Inventing A Millionaire - Bab 178 Khawatir

“Aku juga tidak tahu. Telepon ayah mati, entahlah dia pergi ke mana.” Natalie Ning menjawab dengan kesedihan yang terpampang jelas.

Meski masih anak-anak, Gaby menjadi dewasa agak dini karena lingkungan keluarga. Anak itu dalam sekejap bisa membaca khawatiran ibunya.

Ia menggoyangkan tangan si ibu dan menenangkan, “Ibu tenang saja, ayah sangat lihai begitu, masa bisa mengalami apa-apa? Ia pasti diam-diam pergi makan yang enak-enak! Huh, tunggu saja nanti malam dia kembali, aku akan menegurnya!”

Natalie Ning tahu bahwa Gaby sengaja menggoda dirinya. Kepekaan dan kepedulian anak itu membuatnya merasa sangat senang, jadi ia mengangguk dan menimpali: “Oke, jangan sampai lupa untuk menegurnya. Bisa-bisanya dia makan enak tanpa mengajak kita!”

Sepasang ibu dan anak itu berjalan ke mobil sembari saling menghibur.

Natalie Ning berpikir Robert Huo bisa jadi sudah pulang. Ia akan melihat suaminya sudah memasak, lalu mengabarkannya bahwa ponselnya mati karena kehabisan daya atau pun rusak.

Tetapi, kenyataan tidak sejalan dengan harapan. Begitu pintunya dibuka, rumah masih gelap dan tidak berpenghuni.

Kegelapan rumah membuat Natalie Ning makin gelisah. Bahkan, Gaby saja bisa merasakan ekspresi syoknya yang sulit dideskripsikan. Anak itu bertanya pelan: “Ibu, ayah kok belum kembali?”

Yang ditanya tidak menjawab. Ia juga sangat ingin menanyakan pertanyaan ini. Suamiya sebenarnya pergi ke mana?

Jack Dong, yang mengamati rumah yang gelap dari kejauhan, ikut merasakan keganjilan dan mengernyitkan alis.

Dari jarak terdekat, ia bisa melihat relasi keluarga ini teramat baik. Robert Huo setiap hari akan pulang tepat waktu untuk memasak buat istri dan putrinya. Kecuali jika pergi ke luar kota, pria itu sangat disiplin menjalankan “ritual” ini.

Namun, hari ini, dia tidak menunjukkan batang hidung lagi selepas keluar dari gedung kantor. Dari ekspresi Natalie Ning, Jack Dong bisa menilai bahwa mereka berdua belum sempat terhubung via telepon.

Jika tidak, wanita itu tidak akan berdiri di depan pintu bersama anaknya selama itu.

Apakah sesuatu telah terjadi?

Situasi ini tanpa disadari membuat Jack Dong bahagia. Robert Huo mengetahui rahasia terbesarnya, bahkan menjadikan rahasia itu untuk menjadikannya seorang pengawal pribadi.

Sejujurnya, ia masih gerah dengan pemaksaan ini. Jika Robert Huo suatu hari meninggal secara tidak terduga, ia mungkin akan jadi salah satu orang terbahagia.

Sayang, begitu kebahagiaannya baru muncul, Jack Dong teringat bahwa Robert Huo pernah bilang rahasia itu bukan hanya diketahui dirinya. Andai dia mati, orang lain yang tahu soal rahasia itu sangat mungkin akan menyebarluaskannya ke sana-sini.

Dari perspektif ini, Jack Dong berharap agar Robert Huo dapat berumur panjang.

Kontradiksi di dalam hati membuat pria itu merasa resah. Sebenarnya pergi ke mana orang yang satu ini!

Teringat pria yang dua jam lalu masuk van tua, Jack Dong berintuisi mungkin situasi sekarang berhubungan dengan orang itu.

Dengan kepribadiannya, begitu memiliki kecurigaan, pria itu jadi ingin menyelidik.

Tetapi, Robert Huo sebelumnya pernah memberi satu peringatan. Tidak peduli apa pun yang terjadi, pastikan Natalie Ning dan Gaby tidak berada dalam bahaya dulu.

Begitu ia menatap rumah lagi, sepasang ibu dan anak itu telah memasuki rumah dan menutup pintu. Cahaya redup membuat pantulan bayangan mereka terpampang di tirai.

Jack Dong ragu-ragu sejenak, kemudian membuang nafas pasrah. Ia memilih untuk tetap tinggal di sini, misal-misal ada insiden terjadi.

Pada saat bersamaan, Dave Tong dan satu rekannya telah tiba di depan The Fort Restaurant. Begitu bawahannya yang bertugas di sana masuk ke dalam mobil, ia langsung bertanya, “Bagaimana?”

“Orang-orang di restoran memang mengenalnya. Ketika membicarakan dia, wajah manajer operasional penuh dengan penghormatan yang sama sekali tidak terlihat palsu. Meski kita tidak begitu paham tentang luar dan dalam pria ini, aku bisa dengan yakin bilang bahwa ia seseorang yang berlatar belakang kuat.” Bawahan itu menceritakan apa yang ia dengar, lalu bertanya balik: “Kalau yang kalian bagaimana?”

“Serupa dengan apa yang dikatakan pria itu. Istrinya bilang sendiri penghasilan bulanan mereka jutaan yuan. Tetapi, ruang kerjanya itu baru disewa, jadi tidak ada cukup banyak pekerja di dalam. Entahlah dia beromong kosong atau tidak.” Bawahan satunya menjabarkan.

“Kak Dave, jadi menurutmu pengakuan dia nyata atau tidak?”

Dave Tong, yang duduk di kursi penumpang depan, menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnya, begitu di awal mendengar laporan bahwa bisnis mereka adalah berjualan produk penurun berat badan secara daring, ia curiga telah ditipu.

Pria itu tidak begitu banyak bersentuhan dengan e-commerce, juga tidak berpikir orang biasa akan sanggup mengelola toko daring dengan sangat sukses. Apalagi, produk penurun berat badan bukanlah produk kelas atas. Mana bisa mereka dapat jutaan yuan per bulan?

Namun, kecurigaan di hatinya kini telah dilemahkan oleh kabar dari bawahan kedua.

Pertama, yang bilang mempunyai pendapatan bulanan jutaan yuan bukan hanya Robert Huo, melainkan juga Natalie Ning. Kedua, manajer eksekutif restoran barat yang sangat mewah bilang sendiri bahwa orang ini punya latar belakang kuat.

Dua fakta lapangan ini menjelaskan bahwa pria itu bisa jadi tidak berbohong. Dia bisa jadi benar-benar rendah hati dan sengaja miskin.

Kalau dia sejatinya tidak kaya, mana mungkin manajer operasional The Fort Restaurant bersikap hormat ketika membahasnya?

Setelah mendengarkan analisis Dave Tong, dua bawahannya bermata cerah dan salah satunya bertanya, “Jadi, apa rencana kita selanjutnya? Menyuruhnya bayar dan melepaskannya?”

“Tidak bisa. Kita bukan penculik sungguhan. Bila kita membiarkan dia menelepon orang rumahnya untuk menyiapkan tebusan, bukankah kita bisa terjebak?” Dave Tong berpikir sejenak dan melanjutkan: “Aku pikir, kita harus menahan pemuda itu lebih lama lagi biar dia tidak berbuat macam-macam. Tunggu sampai ia benar-benar sudah tidak tahan, ketika kita meminta uang tebusan lagi, kita pasti akan memperolehnya dengan amat gampang. Cepat telepon mereka yang berjaga dan kabari bahwa mereka ditugaskan untuk berjaga satu malam di sana. Beritahu mereka untuk tidak membiarkannya tidur. Kita ingin menyiksa dia dengan cara ini.”

“Kak Dave memang yang paling berpikiran panjang!” Salah satu bawahan memuji.

Kedua bawahan sangat lihai dalam konteks bertarung, namun sangat lemah dalam konteks berpikir. Mereka tidak pernah punya gagasan bagus tentang suatu situasi. Apa pun yang ditugaskan atasannya, mereka akan melaksanakannya begitu saja.

Salah satu dari mereka mengambil ponsel untuk menelepon, semenetara yang satunya lagi melajukan mobil ke hotel.

Di sebuah rumah reyot yang berjarak tiga puluhan kilometer dari pusat kota, seorang pria bertato macan tutul mematikan telepon dan mengabari rekannya: “Kak Dave menyuruh kita untuk bermalam menjaga dia. Aku akan berjaga di setengah malam awal, lalu kamu berjaga di setengah malam lanjutan. Jangan biarkan pemuda ini tidur.”

“Baik.” Yang diajak bicara melirik ke Robert Huo dan membalas: “Kalau begitu, kamu awasi dia dulu. Aku mau beli makanan dan bir untuk kita.”

“Silahkan. Ada aku di sini, pemuda ini tidak akan berani macam-macam.”

Mulut Robert Huo memang dilakban, namun dua daun telinganya tidak kehilangan fungsi sama sekali. Dari percakapan dua bawahan ini, ia berfirasat dirinya mala mini akan sedikit dibuat menderita. Kabar baiknya, penderitaan itu tidak akan kelewat serius.

Tampaknya, pria botak itu sudah berkunjung ke kantornya dan restoran. Dia sekarang sepertinya ragu harus bertindak bagaimana.

Jika sudah yakin, dia seharusnya akan kembali sekarang dan memotong tangan serta kakinya, atau pun menerima uang tebusan dan melepaskan dirinya.

Robert Huo mengamati pria bertato yang tersisa sambil berusaha menganalisis karakternya. Ia berharap bisa mengetahui titik lemah psikologisnya yang lain.

Entah karena tersinggung atau pada dasarnya memang menggemari kekejaman, melihat Robert Huo terus mengamatinya dari atas ke bawah, ia dari lantai mengambil sebuah kaleng yang entah ada di situ atas tujuan apa.

“Lihat apa, tolol!”

Prang! Kepala kaleng mengenai dahi targetnya dengan kencang. Saking kencangnya lemparan itu, kepala Robert Huo sampai agak dimundurkan.

Setelahnya, pria itu bisa melihat cairan hangat di dahi. Nampaknya ujung kepala kaleng yang tajam telah mengoreskan luka di sana……

Pria bertato tidak panik melihat darah di dahi Robert Huo. Sebaliknya, ia malah memaki dengan garang: “Berani mengarahkan tatapanmu ke tubuhku lagi, percayalah akan kucongkel dua bola matamu dan kutendang-tendang!”

Rasa nyeri di kening membuat si pria malang agak sulit bernafas. Untunglah, ketenangan di hatinya tetap terjaga.

“Orang berkepribadian kasar, berjiwa egois, kurang rasa simpati, menganggap dirinya sendiri sebagai pusat…… Seharusnya ini dipicu oleh pengalaman buruk di masa kecil……”

Dalam hati, Robert Huo terus menganalisis kepribadian lawannya. Semakin berbahaya situasi, rasionalitasnya malah semakin tajam. Ia paham bahwa kehilangan ketenangan tidak akan mendatangkan dampak positif apa pun. Hanya dengan terus berpikirlah ia bisa keluar dari jeratan masalah!

Tidak lama kemudian, bawahan lain kembali dengan membawa makanan dan beberapa botol bir.

Keduanya menggelar kardus di lantai, lalu duduk di atasnya dan siap bersantap.

Robert Huo mengeluarkan suara “wuwuwu”. Dua bawahan awalnya tidak tertarik meladeni, namun kegigihannya pada akhirnya membuat pria bertato menghampirinya. Pria itu melancarkan sebuah tendangan dan menegur dengan beringas: “Wuwuwu apa, goblok! Berisik sekali, percayalah aku bisa merontokkan semua gigimu!”

Yang diancam tidak mau berhenti menggunakan tatapan, gerakan, dan suara untuk meminta selotip di mulutnya dilepas.

Novel Terkait

After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu