Inventing A Millionaire - Bab 115 Siapa Sih Psikolognya

Pertanyaan yang dilontarkan Pan Simi ini, membuat Robert Huo melontarkan ekspresi kaget. Tapi berikutnya, pria itu lantas mendekat, dia menjulurkan tangannya dan mengangkat dagu Pan Simi, dan mengatakan: “Bunga poeni dan bunga mawar mana yang lebih cantik, itu semua tergantung orang yang melihatnya, pertanyaanmu ini, benar-benar tidak masuk akal.”

“Kalau begitu gerakanmu ini. Apa masuk akal?” tanya Pan Simi.

Robert Huo tertawa, pria itu lantas menarik kembali tangannya, dan mengatakan: “Aku melihat kamu memerankannya dengan sangat serius, oleh karena itu aku pun ikut memainkannya.”

Ekspresi menggemaskan diwajah Pan Simi kemudian menghilang, wanita itu kemudian melihat Robert Huo dengan sangat serius, kemudian mengatakan: “Sekarang aku merasa, Natalie Ning sepertinya sudah tertipu olehmu. Dia mengatakan kalau kamu adalah orang yang jujur. Tapi aku malah tidak merasa demikian.”

“Lihatlah matahari itu, ketika dia tenggelam, apa jaraknya lebih dekat, atau jaraknya lebih jauh?” tanya Robert Huo.

“Pintar berargumen.” Pan Simi kemudian menghela nafas. Dia merentangkan pinggangnya, memperlihatkan lekuk tubuh indahnya, mengatakan: “Karena sudah ketahuan olehmu, tentu ini tidak menarik lagi, ayo kita pulang.”

“Kita tidak jadi karoke?” Tanya Robert Huo.

Gerakan yang dilakukan oleh Pan Simi tadi, sepertinya sedang menggodanya, tapi sesungguhnya ini adalah bagian dari penyembuhan psikologi.

Wanita itu berpikir menggunakan perbandingan, untuk menarik nafsu pria itu. Hanya saja cara ini, bagi Robert Huo bisa dikatakan masih rendahan, tidak bisa diperankan untuk waktu yang lama.

“Tidak jadi, melihatmu seperti ini, rasanya kamu sendiri sepertinya tidak terlalu mengkhawatirkan keadaanmu. Jika demikian, aku tentu tidak akan sanggup memaksamu melakukan apa-apa.” Ujar Pan Simi, wajahnya tiba-tiba berubah penasaran dan bertanya: “Kamu benar-benar baik-baik saja?”

“Tentu saja, aku bertambah gemuk, dan makan dengan enak.”

“Jadi untuk apa kamu membohongi istrimu sendiri? Kamu sudah bosan?” Tanya Pan Simi lagi.

“Masalah pribadi seperti ini, sepertinya tidak terlalu enak dibahas, kamu boleh menganggap kalau aku memiliki sesuatu yang susah kuutarakan.” Ujar Robert Huo.

Pan Simi melihat pria itu, setelah beberapa saat, dia tiba-tiba tertawa: “Kamu lumayan hebat pura-puranya. Jika memang kamu bisa. Untuk apa Natalie Ning mempertemukanku denganmu, jika tidak bisa ya tidak bisa. Aku adalah dokter, kamu adalah pasien, kamu tidak perlu menyembunyikan apapun.”

“Kamu jangan mengatakan masalah bisa atau tidak seolah-olah kamu sangat paham.”

Robert Huo membalas wanita itu, membuat bibir wanita itu sedikit menukik, wajahnya benar-benar sangat menarik: “Bagaimana kalau aku mencobanya?”

Tidak bisa dipungkiri, dalam hal menggoda pria, Pan Simi jauh lebih jago jika dibandingkan dengan Natalie Ning.

Natalie Ning sama seperti wanita biasa, mengikuti isi hatinya, dan dia juga harus menahan diri dalam hal ini. Oleh karena itu ada hal yang jika dilakukan wanita itu, malah terlihat kurang natural.

Sementara Pan Simi bisa melakukannya dengan sangat natural, seolah-olah hal itu adalah bagian dari dirinya, dan dia memang orang seperti itu.

Meskipun tahu kalau wanita itu masih menggunakan salah satu cara pendekatan psikologi, tetapi Robert Huo tetap harus mengakui, wanita ini memerankannya dengan sangat baik, dan membuat hati orang sedikit tergerak.

Bisa membuat Robert Huo yang sudah memiliki banyak pengalaman ini sampai tergerak, seharusnya sudah membuat Pan Simi merasa sangat bangga.

“Kamu boleh tanya padanya, aku sama sekali tidak menolak.” Ujar Robert Huo sambil tersenyum.

“Pria brengsek! Aku tahu pria seperti kalian sudah memilki istri tetapi akan selalu melirik wanita lain! Lihat bagaimana nanti aku akan memberitahukan semua ini pada Natalie Ning!” Pan Simi sudah menyimpan ekspresinya barusan, dia lantas mendelikkan matanya pada pria itu.

Robert Huo kembali tertawa. Dan tidak mengatakan apapun.

Kamu ingin memerankannya, aku hanya mengikuti permainanmu, jika kamu ingin memberitahunya pada Natalie Ning silahkan saja, jika kita tidak melakukan kesalahan, untuk apa kita takut.

Mungkin karena merasa selalu berhasil ditebak oleh Robert Huo, membuat Pan Simi kehilangan minatnya, wanita itu lantas segera mengendarai mobil dan mengantarkan pria itu kembali.

Sudah lama tidak bertemu, tetapi Pan Simi sama sekali tidak masuk dan duduk-duduk didalam, wanita itu masih harus kembali membuat laporan pengobatan hari ini, agar bisa melakukan tahap lanjutan.

Mengantarkan Robert Huo sampai kedepan rumah, Pan Simi menyempatkan diri berpesan pada Natalie Ning: “Suamimu tidak jujur, kamu harus memperhatikannya dengan seksama!”

“Ah? Ada apa dengannya?” Tanya Natalie Ning karena tidak paham.

“Lain kali akan kuberitahu padamu, aku kembali ke tempat praktekku dulu.” Pan Simi kemudian melambaikan tangannya, dan masuk kedalam mobilnya.

Natalie Ning melihat mobil yang menjauh, kemudian mengalihkan tatapannya pada Robert Huo, dia sangat ingin bertanya pada pria itu mengapa Pan Simi bisa berkata demikian, tapi malah terdengar suara dari sana: “Hei!”

Berbalik. Pan Simi terlihat menghentikan mobilnya, kemudian menjulurkan kepalanya dari dalam mobil, dan menjerit kearah mereka: “Aku akan mempertimbangkan apakah aku harus berbicara dengannya atau tidak!”

Natalie Ning tidak paham apa maksud dari perkataan barusan, dia lantas melihat Robert Huo melambai ke wanita itu. Setelah itu Pan Simi pun kembali mengendarai mobilnya meninggalkan tempat itu.

Wajah Natalie Ning terlihat kebingungan, dan bertanya: “Siapa yang dia maksud?”

“Nova Ji.” Robert Huo juga tidak berusaha menyembunyikannya, dia membalas: “Tadi sore aku memberinya pengarahan, sekarang kelihatannya, pengarahanku ternyata ada hasilnya juga.”

Natalie Ning seperti tidak percaya, kemudian ekspresi wajahnya berubah aneh.

Jelas-jelas suaminya mengunjungi Pan Simi untuk mendapatkan pengobatan, mengapa tiba-tiba dia yang yang memberi pengarahan pada Pan Simi? Siapa sebenarnya yang menjadi psikolog disini?

Melihat wajah Natalie Ning yang terlihat sangat bingung itu, Robert Huo kemudian mengatakan: “Jangan berpikir yang tidak-tidak. Jika dia dan Nova Ji bisa kembali akur, bagi kalian bertiga ini tentu adalah hal yang sangat baik.”

Natalie Ning seolah sudah paham akan sesuatu, bertanya: “Kamu takut aku tidak senang, oleh karena itu kamu sengaja mengarahkannya?”

“Tentu saja.” Robert Huo menjawabnya dengan terus terang, dia melakukan hal yang baik, tidak ada yang patut disembunyikan.

Mata Natalie Ning perlahan-lahan memerah, dia adalah wanita yang sangat sensitif, jika ada sedikit guncangan emosional. Dia akan menggunakan air mata untuk menenangkan dirinya.

“Sudahlah, ini juga bukan hal yang buruk, untuk apa menangis, jika kembali nanti Gaby melihatnya, dia pasti akan menertawakanmu.” Ujar Robert Huo.

“Terima kasih.” Natalie Ning kemudian menghapus air mata disudut matanya, dan tersenyum sambil menangis, kemudian, dia memberanikan dirinya berjinjit, dan mendaratkan ciuman ringan pada bibir Robert Huo. Tapi karena ada orang yang lewat, Natalie Ning yang biasanya sangat pemalu dalam hal ini, wajahnya segera memerah dan dia pun berlari masuk kedalam kamarnya.

Bibirnya terasa hangat, Robert Huo tertegun didepan pintu, apakah tadi barusan dia telah dicium paksa?

Meskipun perasaan ini tidak buruk, tetapi jika dipikirkan Natalie Ning sepertinya jauh lebih berani dari sebelumnya, dan hal ini membuat Robert Huo sakit kepala.

Baru seperti ini wanita itu sudah berani menciumnya didepan pintu, nanti setelah mereka lebih lama bersama. Bukankah……

Sudahlah, semakin dipikirkan semakin sakit kepala, lebih baik tidak dipikirkan.

Tiga jam kemudian, di ruang praktek psikologi di lantai dua. Pan Simi mengerutkan dahinya melihat kurva yang ada dilayar komputer.

Kurva ini memperlihatkan respons yang diberikan pada pertanyaan yang berhubungan dengan psikologi, berdasarkan interaksinya dan Robert Huo dua kali ini, dan juga eksplorasinya, dari segi cara dan tingkat partisipasi. Kurva psikologi Robert Huo sangat tenang, yang menunjukkan secara mental pria ini cukup sehat.

Jika dia tidak memiliki masalah pada mental, kalau begitu mengapa dia tidak bisa melakukannya?

Mungkinkah masalahnya terletak pada fisiologinya?

Tidak juga, waktu itu Natalie Ning juga sudah memperlihatkan riwayat kesehatannya saat pria itu dirawat dirumah sakit. Diatasnya dapat disimpulkan, mobil listriknya menabrak tiang listrik, dan tidak mengakibatkan trauma fisiologi pada pria itu. Bahkan dokter yang merawatnya waktu itu memfonis, kalau ini terjadi karena masalah psikologinya.

Tapi sekarang, kesimpulan dari dua sesi pengobatan, dan fonis yang diberikan dokter sangat bertolak belakang, dan membuat Pan Simi tidak paham.

Setelah berpikir untuk waktu yang lama, wanita itu tiba-tiba terpikir pada sebuah kemungkinan.

Mungkinkah, pria itu benar-benar tidak bermasalah?

Jawaban ini, sudah dikatakan berkali-kali oleh Robert Huo, tapi tidak ada seorang pun yang mempercayainya. Baik Natalie Ning maupun Pan Simi, semuanya berpikir kalau dia pasti sudah sakit.

Sekarang jika dipikir-pikir, mungkin saja pria ini benar-benar sangat sehat, penyakit itu, mungkin hanya kesalah pahaman Natalie Ning, mungkin saja ada yang salah saat mereka berdua melakukan hubungan suami-istri.

Oleh karena itu, dia harus mencari Natalie Ning dan membahas hal ini dengannya, mencari tahu apakah terjadi hal yang buruk diantara mereka berdua.

Setelah itu, Pan Simi mengambi ponselnya, dan membuka foto didalamnya.

Itu adalah foto wisuda bersama, matanya bergerak-gerak, dan berhenti pada sosok wanita yang kelihatan dingin dan sedikit sombong.

Nova Ji yang beberapa tahun lalu ini, kelihatan sangat muda, dari dulu sudah dapat terlihat kesombongan di wajah wanita itu.

Dihari wisuda, Nova Ji berdiri bersama dengan Natalie Ning, tetapi tidak ada dirinya. Karena saat itu, dirinya sudah melanjutkan sekolah diluar negeri.

Dulu ketika melihat foto itu, Pan Simi selalu membenci Nova Ji, jika bukan karenanya, bagaimana mungkin dia sampai tidak memiliki kesempatan untuk berada didalam foto ini.

Tetapi sekarang, yang ada didalam benaknya hanya ada rasa penyesalan.

Hidup tidak bisa diulang, dia tidak mungkin mengulang kembali masa-masa kuliahnya dan juga wisudanya.

Didalam foto itu, tetap tidak akan ada dirinya.

Jika foto ini adalah film singkat dari perjalanan hidup orang, kalau begitu apakah kedepannya nanti, orang itu tetap tidak akan disana?

Tidak peduli apapun jawabannya, setidaknya sekarang Pan Simi sudah tahu, dia tidak ingin seperti itu.

Dia mengangkat wajahnya dan melihat laptopnya, ada wajah Robert Huo yang tanpa ekspresi, Pan Simi lantas bergumam mengatakan: “Tidak peduli apapun itu, terimakasih padamu.”

Novel Terkait

Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu