab 145 Tanpa Penyesalan
- Bab 146 Tanda-Tanda
- Bab 147 Akar Masalah
- Bab 148 Pihak Yang Banyak Bebicara Dipukuli
- Bab 149 Sebelum Badai Tiba
- Bab 150 Terlalu Mengenaskan
- Bab 151 Satu Kesulitan Yang Ditambah Dengan Banya Kesulitan Lainnya
- Bab 152 Topangan Yang Jatuh Akan Berdampak Pada Orang Disekitarnya
- Bab 153 Segala Jenis Cobaan
- Bab 154 Aku Mau Dua Ratus Juta
- Bab 155 Kuota Dirut
- Bab 156 Hasil
- Bab 157 Memberikan Bunga
- Bab 158 Menjauh
- Bab 159 Tidak Nyaman
- Bab 160 Kegiatan Dimulai
- Bab 161 Orang Yang Paling Akrab.
- Bab 162 Bercanda
- Bab 163 Aku Ingin menjadi Pemilik Saham.
- Bab 164 Kenalan Dekat.
- Bab 165 Kamu Bisa Menghasilkan Berapa Banyak.
- Bab 166 Harapan Baru
- Bab 167 Acara Reuni Kelas
- Bab 168 Tatapan Aneh
- Bab 169 Memesan Bir
- Bab 170 Sangat Suka
- Bab 171 Menyaksikan Kemesraan
- Bab 172 Pendapatan
- Bab 173 Nicho Huo
- Bab 174 Balas Dendam Berikutnya
- Bab 175 Kemalangan yang Tidak Terduga
- Bab 176 Transaksi
- Bab 177 Menyelidiki
- Bab 178 Khawatir
- Bab 179 Berantakan
- Bab 180 Plat Nomor Kendaraan
- Bab 181 Kebebasan
- Bab 182 Memeriksa Mobil
- Bab 183 Tidak Bisa Kabur
- Bab 184 Alex Liao Yang Bingung
- Bab 185 Bukti Kesalahan
- Bab 186 Memikirkan Keuntungan Masa Depan
- Bab 187 Menggali Kuburan Sendiri
- Bab 188 Bantuan
- Bab 189 Tidak Masuk Akal
- Bab 190 Kamu Tidak Pergi, Aku Yang Pergi
- Bab 191 Tahu Sopan Santun Tidak
- Bab 192 Segera Pindah
- Bab 193 Profesior Mengalami Kecelakaan
- Bab 194 Memarahi
- Bab 195 Trik Pahit
- Bab 196 Kesibukan
- Bab 197 Menyewa Teater Menonton Film
- Bab 198 Berbohong
- Bab 199 Dicuri
- Bab 200 Meminta Maaf
- Bab 201 Sanak Saudara
- Bab 202 Kedatangan Tamu
- Bab 203 Terkejut
- Bab 204 Siapa Dia
- Bab 205 Sudah Mati Rasa
- Bab 206 Hadiah Terbaik
- Bab 207 Dia Itu Alex Liao
- Bab 208 Bingung
- Bab 209 Saran
- Bab 210 Muntah Darah
- Bab 211 Kemunafikan Dunia
- Bab 212 Ekspansi
- Bab 213 Keterkejutan Nova Ji
- Bab 214 Perubahan Sikap
- Bab 215 Pemilik Perusahaan Yang Baru
- Bab 216 Ide
- Bab 217 Perusahaan Diet
- Bab 218 Rapat Umum Pemegang Saham
- Bab 219 Mencintai Dan Menghormati
- Bab 220 Hatinya Tergerak
- Bab 221 Petunjuk
- Bab 222 Memalukan
- Bab 223 Zila Tang
- Bab 224 Masalah Keluarga Huo
- Bab 225 Jaga Tubuhmu Agar Tetap Hangat
- Bab 226 Tidak Bisa Diobati
- Bab 227 Kompeten dan Tangkas
- Bab 228 Merugi
- Bab 229 Pilih Satu Saham
- Bab 230 Pengikut
- Bab 231 Penutupan Kenaikan Harga Saham
- Bab 232 Bertemu Dengan Zila Tang Lagi
- Bab 233 Arena Balap
- Bab 253 Situasi Yang Tidak Baik
- Bab 254 Krisis
- Bab 234 Memilih Mobil
- Bab 235 Penghinaan
- Bab 236 Menyelip
- Bab 237 Kecelakaan
- Bab 235 Tamparan Yang Familiar
- Bab 239 Masalah
- Bab 240 Saling Memuji
- Bab 241 Kabar Baik Dan Buruk
- Bab 242 Pemerasan
- Bab 243 Orang Bodoh Yang Mengantarkan Uang
- Bab 244 Memulai Dari Awal
- Bab 245 Pekerjaan Kayu
- Bab 246 Koneksi
- Bab 247 Kata Sandi
- Bab 248 Meninggalkan
- Bab 249 Warisan
- Bab 250 Berpendidikan Dan Bisa Bela Diri
- Bab 251 Tidak Pantas
- Bab 252 Acara Besar
- Bab 255 Kunjungan
- Bab 256 Jalan
- Bab 257 Latar Belakang Yang Mengejutkan
- Bab 258 Ekspansi
- Bab 259 Membeli Mobil
- Bab 260 Tunggu Menangis
- Bab 261 Bos Besar Datang
- Bab 262 Kebenaran
- Bab 263 Mengembalikan Dan Menganti Rugi Sebanyak 3 Kali Lipat
- Bab 264 Meminum Anggur
- Bab 265 Amnesia
- Bab 266 Mencegah Lebih Baik Daripada Mengabaikan
- Bab 267 Perenungan
- Bab 268 Tambahan Uang
- Bab 269 Rasa Simpati
- Bab 270 Popularitas
- Bab 271 Iri Hati
- Bab 272 Beruntung
- Bab 273 Petarungan Tiga Prajurit Dengan lü Bu
- Bab 274 Firasat Buruk
- Bab 275 Iri Hati
- Bab 276 Berpikir Terlalu Jauh.
- Bab 277 Satu Lagi Yang Suka Berpikir Berlebihan.
- Bab 278 Keributan.
- Bab 279 Bertemu.
- Bab 280 Murid.
- Bab 281 Orang Penting
- Bab 282 Hongda Capital
- Bab 283 Nasihat
- Bab 284 Gagal Transaksi
- Bab 285 Persahabatan
- Bab 286 Minum-Minum
- Bab 287 Mabuk
- Bab 288 Mengumpulkan
- Bab 289 Membeli Cincin Berlian
- Bab 290 Memaksa Diri Berlagak Kaya
- Bab 291 Keluar Membantu
- Bab 292 Identitasnya
- Bab 293 Restoran
- Bab 294 Tersentuh
- Bab 295 Mengeluh
- Bab 296 Minta Maaf
- Bab 297 Pekerjaan
- Bab 298 Acara Selesai
- Bab 299 Membalas Budi
- Bab 300 Merayakan Keberhasilan
- Bab 301 Ide Baru
- Bab 302 Pengembangan
- Bab 303 Ancaman
- Bab 304 Serangan
- Bab 305 Jahat
- Bab 306 Tenang
- Bab 307 Terjebak Masuk
- Bab 308 Hasil Penyelidikan
- Bab 309 Tujuan Satu-satunya
- Bab 310 Pendapat Natalie Ning
- Bab 311 Harapan
- Bab 312 Pernah Digit Ular
- Bab 313 Bujukan
- Bab 314 Menangis
- Bab 315 Bertemu Orang Tua
- Bab 316 Pernikahan Kedua Juga Tidak Apa-apa
- Bab 317 Anggap Kamu Menyerahkan Diri
- Bab 318 Nasehat
- Bab 319 Orang Yang Terabaikan
- Bab 320 Kesempatan Besar
- Bab 321 Rahasia Yang Tersembunyi Akhirnya Akan Terbuka Juga
- Bab 322 Pulang Dibicarakan Lagi
- Bab 323 Makan Untuk Pertemanan
- Bab 324 Maaf
- Bab 325 Kenyataan
- Bab 326 Memaafkan
- Bab 327 Undangan
- Bab 328 Menuju Keluarga Li