Inventing A Millionaire - Bab 178 Khawatir
“Aku juga tidak tahu. Telepon ayah mati, entahlah dia pergi ke mana.” Natalie Ning menjawab dengan kesedihan yang terpampang jelas.
Meski masih anak-anak, Gaby menjadi dewasa agak dini karena lingkungan keluarga. Anak itu dalam sekejap bisa membaca khawatiran ibunya.
Ia menggoyangkan tangan si ibu dan menenangkan, “Ibu tenang saja, ayah sangat lihai begitu, masa bisa mengalami apa-apa? Ia pasti diam-diam pergi makan yang enak-enak! Huh, tunggu saja nanti malam dia kembali, aku akan menegurnya!”
Natalie Ning tahu bahwa Gaby sengaja menggoda dirinya. Kepekaan dan kepedulian anak itu membuatnya merasa sangat senang, jadi ia mengangguk dan menimpali: “Oke, jangan sampai lupa untuk menegurnya. Bisa-bisanya dia makan enak tanpa mengajak kita!”
Sepasang ibu dan anak itu berjalan ke mobil sembari saling menghibur.
Natalie Ning berpikir Robert Huo bisa jadi sudah pulang. Ia akan melihat suaminya sudah memasak, lalu mengabarkannya bahwa ponselnya mati karena kehabisan daya atau pun rusak.
Tetapi, kenyataan tidak sejalan dengan harapan. Begitu pintunya dibuka, rumah masih gelap dan tidak berpenghuni.
Kegelapan rumah membuat Natalie Ning makin gelisah. Bahkan, Gaby saja bisa merasakan ekspresi syoknya yang sulit dideskripsikan. Anak itu bertanya pelan: “Ibu, ayah kok belum kembali?”
Yang ditanya tidak menjawab. Ia juga sangat ingin menanyakan pertanyaan ini. Suamiya sebenarnya pergi ke mana?
Jack Dong, yang mengamati rumah yang gelap dari kejauhan, ikut merasakan keganjilan dan mengernyitkan alis.
Dari jarak terdekat, ia bisa melihat relasi keluarga ini teramat baik. Robert Huo setiap hari akan pulang tepat waktu untuk memasak buat istri dan putrinya. Kecuali jika pergi ke luar kota, pria itu sangat disiplin menjalankan “ritual” ini.
Namun, hari ini, dia tidak menunjukkan batang hidung lagi selepas keluar dari gedung kantor. Dari ekspresi Natalie Ning, Jack Dong bisa menilai bahwa mereka berdua belum sempat terhubung via telepon.
Jika tidak, wanita itu tidak akan berdiri di depan pintu bersama anaknya selama itu.
Apakah sesuatu telah terjadi?
Situasi ini tanpa disadari membuat Jack Dong bahagia. Robert Huo mengetahui rahasia terbesarnya, bahkan menjadikan rahasia itu untuk menjadikannya seorang pengawal pribadi.
Sejujurnya, ia masih gerah dengan pemaksaan ini. Jika Robert Huo suatu hari meninggal secara tidak terduga, ia mungkin akan jadi salah satu orang terbahagia.
Sayang, begitu kebahagiaannya baru muncul, Jack Dong teringat bahwa Robert Huo pernah bilang rahasia itu bukan hanya diketahui dirinya. Andai dia mati, orang lain yang tahu soal rahasia itu sangat mungkin akan menyebarluaskannya ke sana-sini.
Dari perspektif ini, Jack Dong berharap agar Robert Huo dapat berumur panjang.
Kontradiksi di dalam hati membuat pria itu merasa resah. Sebenarnya pergi ke mana orang yang satu ini!
Teringat pria yang dua jam lalu masuk van tua, Jack Dong berintuisi mungkin situasi sekarang berhubungan dengan orang itu.
Dengan kepribadiannya, begitu memiliki kecurigaan, pria itu jadi ingin menyelidik.
Tetapi, Robert Huo sebelumnya pernah memberi satu peringatan. Tidak peduli apa pun yang terjadi, pastikan Natalie Ning dan Gaby tidak berada dalam bahaya dulu.
Begitu ia menatap rumah lagi, sepasang ibu dan anak itu telah memasuki rumah dan menutup pintu. Cahaya redup membuat pantulan bayangan mereka terpampang di tirai.
Jack Dong ragu-ragu sejenak, kemudian membuang nafas pasrah. Ia memilih untuk tetap tinggal di sini, misal-misal ada insiden terjadi.
Pada saat bersamaan, Dave Tong dan satu rekannya telah tiba di depan The Fort Restaurant. Begitu bawahannya yang bertugas di sana masuk ke dalam mobil, ia langsung bertanya, “Bagaimana?”
“Orang-orang di restoran memang mengenalnya. Ketika membicarakan dia, wajah manajer operasional penuh dengan penghormatan yang sama sekali tidak terlihat palsu. Meski kita tidak begitu paham tentang luar dan dalam pria ini, aku bisa dengan yakin bilang bahwa ia seseorang yang berlatar belakang kuat.” Bawahan itu menceritakan apa yang ia dengar, lalu bertanya balik: “Kalau yang kalian bagaimana?”
“Serupa dengan apa yang dikatakan pria itu. Istrinya bilang sendiri penghasilan bulanan mereka jutaan yuan. Tetapi, ruang kerjanya itu baru disewa, jadi tidak ada cukup banyak pekerja di dalam. Entahlah dia beromong kosong atau tidak.” Bawahan satunya menjabarkan.
“Kak Dave, jadi menurutmu pengakuan dia nyata atau tidak?”
Dave Tong, yang duduk di kursi penumpang depan, menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnya, begitu di awal mendengar laporan bahwa bisnis mereka adalah berjualan produk penurun berat badan secara daring, ia curiga telah ditipu.
Pria itu tidak begitu banyak bersentuhan dengan e-commerce, juga tidak berpikir orang biasa akan sanggup mengelola toko daring dengan sangat sukses. Apalagi, produk penurun berat badan bukanlah produk kelas atas. Mana bisa mereka dapat jutaan yuan per bulan?
Namun, kecurigaan di hatinya kini telah dilemahkan oleh kabar dari bawahan kedua.
Pertama, yang bilang mempunyai pendapatan bulanan jutaan yuan bukan hanya Robert Huo, melainkan juga Natalie Ning. Kedua, manajer eksekutif restoran barat yang sangat mewah bilang sendiri bahwa orang ini punya latar belakang kuat.
Dua fakta lapangan ini menjelaskan bahwa pria itu bisa jadi tidak berbohong. Dia bisa jadi benar-benar rendah hati dan sengaja miskin.
Kalau dia sejatinya tidak kaya, mana mungkin manajer operasional The Fort Restaurant bersikap hormat ketika membahasnya?
Setelah mendengarkan analisis Dave Tong, dua bawahannya bermata cerah dan salah satunya bertanya, “Jadi, apa rencana kita selanjutnya? Menyuruhnya bayar dan melepaskannya?”
“Tidak bisa. Kita bukan penculik sungguhan. Bila kita membiarkan dia menelepon orang rumahnya untuk menyiapkan tebusan, bukankah kita bisa terjebak?” Dave Tong berpikir sejenak dan melanjutkan: “Aku pikir, kita harus menahan pemuda itu lebih lama lagi biar dia tidak berbuat macam-macam. Tunggu sampai ia benar-benar sudah tidak tahan, ketika kita meminta uang tebusan lagi, kita pasti akan memperolehnya dengan amat gampang. Cepat telepon mereka yang berjaga dan kabari bahwa mereka ditugaskan untuk berjaga satu malam di sana. Beritahu mereka untuk tidak membiarkannya tidur. Kita ingin menyiksa dia dengan cara ini.”
“Kak Dave memang yang paling berpikiran panjang!” Salah satu bawahan memuji.
Kedua bawahan sangat lihai dalam konteks bertarung, namun sangat lemah dalam konteks berpikir. Mereka tidak pernah punya gagasan bagus tentang suatu situasi. Apa pun yang ditugaskan atasannya, mereka akan melaksanakannya begitu saja.
Salah satu dari mereka mengambil ponsel untuk menelepon, semenetara yang satunya lagi melajukan mobil ke hotel.
Di sebuah rumah reyot yang berjarak tiga puluhan kilometer dari pusat kota, seorang pria bertato macan tutul mematikan telepon dan mengabari rekannya: “Kak Dave menyuruh kita untuk bermalam menjaga dia. Aku akan berjaga di setengah malam awal, lalu kamu berjaga di setengah malam lanjutan. Jangan biarkan pemuda ini tidur.”
“Baik.” Yang diajak bicara melirik ke Robert Huo dan membalas: “Kalau begitu, kamu awasi dia dulu. Aku mau beli makanan dan bir untuk kita.”
“Silahkan. Ada aku di sini, pemuda ini tidak akan berani macam-macam.”
Mulut Robert Huo memang dilakban, namun dua daun telinganya tidak kehilangan fungsi sama sekali. Dari percakapan dua bawahan ini, ia berfirasat dirinya mala mini akan sedikit dibuat menderita. Kabar baiknya, penderitaan itu tidak akan kelewat serius.
Tampaknya, pria botak itu sudah berkunjung ke kantornya dan restoran. Dia sekarang sepertinya ragu harus bertindak bagaimana.
Jika sudah yakin, dia seharusnya akan kembali sekarang dan memotong tangan serta kakinya, atau pun menerima uang tebusan dan melepaskan dirinya.
Robert Huo mengamati pria bertato yang tersisa sambil berusaha menganalisis karakternya. Ia berharap bisa mengetahui titik lemah psikologisnya yang lain.
Entah karena tersinggung atau pada dasarnya memang menggemari kekejaman, melihat Robert Huo terus mengamatinya dari atas ke bawah, ia dari lantai mengambil sebuah kaleng yang entah ada di situ atas tujuan apa.
“Lihat apa, tolol!”
Prang! Kepala kaleng mengenai dahi targetnya dengan kencang. Saking kencangnya lemparan itu, kepala Robert Huo sampai agak dimundurkan.
Setelahnya, pria itu bisa melihat cairan hangat di dahi. Nampaknya ujung kepala kaleng yang tajam telah mengoreskan luka di sana……
Pria bertato tidak panik melihat darah di dahi Robert Huo. Sebaliknya, ia malah memaki dengan garang: “Berani mengarahkan tatapanmu ke tubuhku lagi, percayalah akan kucongkel dua bola matamu dan kutendang-tendang!”
Rasa nyeri di kening membuat si pria malang agak sulit bernafas. Untunglah, ketenangan di hatinya tetap terjaga.
“Orang berkepribadian kasar, berjiwa egois, kurang rasa simpati, menganggap dirinya sendiri sebagai pusat…… Seharusnya ini dipicu oleh pengalaman buruk di masa kecil……”
Dalam hati, Robert Huo terus menganalisis kepribadian lawannya. Semakin berbahaya situasi, rasionalitasnya malah semakin tajam. Ia paham bahwa kehilangan ketenangan tidak akan mendatangkan dampak positif apa pun. Hanya dengan terus berpikirlah ia bisa keluar dari jeratan masalah!
Tidak lama kemudian, bawahan lain kembali dengan membawa makanan dan beberapa botol bir.
Keduanya menggelar kardus di lantai, lalu duduk di atasnya dan siap bersantap.
Robert Huo mengeluarkan suara “wuwuwu”. Dua bawahan awalnya tidak tertarik meladeni, namun kegigihannya pada akhirnya membuat pria bertato menghampirinya. Pria itu melancarkan sebuah tendangan dan menegur dengan beringas: “Wuwuwu apa, goblok! Berisik sekali, percayalah aku bisa merontokkan semua gigimu!”
Yang diancam tidak mau berhenti menggunakan tatapan, gerakan, dan suara untuk meminta selotip di mulutnya dilepas.
Novel Terkait
Villain's Giving Up
Axe AshciellyPernikahan Kontrak
JennyMi Amor
TakashiGet Back To You
LexyDiamond Lover
LenaInventing A Millionaire×
- Bab 1 Tiba-Tiba Mendapat Istri
- Bab 2 Perubahan Sang Suami
- Bab 3 Hidangan Lezat
- Bab 4 Menghasilkan 2000 RMB Dalam 1 Hari
- Bab 5 Adik Ipar Pemarah
- Bab 6 Jasa
- Bab 7 Berkat Dia
- Bab 8 Metode Pemasaran
- Bab 9 Tentukan 1 Tujuan Kecil
- Bab 10 Pendekatan Dengan Adik Ipar
- Bab 11 Harmonis
- Bab 12 Pengganti
- Bab 13 Nova Ji
- Bab 14 Berpura-pura Mengerti
- Bab 15 Berhasil
- Bab 16 Cara-Cara Manusia
- Bab 17 Sekuntum Bunga Magnolia
- Bab 18 Kerepotan Nova Ji
- Bab 19 Ikuti Saja Alurnya
- Bab 20 Ini Adalah Orang Berbakat
- Bab 21 Menghina
- Bab 22 Howard Xia
- Bab 23 Kode
- Bab 24 Membandingkan
- Bab 25 Tidak Bisa Apa-Apa
- Bab 26 Jarak yang Semakin Dekat
- Bab 27 Kesenangan Keluarga Inti
- Bab 28 Berbeda Dari Biasanya
- Bab 29 Menjadi Perwakilan
- Bab 30 Menampar
- Bab 31 Harus Ada Kharisma
- Bab 32 Niat
- Bab 33 Ingin Pulang
- Bab 34 Reaksi Orangtua
- Bab 35 Jalan Buntu
- Bab 36 Sebuah Lelucon
- Bab 37 Mandul
- Bab 38 Menyulitkan
- Bab 39 Kamu Tidak Mengerti
- Bab 40 Perdebatan
- Bab 41 Bertoleransi
- Bab 42 Mengancam
- Bab 43 Rencana Akuisisi
- Bab 44 Berkunjung
- Bab 45 Marah
- Bab 46 Membantu
- Bab 47 Menegur
- Bab 48 Buah sebanyak 3000 kg
- Bab 49 Kualitas Super Tinggi
- Bab 50 Keterkejutan Di Dalam Hati
- Bab 51 Satu Meja Makanan Dan Wine
- Bab 52 Berlomba Minum Wine
- Bab 53 Aturan
- Bab 54 Tempat Penuh Cinta
- Bab 55 Akrab Sejak Awal Bertemu
- Bab 56 Dunia
- Bab 57 Kepedulian Seorang Ayah
- Bab 58 Dipermalukan
- Bab 59 Apa Kamu Gila
- Bab 60 Membujuk
- Bab 61 Hak GM
- Bab 62 Sebuah Kejadian
- Bab 63 Harapan Sang Gadis
- Bab 64 Hidup Sebagai Orang Biasa
- Bab 65 Tipikal Kegagalan
- Bab 66 Kemampuan
- Bab 67 Kesepian
- Bab 68 Bantuan
- Bab 69 Pemikiran Yang Berbahaya
- Bab 70 Kerinduan Anak
- Bab 71 Perhatian
- Bab 72 Kegiatan Toko Buah
- Bab 73 Kamu Harus Belajar Darinya
- Bab 74 Pertemuan
- Bab 75 Menampar Wajah
- Bab 76
- Bab 77 Tersenyum Sampai Akhir
- Bab 78 Kabar
- Bab 79 Berangkat Menuju Ibu Kota Provinsi
- Bab 80 Mempersulit
- Bab 81 Pencemaran Nama Baik
- Bab 82 Memutarbalikkan Keadaan
- Bab 83 Pembalasan Dendam Seorang Pria
- Bab 84 Tidur Di Tempat Tidur Yang Sama
- Bab 85 Saling Menyapa Sebagai Saudara
- Bab 86 Bertemu.
- Bab 87 Berubah.
- Bab 88 Targetnya Berubah.
- Bab 89 Pinjamkan Dan Dipinjamkan.
- Bab 90 Rekaman.
- Bab 91 Berbicara.
- Bab 92 Orang Yang Tidak Seharusnya Kamu Ganggu.
- Bab 93 Tersentuh.
- Bab 94 Psikiater.
- Bab 95 Buku.
- Bab 96 Mengundang
- Bab 97 Orang Keluarga Huo
- Bab 98 Menjebak
- Bab 99 Puas
- Bab 100 Mengagumi
- Bab 101 Kecelakaan
- Bab 102 Hubungan
- Bab 103 Memberi Kompensasi
- Bab 104 Tamu Profesor
- Bab 105 Mimpi
- Bab 106 Kalah Dengan Sangat Cepat
- Bab 107 Orang Yang Menjijikan
- Bab 108 Tamparan
- Bab 109 Thiago Huo Yang Meragukan Kehidupannya
- Bab 110 Minta Maaf
- Bab 111 Omong Kosong Yang Tidak Menyelesaikan Masalah
- Bab 112 Hubungan Kerja Sama Yang Baru
- Bab 113 Dendam Dan Kebencian
- Bab 114 Pemandangan Yang Indah
- Bab 115 Siapa Sih Psikolognya
- Bab 116 Stella Yue Menghilang
- Bab 117 Psikologi Lego
- Bab 118 Keluarga
- Bab 119 Tidak Akan Meninggalkannya
- Bab 120 Mencairkan Cek
- Bab 121 Kesombongan
- Bab 122 Meredakan Kemarahan
- Bab 123 Kebaikan Yang Besar
- Bab 124 Tidak Serakah
- Bab 125 Siapa Dia?
- Bab 126 Dua Kelebihan
- Bab 127 Persiapan
- Bab 128 Ancaman
- Bab 129 Tenang
- Bab 130 Dia Datang
- Bab 131 Orang Gila
- Bab 132 Ajaran Leluhur
- Bab 133 Tidak Bisa Menjadi Teman
- Bab 134 Bercandaan Apa Yang Kamu Katakan
- Bab 135 Event Baru
- Bab 136 Berita Buruk
- Bab 137 Generasi Jahat
- Bab 138 Sekelompok Orang Jahat
- Bab 139 Aktor
- Bab 140 Rapat
- Bab 141 Kamu Jangan Keterlaluan
- Bab 142 Syarat
- Bab 143 Sebuah Jalan
- Bab 144 Moris Liu
- Bab 145 Tanpa Penyesalan
- Bab 146 Tanda-Tanda
- Bab 147 Akar Masalah
- Bab 148 Pihak Yang Banyak Bebicara Dipukuli
- Bab 149 Sebelum Badai Tiba
- Bab 150 Terlalu Mengenaskan
- Bab 151 Satu Kesulitan Yang Ditambah Dengan Banya Kesulitan Lainnya
- Bab 152 Topangan Yang Jatuh Akan Berdampak Pada Orang Disekitarnya
- Bab 153 Segala Jenis Cobaan
- Bab 154 Aku Mau Dua Ratus Juta
- Bab 155 Kuota Dirut
- Bab 156 Hasil
- Bab 157 Memberikan Bunga
- Bab 158 Menjauh
- Bab 159 Tidak Nyaman
- Bab 160 Kegiatan Dimulai
- Bab 161 Orang Yang Paling Akrab.
- Bab 162 Bercanda
- Bab 163 Aku Ingin menjadi Pemilik Saham.
- Bab 164 Kenalan Dekat.
- Bab 165 Kamu Bisa Menghasilkan Berapa Banyak.
- Bab 166 Harapan Baru
- Bab 167 Acara Reuni Kelas
- Bab 168 Tatapan Aneh
- Bab 169 Memesan Bir
- Bab 170 Sangat Suka
- Bab 171 Menyaksikan Kemesraan
- Bab 172 Pendapatan
- Bab 173 Nicho Huo
- Bab 174 Balas Dendam Berikutnya
- Bab 175 Kemalangan yang Tidak Terduga
- Bab 176 Transaksi
- Bab 177 Menyelidiki
- Bab 178 Khawatir
- Bab 179 Berantakan
- Bab 180 Plat Nomor Kendaraan
- Bab 181 Kebebasan
- Bab 182 Memeriksa Mobil
- Bab 183 Tidak Bisa Kabur
- Bab 184 Alex Liao Yang Bingung
- Bab 185 Bukti Kesalahan
- Bab 186 Memikirkan Keuntungan Masa Depan
- Bab 187 Menggali Kuburan Sendiri
- Bab 188 Bantuan
- Bab 189 Tidak Masuk Akal
- Bab 190 Kamu Tidak Pergi, Aku Yang Pergi
- Bab 191 Tahu Sopan Santun Tidak
- Bab 192 Segera Pindah
- Bab 193 Profesior Mengalami Kecelakaan
- Bab 194 Memarahi
- Bab 195 Trik Pahit
- Bab 196 Kesibukan
- Bab 197 Menyewa Teater Menonton Film
- Bab 198 Berbohong
- Bab 199 Dicuri
- Bab 200 Meminta Maaf
- Bab 201 Sanak Saudara
- Bab 202 Kedatangan Tamu
- Bab 203 Terkejut
- Bab 204 Siapa Dia
- Bab 205 Sudah Mati Rasa
- Bab 206 Hadiah Terbaik
- Bab 207 Dia Itu Alex Liao
- Bab 208 Bingung
- Bab 209 Saran
- Bab 210 Muntah Darah
- Bab 211 Kemunafikan Dunia
- Bab 212 Ekspansi
- Bab 213 Keterkejutan Nova Ji
- Bab 214 Perubahan Sikap
- Bab 215 Pemilik Perusahaan Yang Baru
- Bab 216 Ide
- Bab 217 Perusahaan Diet
- Bab 218 Rapat Umum Pemegang Saham
- Bab 219 Mencintai Dan Menghormati
- Bab 220 Hatinya Tergerak
- Bab 221 Petunjuk
- Bab 222 Memalukan
- Bab 223 Zila Tang
- Bab 224 Masalah Keluarga Huo
- Bab 225 Jaga Tubuhmu Agar Tetap Hangat
- Bab 226 Tidak Bisa Diobati
- Bab 227 Kompeten dan Tangkas
- Bab 228 Merugi
- Bab 229 Pilih Satu Saham
- Bab 230 Pengikut
- Bab 231 Penutupan Kenaikan Harga Saham
- Bab 232 Bertemu Dengan Zila Tang Lagi
- Bab 233 Arena Balap
- Bab 253 Situasi Yang Tidak Baik
- Bab 254 Krisis
- Bab 234 Memilih Mobil
- Bab 235 Penghinaan
- Bab 236 Menyelip
- Bab 237 Kecelakaan
- Bab 235 Tamparan Yang Familiar
- Bab 239 Masalah
- Bab 240 Saling Memuji
- Bab 241 Kabar Baik Dan Buruk
- Bab 242 Pemerasan
- Bab 243 Orang Bodoh Yang Mengantarkan Uang
- Bab 244 Memulai Dari Awal
- Bab 245 Pekerjaan Kayu
- Bab 246 Koneksi
- Bab 247 Kata Sandi
- Bab 248 Meninggalkan
- Bab 249 Warisan
- Bab 250 Berpendidikan Dan Bisa Bela Diri
- Bab 251 Tidak Pantas
- Bab 252 Acara Besar
- Bab 255 Kunjungan
- Bab 256 Jalan
- Bab 257 Latar Belakang Yang Mengejutkan
- Bab 258 Ekspansi
- Bab 259 Membeli Mobil
- Bab 260 Tunggu Menangis
- Bab 261 Bos Besar Datang
- Bab 262 Kebenaran
- Bab 263 Mengembalikan Dan Menganti Rugi Sebanyak 3 Kali Lipat
- Bab 264 Meminum Anggur
- Bab 265 Amnesia
- Bab 266 Mencegah Lebih Baik Daripada Mengabaikan
- Bab 267 Perenungan
- Bab 268 Tambahan Uang
- Bab 269 Rasa Simpati
- Bab 270 Popularitas
- Bab 271 Iri Hati
- Bab 272 Beruntung
- Bab 273 Petarungan Tiga Prajurit Dengan lü Bu
- Bab 274 Firasat Buruk
- Bab 275 Iri Hati
- Bab 276 Berpikir Terlalu Jauh.
- Bab 277 Satu Lagi Yang Suka Berpikir Berlebihan.
- Bab 278 Keributan.
- Bab 279 Bertemu.
- Bab 280 Murid.
- Bab 281 Orang Penting
- Bab 282 Hongda Capital
- Bab 283 Nasihat
- Bab 284 Gagal Transaksi
- Bab 285 Persahabatan
- Bab 286 Minum-Minum
- Bab 287 Mabuk
- Bab 288 Mengumpulkan
- Bab 289 Membeli Cincin Berlian
- Bab 290 Memaksa Diri Berlagak Kaya
- Bab 291 Keluar Membantu
- Bab 292 Identitasnya
- Bab 293 Restoran
- Bab 294 Tersentuh
- Bab 295 Mengeluh
- Bab 296 Minta Maaf
- Bab 297 Pekerjaan
- Bab 298 Acara Selesai
- Bab 299 Membalas Budi
- Bab 300 Merayakan Keberhasilan
- Bab 301 Ide Baru
- Bab 302 Pengembangan
- Bab 303 Ancaman
- Bab 304 Serangan
- Bab 305 Jahat
- Bab 306 Tenang
- Bab 307 Terjebak Masuk
- Bab 308 Hasil Penyelidikan
- Bab 309 Tujuan Satu-satunya
- Bab 310 Pendapat Natalie Ning
- Bab 311 Harapan
- Bab 312 Pernah Digit Ular
- Bab 313 Bujukan
- Bab 314 Menangis
- Bab 315 Bertemu Orang Tua
- Bab 316 Pernikahan Kedua Juga Tidak Apa-apa
- Bab 317 Anggap Kamu Menyerahkan Diri
- Bab 318 Nasehat
- Bab 319 Orang Yang Terabaikan
- Bab 320 Kesempatan Besar
- Bab 321 Rahasia Yang Tersembunyi Akhirnya Akan Terbuka Juga
- Bab 322 Pulang Dibicarakan Lagi
- Bab 323 Makan Untuk Pertemanan
- Bab 324 Maaf
- Bab 325 Kenyataan
- Bab 326 Memaafkan
- Bab 327 Undangan
- Bab 328 Menuju Keluarga Li