Inventing A Millionaire - Bab 179 Berantakan

“Dia mau pipis atau apa kali ya? Biarkan dia berbicara, daripada rumah ini jadi bau pesing gara-gara ompolnya.” Bawahan lain menyuruh.

Dengan kasar, pria bertato melepas lakbannya dan bilang: “Jika ada yang ingin dikatakan, katakanlah. Jika ingin kentut, kentutlah!”

Pelepasan lakban yang terlalu sembrono membuat bibir Robert Huo panas dan perih. Pria itu menarik nafas, lalu bertutur: “Aku hanya ingin bilang bir itu tidak layak kalian minum.”

“Kamu ingin kena tamparan?” Pria bertato langsung mengayunkan tangan.

Kepala Robert Huo ditampar ke samping. Ia menarik nafas panjang lagi dan menjelaskan: “Aku tidak sedang mengisengi kalian. Bir kalian itu harganya seratusan yuan kan? Produksinya beroperasi di wilayah Jiangdong, sementara kualitas bahan-bahan bir daerah sana beberapa tahun terakhir tidak bagus. Perusahaan bir pun terpaksa mengimpor bahan-bahan dari daerah lain, jadi biaya produksinya meningkat. Tetapi, berhubung yakin menaikkan harga akan membuat banyak konsumen pergi, perusahaan memutar otak untuk mencari cara lain dalam menurunkan biaya produksi. Alhasil, beberapa tahun terakhir, meski ditulis lima puluh tiga persen, kadar asli alkohol bir jauh melebihi angka tersebut. Sekalinya melihat gaya kalian, aku yakin kalian orang yang sangat suka minum bir. Masalahnya, jika sering-sering minum bir macam ini, risiko besar mengancam lambung kalian. Aku menyarankan kalian untuk mencari merek bir lain.”

Pria bertato dan rekannya terhenyak. Mereka sudah terbiasa dengan bir merek ini. Meski sesekali rasanya terasa berbeda, namun mereka tidak menjadikan itu sebagai sebuah masalah.

Sekarang, mendengar uraian Robert Huo, mereka jadi terpikir bahwa bir yang mereka gemari merupakan bir berkualitas rendah.

Rekannya itu refleks bertanya: “Jadi, bir merek apa yang bagus?”

“Kamu tertarik mendengarkan uraiannya yang panjang-lebar lagi? Jika ingin bir bagus, beli saja bir Moutai. Buat apa tanya-tanya dia lagi?” Pria bertato menegur risih.

“Sebenarnya, kalian tidak harus membeli Moutai yang mahal itu. Masalah terbesar dari bir berkualitas rendah adalah pencampuran bahan-bahan yang tidak berkualitas setara. Ketika diminum, rasa murninya pun jadi berkurang drastis. Melalui metode khusus, kita bisa meningkatkan tingkat pencampurannya. Dengan metode ini, bir Niulanshan seharga dua puluh yuan pun rasanya bisa mengimbangi bir kelas atas.” Robert Huo mengurai lagi.

“Benarkah? Apa metodenya?” Pria itu tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.

“Metodenya sangat sederhana. Pergilah ke pasar dan beli sedikit air suling serta karbon dioksida cair. Lalu, kalian hanya perlu mencampurkan keduanya ke bir kalian. Perhatikan rasio campurannya. Untuk orang yang suka bir beralkohol tinggi macam kalian, kedua bahan itu tuang sedikit saja.” Robert Huo menjawab.

“Kalau begitu, kami seharusnya beli bir beralkohol enam puluh hingga tujuh puluh persen dong? Kalau pakai yang lima puluh persen seperti sekarang, nanti ditambahkan air kan jadi hambar?” Pria itu bertanya lagi.

Robert Huo mengangguk, “Tepat sekali.”

Pria itu sangat tertarik mencoba metodenya, namun pria bertato segera melakban kembali mulut “tawanan”-nya dan menegur: “Tidak perlu dengarkan kata-kata dia. Air suling, air apa coba itu! Aku pernah meminumnya, itu hanya air mineral biasa. Karbon dioksida cair, bukankah itu Sprite!”

“Tetapi, ia berbicara dengan sangat ahli. Apa salahnya mencoba? Skenario terburuknya ya jika kamu tidak suka dengan rasanya, aku minum semuanya sendiri.” Si rekan cemberut.

“Kamu memang aneh, beli minuman bukannya langsung diminum malah diutak-atik dulu! Terus, di mana kamu bisa beli barang pada tengah malam begini?” Pria bertato bertanya.

“Aku belinya besok saja. Malam ini, kita cukup minum yang sudah ada.”

Keduanya mengobrol dan menegak bir tanpa memedulikan Robert Huo lagi.

Lima ratus gram bir tidak berarti apa-apa buat mereka. Mentok-mentok, mereka hanya akan merasa sedikit mabuk saja. Sedari awal, keduanya memang sadar harus waspada sepanjang malam, jadi tidak minum melebihi batas kemampuan.

Setelah mulutnya kembali dilakban, Robert Hu tidak berkata apa-apa lagi. Ini karena tujuannya sudah tercapai. Selebihnya, ia hanya tinggal menunggu kapan mereka membeli kedua barang yang direkomendasikan.

Detik demi detik berlalu. Di saat pria itu sendirian menanggung penderitaan, rumahnya mulai berantakan.

Natalie Ning menunggu di rumah sampai dini hari. Sosok yang dinanti tidak juga pulang, ia merasa sangat khawatir, namun juga tidak tahu harus berbuat apa. Pada akhirnya, wanita itu menghubungi Eugene Ning.

Menerima kabar bahwa Robert Huo hilang, Eugene Ning bergegas datang ke apartemen Natalie Ning. Begitu membuka pintu, wanita kedua baru tahu bahwa ayah dan ibunya juga datang.

“Apa yang sebenarnya terjadi? Kamu belum berhasil menghubunginya?” Eugene Ning bertanya di depan pintu.

“Belum, ponselnya terus dimatikan. Aku sudah menanyai banyak sekali orang, namun tidak ada satu pun yang sempat melihatnya.” Kedatangan kedua orangtua membuat pertahanan diri si wanita runtuh. Dengan air mata yang mulai menetes, ia bertutur lagi: “Aku harus bagaimana! Dia pasti mengalami sesuatu yang tidak diinginkan. Kalau tidak, dia sudah kembali dari tadi!”

Melihat kakaknya menangis pilu, si adik juga ikut bingung. Ia hanya bisa menyampaikan penghiburan, “Kakak, jangan khawatir. Mungkin dia punya urusan mendadak. Selain itu, misal sesuatu yang tidak terduga terjadi, pasti ada orang yang melihatnya. Ia akan segera pulang.”

Cornelia Deng bergegas memeluk putrinya: “Jangan menangis, nanti anakmu terbangun. Begini saja, ayah dan Eugene Ning pergi mencari-cari, sementara aku dan kamu tinggal di rumah. Andai hasilnya masih nihil, kita lapor polisi.”

“Percuma melapor ke polisi. Durasi hilangnya belum sampai dua puluh empat jam, lalu ia juga orang dewasa. Polisi tidak akan menindaklanjuti laporan ini, bahkan bisa jadi tidak mau menerima kedatangan kita.” Eugene Ning menganalisis.

Mendengar analisis yang pahit ini, tangisan Natalie Ning bertambah parah.

Ia biasanya terlihat sangat kuat, tetapi itu karena ia belum pernah mengalami begitu banyak pertemuan dan perpisahan. Sebenci-bencinya orang pada Shawn Li di masa lalu, ia selalu mensyukuri kenyataan bahwa dia masih hidup.

Tetapi sekarang, si wanita bahkan tidak tahu apakah suaminya ada dalam keadaan hidup atau mati.

Sungguh, berhubung kehidupan akhir-akhir ini begitu baik, Natalie Ning menjadi terbiasa dengan stabilitas seperti ini. Ia kini tidak tahu apakah dirinya masih bisa hidup tanpa seorang suami.

“Tidak usah banyak bicara!” Ardi Ning memelototi Eugene Ning, lalu berkata pada Natalie Ning: “Baik, kamu dan ibu berjaga di rumah, sementara kami akan mencari kesana-kemari di luar. Dia orang dewasa, tidak mungkin bakal tersesat. Kamu jangan berpikir macam-macam.”

Setelahnya, mereka berempat berpisah sesuai rencana. Begitu pintu rumah ditutup, Gaby berjalan keluar kamar tidur dan menghampiri Cornelia Deng: “Nenek.”

Yang dipanggil menoleh. Ia menjumpai mata cucunya merah seolah akan menangis.

Wanita itu segera menghampirinya, “Mengapa kamu bangun? Kebrisikan kamu membangunkanmu ya?”

“Aku, aku ingin melihat ayah!” Gaby berteriak pilu, lalu tangisannya datang.

Gadis ini sudah menahan kekhawatirannya untuk waktu yang lama. Saat Natalie Ning menangis, ia masih bisa tahan. Tetapi, begitu sekarang menemui neneknya, ketahanan itu sirna.

Cornelia Deng dibuat kewalahan dengan tangisan sepasang ibu dan anak. Ia hibur yang ini, juga hibur yang itu……

Pada saat bersamaan, dari jarak jauh, Jack Dong memperhatikan Ardi Ning dan putranya masuk ke dalam mobil dan bergegas. Ia pun keluar dari tempat persembunyiannya.

Dengan kening berkerut, pria itu menatap rumah yang terang benderang.

Orang itu belum pulang juga?

Sepertinya sesuatu benar-benar telah terjadi!

Pada saat ini, sebuah Mercedes-Benz Maybach berhenti di pinggir jalan. Nova Ji buru-buru turun dari mobil dan berlari.

Saking tergesa-gesa larinya, wanita itu nyaris tersandung batu.

Ia mengetuk pintu rumah, lalu beberapa saat kemudian disambut Cornelia Deng.

“Bibi.” Nova Ji menyapa. Suara tangisan dari dalam membuatnya melongok masuk: “Shawn Li belum kembali?”

Pertanyaan ini membuat Natalie Ning, yang barusan sudah lebih tenang, kembali ke kondisi tangisan yang parah: “Nova Ji, sesuatu, sesuatu pasti telah terjadi pada Shawn Li!

Hati wanita itu menciut. Dua puluh menit yang lalu, Natalie Ning meneleponnya dan bertanya apakah Robert Huo hari ini sempat bertemu dengannya. Begitu dijawab “tidak”, suara orang seberang langsung tersedak.

Ini karena Nova Ji adalah orang terakhir yang paling memungkinkan untuk ditemui Robert Huo. Andai ia tidak melihatnya, orang-orang lain pasti juga tidak.

Merasa ada sesuatu yang ganjil, Nova Ji pun bergegas kemari.

Tidak peduli karena hubungan personalnya dengan Natalie Ning atau pun karena bantuan Robert Huo pada usahanya, Nova Ji merasa memiliki tanggung jawab moral untuk membantu.

Begitu memasuki rumah, wanita itu memeluk Natalie Ning dan menghibur: “Jangan khawatir. Ia bukan orang biasa-biasa. Ia sangat cerdik, tidak akan ada hal macam-macam terjadi padanya.”

“Tetapi, ia daritadi belum pulang juga……”

Nova Ji tidak tahu bagaimana harus menanggapi kata-kata ini. Jika tidak ada hal macam-macam terjadi padanya, mengapa dia tidak bisa ditelepon dan tidak pulang-pulang coba?

“Adakah kemungkinan ia pergi minum-minum, main kartu, dan lupa waktu?” Cornelia Deng mengajukan sebuah skenario yang teramat optimisis.

Shawn Li di masa lalu memang sering begini. Tidak mengangkat-angkat telepon, dia tahunya pergi minum-minum, main kartu, dan baru pulang pada tengah malam……

“Tidak mungkin!” Nova Ji dan Natalie Ning secara bersamaan menggelengkan kepala tanda menyangkal kemungkinan ini.

Kehidupan Robert Huo belakangan ini luar biasa. Tidak, bukan luar biasa lagi, melainkan sudah sempurna. Mana mungkin pria sempurna seperti dia bisa kembali melakukan kebodohan dan kekonyolan yang terdahulu?

Novel Terkait

The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu