Inventing A Millionaire - Bab 115 Siapa Sih Psikolognya
Pertanyaan yang dilontarkan Pan Simi ini, membuat Robert Huo melontarkan ekspresi kaget. Tapi berikutnya, pria itu lantas mendekat, dia menjulurkan tangannya dan mengangkat dagu Pan Simi, dan mengatakan: “Bunga poeni dan bunga mawar mana yang lebih cantik, itu semua tergantung orang yang melihatnya, pertanyaanmu ini, benar-benar tidak masuk akal.”
“Kalau begitu gerakanmu ini. Apa masuk akal?” tanya Pan Simi.
Robert Huo tertawa, pria itu lantas menarik kembali tangannya, dan mengatakan: “Aku melihat kamu memerankannya dengan sangat serius, oleh karena itu aku pun ikut memainkannya.”
Ekspresi menggemaskan diwajah Pan Simi kemudian menghilang, wanita itu kemudian melihat Robert Huo dengan sangat serius, kemudian mengatakan: “Sekarang aku merasa, Natalie Ning sepertinya sudah tertipu olehmu. Dia mengatakan kalau kamu adalah orang yang jujur. Tapi aku malah tidak merasa demikian.”
“Lihatlah matahari itu, ketika dia tenggelam, apa jaraknya lebih dekat, atau jaraknya lebih jauh?” tanya Robert Huo.
“Pintar berargumen.” Pan Simi kemudian menghela nafas. Dia merentangkan pinggangnya, memperlihatkan lekuk tubuh indahnya, mengatakan: “Karena sudah ketahuan olehmu, tentu ini tidak menarik lagi, ayo kita pulang.”
“Kita tidak jadi karoke?” Tanya Robert Huo.
Gerakan yang dilakukan oleh Pan Simi tadi, sepertinya sedang menggodanya, tapi sesungguhnya ini adalah bagian dari penyembuhan psikologi.
Wanita itu berpikir menggunakan perbandingan, untuk menarik nafsu pria itu. Hanya saja cara ini, bagi Robert Huo bisa dikatakan masih rendahan, tidak bisa diperankan untuk waktu yang lama.
“Tidak jadi, melihatmu seperti ini, rasanya kamu sendiri sepertinya tidak terlalu mengkhawatirkan keadaanmu. Jika demikian, aku tentu tidak akan sanggup memaksamu melakukan apa-apa.” Ujar Pan Simi, wajahnya tiba-tiba berubah penasaran dan bertanya: “Kamu benar-benar baik-baik saja?”
“Tentu saja, aku bertambah gemuk, dan makan dengan enak.”
“Jadi untuk apa kamu membohongi istrimu sendiri? Kamu sudah bosan?” Tanya Pan Simi lagi.
“Masalah pribadi seperti ini, sepertinya tidak terlalu enak dibahas, kamu boleh menganggap kalau aku memiliki sesuatu yang susah kuutarakan.” Ujar Robert Huo.
Pan Simi melihat pria itu, setelah beberapa saat, dia tiba-tiba tertawa: “Kamu lumayan hebat pura-puranya. Jika memang kamu bisa. Untuk apa Natalie Ning mempertemukanku denganmu, jika tidak bisa ya tidak bisa. Aku adalah dokter, kamu adalah pasien, kamu tidak perlu menyembunyikan apapun.”
“Kamu jangan mengatakan masalah bisa atau tidak seolah-olah kamu sangat paham.”
Robert Huo membalas wanita itu, membuat bibir wanita itu sedikit menukik, wajahnya benar-benar sangat menarik: “Bagaimana kalau aku mencobanya?”
Tidak bisa dipungkiri, dalam hal menggoda pria, Pan Simi jauh lebih jago jika dibandingkan dengan Natalie Ning.
Natalie Ning sama seperti wanita biasa, mengikuti isi hatinya, dan dia juga harus menahan diri dalam hal ini. Oleh karena itu ada hal yang jika dilakukan wanita itu, malah terlihat kurang natural.
Sementara Pan Simi bisa melakukannya dengan sangat natural, seolah-olah hal itu adalah bagian dari dirinya, dan dia memang orang seperti itu.
Meskipun tahu kalau wanita itu masih menggunakan salah satu cara pendekatan psikologi, tetapi Robert Huo tetap harus mengakui, wanita ini memerankannya dengan sangat baik, dan membuat hati orang sedikit tergerak.
Bisa membuat Robert Huo yang sudah memiliki banyak pengalaman ini sampai tergerak, seharusnya sudah membuat Pan Simi merasa sangat bangga.
“Kamu boleh tanya padanya, aku sama sekali tidak menolak.” Ujar Robert Huo sambil tersenyum.
“Pria brengsek! Aku tahu pria seperti kalian sudah memilki istri tetapi akan selalu melirik wanita lain! Lihat bagaimana nanti aku akan memberitahukan semua ini pada Natalie Ning!” Pan Simi sudah menyimpan ekspresinya barusan, dia lantas mendelikkan matanya pada pria itu.
Robert Huo kembali tertawa. Dan tidak mengatakan apapun.
Kamu ingin memerankannya, aku hanya mengikuti permainanmu, jika kamu ingin memberitahunya pada Natalie Ning silahkan saja, jika kita tidak melakukan kesalahan, untuk apa kita takut.
Mungkin karena merasa selalu berhasil ditebak oleh Robert Huo, membuat Pan Simi kehilangan minatnya, wanita itu lantas segera mengendarai mobil dan mengantarkan pria itu kembali.
Sudah lama tidak bertemu, tetapi Pan Simi sama sekali tidak masuk dan duduk-duduk didalam, wanita itu masih harus kembali membuat laporan pengobatan hari ini, agar bisa melakukan tahap lanjutan.
Mengantarkan Robert Huo sampai kedepan rumah, Pan Simi menyempatkan diri berpesan pada Natalie Ning: “Suamimu tidak jujur, kamu harus memperhatikannya dengan seksama!”
“Ah? Ada apa dengannya?” Tanya Natalie Ning karena tidak paham.
“Lain kali akan kuberitahu padamu, aku kembali ke tempat praktekku dulu.” Pan Simi kemudian melambaikan tangannya, dan masuk kedalam mobilnya.
Natalie Ning melihat mobil yang menjauh, kemudian mengalihkan tatapannya pada Robert Huo, dia sangat ingin bertanya pada pria itu mengapa Pan Simi bisa berkata demikian, tapi malah terdengar suara dari sana: “Hei!”
Berbalik. Pan Simi terlihat menghentikan mobilnya, kemudian menjulurkan kepalanya dari dalam mobil, dan menjerit kearah mereka: “Aku akan mempertimbangkan apakah aku harus berbicara dengannya atau tidak!”
Natalie Ning tidak paham apa maksud dari perkataan barusan, dia lantas melihat Robert Huo melambai ke wanita itu. Setelah itu Pan Simi pun kembali mengendarai mobilnya meninggalkan tempat itu.
Wajah Natalie Ning terlihat kebingungan, dan bertanya: “Siapa yang dia maksud?”
“Nova Ji.” Robert Huo juga tidak berusaha menyembunyikannya, dia membalas: “Tadi sore aku memberinya pengarahan, sekarang kelihatannya, pengarahanku ternyata ada hasilnya juga.”
Natalie Ning seperti tidak percaya, kemudian ekspresi wajahnya berubah aneh.
Jelas-jelas suaminya mengunjungi Pan Simi untuk mendapatkan pengobatan, mengapa tiba-tiba dia yang yang memberi pengarahan pada Pan Simi? Siapa sebenarnya yang menjadi psikolog disini?
Melihat wajah Natalie Ning yang terlihat sangat bingung itu, Robert Huo kemudian mengatakan: “Jangan berpikir yang tidak-tidak. Jika dia dan Nova Ji bisa kembali akur, bagi kalian bertiga ini tentu adalah hal yang sangat baik.”
Natalie Ning seolah sudah paham akan sesuatu, bertanya: “Kamu takut aku tidak senang, oleh karena itu kamu sengaja mengarahkannya?”
“Tentu saja.” Robert Huo menjawabnya dengan terus terang, dia melakukan hal yang baik, tidak ada yang patut disembunyikan.
Mata Natalie Ning perlahan-lahan memerah, dia adalah wanita yang sangat sensitif, jika ada sedikit guncangan emosional. Dia akan menggunakan air mata untuk menenangkan dirinya.
“Sudahlah, ini juga bukan hal yang buruk, untuk apa menangis, jika kembali nanti Gaby melihatnya, dia pasti akan menertawakanmu.” Ujar Robert Huo.
“Terima kasih.” Natalie Ning kemudian menghapus air mata disudut matanya, dan tersenyum sambil menangis, kemudian, dia memberanikan dirinya berjinjit, dan mendaratkan ciuman ringan pada bibir Robert Huo. Tapi karena ada orang yang lewat, Natalie Ning yang biasanya sangat pemalu dalam hal ini, wajahnya segera memerah dan dia pun berlari masuk kedalam kamarnya.
Bibirnya terasa hangat, Robert Huo tertegun didepan pintu, apakah tadi barusan dia telah dicium paksa?
Meskipun perasaan ini tidak buruk, tetapi jika dipikirkan Natalie Ning sepertinya jauh lebih berani dari sebelumnya, dan hal ini membuat Robert Huo sakit kepala.
Baru seperti ini wanita itu sudah berani menciumnya didepan pintu, nanti setelah mereka lebih lama bersama. Bukankah……
Sudahlah, semakin dipikirkan semakin sakit kepala, lebih baik tidak dipikirkan.
Tiga jam kemudian, di ruang praktek psikologi di lantai dua. Pan Simi mengerutkan dahinya melihat kurva yang ada dilayar komputer.
Kurva ini memperlihatkan respons yang diberikan pada pertanyaan yang berhubungan dengan psikologi, berdasarkan interaksinya dan Robert Huo dua kali ini, dan juga eksplorasinya, dari segi cara dan tingkat partisipasi. Kurva psikologi Robert Huo sangat tenang, yang menunjukkan secara mental pria ini cukup sehat.
Jika dia tidak memiliki masalah pada mental, kalau begitu mengapa dia tidak bisa melakukannya?
Mungkinkah masalahnya terletak pada fisiologinya?
Tidak juga, waktu itu Natalie Ning juga sudah memperlihatkan riwayat kesehatannya saat pria itu dirawat dirumah sakit. Diatasnya dapat disimpulkan, mobil listriknya menabrak tiang listrik, dan tidak mengakibatkan trauma fisiologi pada pria itu. Bahkan dokter yang merawatnya waktu itu memfonis, kalau ini terjadi karena masalah psikologinya.
Tapi sekarang, kesimpulan dari dua sesi pengobatan, dan fonis yang diberikan dokter sangat bertolak belakang, dan membuat Pan Simi tidak paham.
Setelah berpikir untuk waktu yang lama, wanita itu tiba-tiba terpikir pada sebuah kemungkinan.
Mungkinkah, pria itu benar-benar tidak bermasalah?
Jawaban ini, sudah dikatakan berkali-kali oleh Robert Huo, tapi tidak ada seorang pun yang mempercayainya. Baik Natalie Ning maupun Pan Simi, semuanya berpikir kalau dia pasti sudah sakit.
Sekarang jika dipikir-pikir, mungkin saja pria ini benar-benar sangat sehat, penyakit itu, mungkin hanya kesalah pahaman Natalie Ning, mungkin saja ada yang salah saat mereka berdua melakukan hubungan suami-istri.
Oleh karena itu, dia harus mencari Natalie Ning dan membahas hal ini dengannya, mencari tahu apakah terjadi hal yang buruk diantara mereka berdua.
Setelah itu, Pan Simi mengambi ponselnya, dan membuka foto didalamnya.
Itu adalah foto wisuda bersama, matanya bergerak-gerak, dan berhenti pada sosok wanita yang kelihatan dingin dan sedikit sombong.
Nova Ji yang beberapa tahun lalu ini, kelihatan sangat muda, dari dulu sudah dapat terlihat kesombongan di wajah wanita itu.
Dihari wisuda, Nova Ji berdiri bersama dengan Natalie Ning, tetapi tidak ada dirinya. Karena saat itu, dirinya sudah melanjutkan sekolah diluar negeri.
Dulu ketika melihat foto itu, Pan Simi selalu membenci Nova Ji, jika bukan karenanya, bagaimana mungkin dia sampai tidak memiliki kesempatan untuk berada didalam foto ini.
Tetapi sekarang, yang ada didalam benaknya hanya ada rasa penyesalan.
Hidup tidak bisa diulang, dia tidak mungkin mengulang kembali masa-masa kuliahnya dan juga wisudanya.
Didalam foto itu, tetap tidak akan ada dirinya.
Jika foto ini adalah film singkat dari perjalanan hidup orang, kalau begitu apakah kedepannya nanti, orang itu tetap tidak akan disana?
Tidak peduli apapun jawabannya, setidaknya sekarang Pan Simi sudah tahu, dia tidak ingin seperti itu.
Dia mengangkat wajahnya dan melihat laptopnya, ada wajah Robert Huo yang tanpa ekspresi, Pan Simi lantas bergumam mengatakan: “Tidak peduli apapun itu, terimakasih padamu.”
Novel Terkait
Wahai Hati
JavAliusAir Mata Cinta
Bella CiaoThe Richest man
AfradenUntouchable Love
Devil BuddyYour Ignorance
YayaMy Cold Wedding
MevitaSuami Misterius
LauraInventing A Millionaire×
- Bab 1 Tiba-Tiba Mendapat Istri
- Bab 2 Perubahan Sang Suami
- Bab 3 Hidangan Lezat
- Bab 4 Menghasilkan 2000 RMB Dalam 1 Hari
- Bab 5 Adik Ipar Pemarah
- Bab 6 Jasa
- Bab 7 Berkat Dia
- Bab 8 Metode Pemasaran
- Bab 9 Tentukan 1 Tujuan Kecil
- Bab 10 Pendekatan Dengan Adik Ipar
- Bab 11 Harmonis
- Bab 12 Pengganti
- Bab 13 Nova Ji
- Bab 14 Berpura-pura Mengerti
- Bab 15 Berhasil
- Bab 16 Cara-Cara Manusia
- Bab 17 Sekuntum Bunga Magnolia
- Bab 18 Kerepotan Nova Ji
- Bab 19 Ikuti Saja Alurnya
- Bab 20 Ini Adalah Orang Berbakat
- Bab 21 Menghina
- Bab 22 Howard Xia
- Bab 23 Kode
- Bab 24 Membandingkan
- Bab 25 Tidak Bisa Apa-Apa
- Bab 26 Jarak yang Semakin Dekat
- Bab 27 Kesenangan Keluarga Inti
- Bab 28 Berbeda Dari Biasanya
- Bab 29 Menjadi Perwakilan
- Bab 30 Menampar
- Bab 31 Harus Ada Kharisma
- Bab 32 Niat
- Bab 33 Ingin Pulang
- Bab 34 Reaksi Orangtua
- Bab 35 Jalan Buntu
- Bab 36 Sebuah Lelucon
- Bab 37 Mandul
- Bab 38 Menyulitkan
- Bab 39 Kamu Tidak Mengerti
- Bab 40 Perdebatan
- Bab 41 Bertoleransi
- Bab 42 Mengancam
- Bab 43 Rencana Akuisisi
- Bab 44 Berkunjung
- Bab 45 Marah
- Bab 46 Membantu
- Bab 47 Menegur
- Bab 48 Buah sebanyak 3000 kg
- Bab 49 Kualitas Super Tinggi
- Bab 50 Keterkejutan Di Dalam Hati
- Bab 51 Satu Meja Makanan Dan Wine
- Bab 52 Berlomba Minum Wine
- Bab 53 Aturan
- Bab 54 Tempat Penuh Cinta
- Bab 55 Akrab Sejak Awal Bertemu
- Bab 56 Dunia
- Bab 57 Kepedulian Seorang Ayah
- Bab 58 Dipermalukan
- Bab 59 Apa Kamu Gila
- Bab 60 Membujuk
- Bab 61 Hak GM
- Bab 62 Sebuah Kejadian
- Bab 63 Harapan Sang Gadis
- Bab 64 Hidup Sebagai Orang Biasa
- Bab 65 Tipikal Kegagalan
- Bab 66 Kemampuan
- Bab 67 Kesepian
- Bab 68 Bantuan
- Bab 69 Pemikiran Yang Berbahaya
- Bab 70 Kerinduan Anak
- Bab 71 Perhatian
- Bab 72 Kegiatan Toko Buah
- Bab 73 Kamu Harus Belajar Darinya
- Bab 74 Pertemuan
- Bab 75 Menampar Wajah
- Bab 76
- Bab 77 Tersenyum Sampai Akhir
- Bab 78 Kabar
- Bab 79 Berangkat Menuju Ibu Kota Provinsi
- Bab 80 Mempersulit
- Bab 81 Pencemaran Nama Baik
- Bab 82 Memutarbalikkan Keadaan
- Bab 83 Pembalasan Dendam Seorang Pria
- Bab 84 Tidur Di Tempat Tidur Yang Sama
- Bab 85 Saling Menyapa Sebagai Saudara
- Bab 86 Bertemu.
- Bab 87 Berubah.
- Bab 88 Targetnya Berubah.
- Bab 89 Pinjamkan Dan Dipinjamkan.
- Bab 90 Rekaman.
- Bab 91 Berbicara.
- Bab 92 Orang Yang Tidak Seharusnya Kamu Ganggu.
- Bab 93 Tersentuh.
- Bab 94 Psikiater.
- Bab 95 Buku.
- Bab 96 Mengundang
- Bab 97 Orang Keluarga Huo
- Bab 98 Menjebak
- Bab 99 Puas
- Bab 100 Mengagumi
- Bab 101 Kecelakaan
- Bab 102 Hubungan
- Bab 103 Memberi Kompensasi
- Bab 104 Tamu Profesor
- Bab 105 Mimpi
- Bab 106 Kalah Dengan Sangat Cepat
- Bab 107 Orang Yang Menjijikan
- Bab 108 Tamparan
- Bab 109 Thiago Huo Yang Meragukan Kehidupannya
- Bab 110 Minta Maaf
- Bab 111 Omong Kosong Yang Tidak Menyelesaikan Masalah
- Bab 112 Hubungan Kerja Sama Yang Baru
- Bab 113 Dendam Dan Kebencian
- Bab 114 Pemandangan Yang Indah
- Bab 115 Siapa Sih Psikolognya
- Bab 116 Stella Yue Menghilang
- Bab 117 Psikologi Lego
- Bab 118 Keluarga
- Bab 119 Tidak Akan Meninggalkannya
- Bab 120 Mencairkan Cek
- Bab 121 Kesombongan
- Bab 122 Meredakan Kemarahan
- Bab 123 Kebaikan Yang Besar
- Bab 124 Tidak Serakah
- Bab 125 Siapa Dia?
- Bab 126 Dua Kelebihan
- Bab 127 Persiapan
- Bab 128 Ancaman
- Bab 129 Tenang
- Bab 130 Dia Datang
- Bab 131 Orang Gila
- Bab 132 Ajaran Leluhur
- Bab 133 Tidak Bisa Menjadi Teman
- Bab 134 Bercandaan Apa Yang Kamu Katakan
- Bab 135 Event Baru
- Bab 136 Berita Buruk
- Bab 137 Generasi Jahat
- Bab 138 Sekelompok Orang Jahat
- Bab 139 Aktor
- Bab 140 Rapat
- Bab 141 Kamu Jangan Keterlaluan
- Bab 142 Syarat
- Bab 143 Sebuah Jalan
- Bab 144 Moris Liu
- Bab 145 Tanpa Penyesalan
- Bab 146 Tanda-Tanda
- Bab 147 Akar Masalah
- Bab 148 Pihak Yang Banyak Bebicara Dipukuli
- Bab 149 Sebelum Badai Tiba
- Bab 150 Terlalu Mengenaskan
- Bab 151 Satu Kesulitan Yang Ditambah Dengan Banya Kesulitan Lainnya
- Bab 152 Topangan Yang Jatuh Akan Berdampak Pada Orang Disekitarnya
- Bab 153 Segala Jenis Cobaan
- Bab 154 Aku Mau Dua Ratus Juta
- Bab 155 Kuota Dirut
- Bab 156 Hasil
- Bab 157 Memberikan Bunga
- Bab 158 Menjauh
- Bab 159 Tidak Nyaman
- Bab 160 Kegiatan Dimulai
- Bab 161 Orang Yang Paling Akrab.
- Bab 162 Bercanda
- Bab 163 Aku Ingin menjadi Pemilik Saham.
- Bab 164 Kenalan Dekat.
- Bab 165 Kamu Bisa Menghasilkan Berapa Banyak.
- Bab 166 Harapan Baru
- Bab 167 Acara Reuni Kelas
- Bab 168 Tatapan Aneh
- Bab 169 Memesan Bir
- Bab 170 Sangat Suka
- Bab 171 Menyaksikan Kemesraan
- Bab 172 Pendapatan
- Bab 173 Nicho Huo
- Bab 174 Balas Dendam Berikutnya
- Bab 175 Kemalangan yang Tidak Terduga
- Bab 176 Transaksi
- Bab 177 Menyelidiki
- Bab 178 Khawatir
- Bab 179 Berantakan
- Bab 180 Plat Nomor Kendaraan
- Bab 181 Kebebasan
- Bab 182 Memeriksa Mobil
- Bab 183 Tidak Bisa Kabur
- Bab 184 Alex Liao Yang Bingung
- Bab 185 Bukti Kesalahan
- Bab 186 Memikirkan Keuntungan Masa Depan
- Bab 187 Menggali Kuburan Sendiri
- Bab 188 Bantuan
- Bab 189 Tidak Masuk Akal
- Bab 190 Kamu Tidak Pergi, Aku Yang Pergi
- Bab 191 Tahu Sopan Santun Tidak
- Bab 192 Segera Pindah
- Bab 193 Profesior Mengalami Kecelakaan
- Bab 194 Memarahi
- Bab 195 Trik Pahit
- Bab 196 Kesibukan
- Bab 197 Menyewa Teater Menonton Film
- Bab 198 Berbohong
- Bab 199 Dicuri
- Bab 200 Meminta Maaf
- Bab 201 Sanak Saudara
- Bab 202 Kedatangan Tamu
- Bab 203 Terkejut
- Bab 204 Siapa Dia
- Bab 205 Sudah Mati Rasa
- Bab 206 Hadiah Terbaik
- Bab 207 Dia Itu Alex Liao
- Bab 208 Bingung
- Bab 209 Saran
- Bab 210 Muntah Darah
- Bab 211 Kemunafikan Dunia
- Bab 212 Ekspansi
- Bab 213 Keterkejutan Nova Ji
- Bab 214 Perubahan Sikap
- Bab 215 Pemilik Perusahaan Yang Baru
- Bab 216 Ide
- Bab 217 Perusahaan Diet
- Bab 218 Rapat Umum Pemegang Saham
- Bab 219 Mencintai Dan Menghormati
- Bab 220 Hatinya Tergerak
- Bab 221 Petunjuk
- Bab 222 Memalukan
- Bab 223 Zila Tang
- Bab 224 Masalah Keluarga Huo
- Bab 225 Jaga Tubuhmu Agar Tetap Hangat
- Bab 226 Tidak Bisa Diobati
- Bab 227 Kompeten dan Tangkas
- Bab 228 Merugi
- Bab 229 Pilih Satu Saham
- Bab 230 Pengikut
- Bab 231 Penutupan Kenaikan Harga Saham
- Bab 232 Bertemu Dengan Zila Tang Lagi
- Bab 233 Arena Balap
- Bab 253 Situasi Yang Tidak Baik
- Bab 254 Krisis
- Bab 234 Memilih Mobil
- Bab 235 Penghinaan
- Bab 236 Menyelip
- Bab 237 Kecelakaan
- Bab 235 Tamparan Yang Familiar
- Bab 239 Masalah
- Bab 240 Saling Memuji
- Bab 241 Kabar Baik Dan Buruk
- Bab 242 Pemerasan
- Bab 243 Orang Bodoh Yang Mengantarkan Uang
- Bab 244 Memulai Dari Awal
- Bab 245 Pekerjaan Kayu
- Bab 246 Koneksi
- Bab 247 Kata Sandi
- Bab 248 Meninggalkan
- Bab 249 Warisan
- Bab 250 Berpendidikan Dan Bisa Bela Diri
- Bab 251 Tidak Pantas
- Bab 252 Acara Besar
- Bab 255 Kunjungan
- Bab 256 Jalan
- Bab 257 Latar Belakang Yang Mengejutkan
- Bab 258 Ekspansi
- Bab 259 Membeli Mobil
- Bab 260 Tunggu Menangis
- Bab 261 Bos Besar Datang
- Bab 262 Kebenaran
- Bab 263 Mengembalikan Dan Menganti Rugi Sebanyak 3 Kali Lipat
- Bab 264 Meminum Anggur
- Bab 265 Amnesia
- Bab 266 Mencegah Lebih Baik Daripada Mengabaikan
- Bab 267 Perenungan
- Bab 268 Tambahan Uang
- Bab 269 Rasa Simpati
- Bab 270 Popularitas
- Bab 271 Iri Hati
- Bab 272 Beruntung
- Bab 273 Petarungan Tiga Prajurit Dengan lü Bu
- Bab 274 Firasat Buruk
- Bab 275 Iri Hati
- Bab 276 Berpikir Terlalu Jauh.
- Bab 277 Satu Lagi Yang Suka Berpikir Berlebihan.
- Bab 278 Keributan.
- Bab 279 Bertemu.
- Bab 280 Murid.
- Bab 281 Orang Penting
- Bab 282 Hongda Capital
- Bab 283 Nasihat
- Bab 284 Gagal Transaksi
- Bab 285 Persahabatan
- Bab 286 Minum-Minum
- Bab 287 Mabuk
- Bab 288 Mengumpulkan
- Bab 289 Membeli Cincin Berlian
- Bab 290 Memaksa Diri Berlagak Kaya
- Bab 291 Keluar Membantu
- Bab 292 Identitasnya
- Bab 293 Restoran
- Bab 294 Tersentuh
- Bab 295 Mengeluh
- Bab 296 Minta Maaf
- Bab 297 Pekerjaan
- Bab 298 Acara Selesai
- Bab 299 Membalas Budi
- Bab 300 Merayakan Keberhasilan
- Bab 301 Ide Baru
- Bab 302 Pengembangan
- Bab 303 Ancaman
- Bab 304 Serangan
- Bab 305 Jahat
- Bab 306 Tenang
- Bab 307 Terjebak Masuk
- Bab 308 Hasil Penyelidikan
- Bab 309 Tujuan Satu-satunya
- Bab 310 Pendapat Natalie Ning
- Bab 311 Harapan
- Bab 312 Pernah Digit Ular
- Bab 313 Bujukan
- Bab 314 Menangis
- Bab 315 Bertemu Orang Tua
- Bab 316 Pernikahan Kedua Juga Tidak Apa-apa
- Bab 317 Anggap Kamu Menyerahkan Diri
- Bab 318 Nasehat
- Bab 319 Orang Yang Terabaikan
- Bab 320 Kesempatan Besar
- Bab 321 Rahasia Yang Tersembunyi Akhirnya Akan Terbuka Juga
- Bab 322 Pulang Dibicarakan Lagi
- Bab 323 Makan Untuk Pertemanan
- Bab 324 Maaf
- Bab 325 Kenyataan
- Bab 326 Memaafkan
- Bab 327 Undangan
- Bab 328 Menuju Keluarga Li