Inventing A Millionaire - Bab 114 Pemandangan Yang Indah
“Kamu seharusnya tidak pernah melakukan bimbingan psikologi kan? Atau bisa dikatakan, kamu juga tidak pernah menganggap masalah ini sebagai penyakit psikologi. Tetapi, seseorang yang mempunyai trauma psikologi, tidak sepantasnya menjadi psikolog. Karena hampir semua orang tidak bisa keluar dari trauma yang pernah diderita oleh mereka.” Ujar Robert Huo.
“Kamu sudah selesai?” tanya Pan Simi dengan dingin, dia manambahkan: “Apa kamu sangat paham tentang ilmu psikologi? Jika kamu sehebat itu, untuk apa istrimu mengajakmu menemuiku?”
“Karena dia tidak sepaham diriku.” Robert Huo mengatakan: “Setidaknya, aku bisa tahu kamu tidak terlalu professional. Kamu bahkan tidak bisa menyembuhkan lukamu sendiri, bagaimana mungkin kamu bisa menyembuhkanku. Dan lagi, aku benar-benar baik-baik saja. Juga tidak membutuhkan pengobatan psikologi apapun.”
“Orang yang sakit. Selalu mengatakan kalau dia tidak sakit, seperti orang yang mabuk, tidak mau mengakui kalau dirinya mabuk.” Ujar Pan Simi, tiba-tiba saja dia teringat pada sesuatu, kemarahan dieajah wanita itu pun sirna, kemudian senyuman menghiasi wajah itu: “Aku paham, kamu merasa tidak enak hati, oleh karena itu menggunakan cara seperti ini untuk membuatku marah, dan membuatku menyerah dalam mengobatimu benarkan? Tidak dipungkiri caramu ini memang sangat hebat. Aku memang sangat ingin membiarkanmu selamanya menjadi seorang pria yang tidak berguna! Tetapi, aku tidak bisa seperti itu. Karena aku adalah seorang psikolog, tidak mungkin membiarkan hal kecil seperti itu mempengaruhi pekerjaanku.”
Robert Huo kemudian menggeleng, mengatakan: “Kamu terlalu banyak berpikir, membuatmu marah. Tidak jauh lebih dari membohongi dirimu sendiri. Aku hanya ingin mengatakan padamu, kamu mungkin tidak terlalu memahami Nova Ji. Dia tidak terlalu suka ribut dengan orang lain, dia juga tidak suka berebut, masalah waktu itu, sepertinya ada kesalahpahaman. Mungkin saja, kalian seharusnya saling bertemu, duduk bersama dan membahasnya. Jangan melihatku dengan tatapan seperti itu, aku mengatakan semua ini padamu, itu karena istriku kelihatannya sangat mengkhawatirkan masalah ini. Meskipun dia tidak mengatakannya, tapi aku tahu, dia sangat peduli jika hubungan kalian berdua bisa pulih kembali. Aku juga pernah bersumpah, asalkan aku masih hidup, aku tidak akan membiarkan istri dan putriku mereka mengkhawatirkan sesuatu.”
Melihat Robert Huo yang kelihatan sangat serius, hati Pan Simi benar-benar kaget.
Dia bisa melihat, pria ini sama sekali tidak sedang berbicara bohong.
Akan tetapi, didunia ini mana ada seorang pria yang berpikir sejauh ini demi istrinya?
Hanya karena ada kekhawatiran didalam hati istrinya, pria ini lantas membantunya menyelesaikan kegelisahannya.
Tapi jika dilihat dari perhatian Natalie Ning pada pria ini, Pan Simi pun menyetujui pemikirannya barusan. Mungkin saja hubungan kedua suami istri ini, jauh lebih baik dari bayangannya.
“Kamu tidak takut aku marah, setelah marah aku tidak menggubrismu? Jika seperti itu, bukankah istrimu akan lebih khawatir?” tanya Pan Simi.
Robert Huo malah tertawa, mengatakan: “Apa sekarang kamu marah sekali sampai kamu tidak ingin memperdulikanku lagi?”
Pan Simi kaget, benar sekali, dia tidak marah sampai harus meminta pria ini turun dari mobil, dan menghubungi Natalie Ning untuk melampiaskan kemarahannya.
Mengapa bisa seperti itu?
Kebencian yang tersembunyi didalam lubuk hatinya. Seharusnya membuatnya marah besar, tidak peduli siapapun yang mengungkit masalah ini, pasti akan membuatnya tidak ragu-ragu dan membalas orang itu.
Tetapi mengapa setelah pria ini mengatakannya, mengapa dirinya tidak semarah bayangannya?
“Waktu adalah obat terbaik, bisa menghapus semua hal negatif yang ada. Kamu sudah mempelajari ilmu psikologi untuk waktu yang sangat lama, seharusnya bisa sedikit memahami hal ini, sikap Nova Ji itu, jelas tidak akan mungkin mau berebut dengan orang lain, meskipun dia benar-benar pernah menyukainya. Hanya saja setelah masalah ini cukup lama, maka akan semakin sulit dijelaskan.” Ujar Robert Huo.
Kali ini, Pan Simi sama sekali tidak mengelak, karena apa yang dikatakan Robert Huo, memang sama seperti yang dipikirkannya.
Setelah bergelut dalam ilmu psikologi selama bertahun-tahun, dia tentu pernah memikirkan hal ini.
Nova Ji memiliki latar belakang keluarga terbaik dari mereka semua, dia tentu paling membanggakan dirinya, waktu kuliah dulu, anak perempuan dari guru pembimbing menggunakan koneksi untuk mendapatkan juara satu dalam lomba melukis, Nova Ji juga tidak pernah tertarik untuk berdebat.
Jika dia mendapatkannya ya bagus, jika tidak ya sudah, baik dan buruk, asal didalam hatinya dia sudah mengetahuinya itu sudah cukup.
Jika berdebat dengan orang yang tidak bisa mempercayai kemampuannya sendiri, itu seperti menjadi orang yang tidak disukai oleh dirinya sendiri.
Termasuk saat mendengar orang-orang membahas masalah waktu itu, orang-orang tidak pernah mengatakan, kalau Nova Ji memiliki hubungan dengan junior itu.
Semua kemarahannya, muncul karena dia melihat Nova Ji berpelukan dengan junior itu. Apakah ada sesuatu yang tidak diketahuinya didalam hal itu, dia juga tidak melihatnya lagi.
Percis seperti apa yang dikatakan oleh Robert Huo, setelah banyak yang membicarakannya, setelah masalah cukup lama berlalu, tentu akan sangat gengsi membahasnya kembali, oleh karena itu kesalah pahaman akan menjadi semakin besar.
Ketika masalah itu terpampang, masalah tentu akan dengan mudah dibicarakan.
“Jika kamu terus bengong, mungkin kita tidak bisa tiba di TK tepat waktu.” Robert Huo mencoba mengingatkan wanita itu.
Pan Simi segera sadar, melihat Robert Huo yang tersenyum, tiba-tiba saja wanita itu bertanya dengan wajah yang aneh: “Aku sekarang sedikit curiga, kamu yang psikolog atau aku. Caramu ini, benar-benar sangat professional, apa kamu pernah mempelajarinya sebelumnya?”
“Menurutmu?” Robert Huo balik bertanya.
Pan Simi kemudian terlihat seperti berpikir keras, setelah itu dia tersenyum, bertanya: “Coba tebak aku akan menebaknya atau tidak?”
Robert Huo tertawa, dia tidak banyak berkutat dengan topik ini.
Terkadang bertanya itu tidak musti dijawab. Karena setelah dijawab, maka seseorang akan merasa kalah.
Pan Simi jelas sekali memiliki kepribadian tidak mau kalah, tetapi jika dibandingkan dengan Nova Ji, wanita ini jelas lebih lembut dan berkepribadian keras.
Jika sekarang yang berbicara dengannya ini adalah Nova Ji, wanita itu sekarang mungkin sudah memanyunkan bibirnya. Jika aku bertanya padamu kamu harus menjawabnya, dari mana omong kosong sebanyak ini.
Setelah itu, Robert Huo juga tidak lagi mempersulit Pan Simi, sama, Pan Simi juga tidak lagi mengkritik Robert Huo.
Seperti diagaram kegiatan mereka, pertama pergi ke TK dan menemani anak-anak tersebut bermain, kemudian bersih-bersih di panti jompo.
Setelah makan siang, Pan Simi lantas membawa Robert Huo ke bantaran sungai.
Disini ada banyak merpati, berkeliaran ditempat itu, juga tidak takut orang. Sebaliknya mereka malah terlihat sangat dekat dengan orang-orang.
Katanya dulu, tempat ini adalah sebuah hutan, kemudian karena kota semakin maju, hutam pun ditebang, dan dibuat menjadi tanah lapang.
Burung-burung yang kehilangan tempat tinggal itu, ada yang mengungsi ke tempat lain, ada yang memutuskan untuk menjalin hubungan dengan manusia.
Apakah ada banyak sekali jenis burung yang memilih untuk menetap, orang-orang sudah tidak ingat, tapi di tanah lapang ini ada begitu banyak merpati.
Juga ada banyak orang yang menjajakan remah roti disana, mereka tidak henti-hentinya berusaha menarik pelanggan.
Anak-anak yang paling banyak membelinya. Mereka kelihatan sangat senang, orang-orang yang melihat pemandangan ini juga akan ikut senang.
Pan Simi kemudian pergi membeli dua bngkus remah roti, dan menyerahkan satu pada Robert Huo, setelah itu dia sendiri juga mengambil satu, dia mencomot sebagian kecil remah roti tersebut dan kemudian berjongkok.
Beberapa ekor merpati kemudian menyahut, mereka berlari dan melompat ketangan wanita itu, menunduk dan menghabiskan roti tersebut.
Robert Huo juga ikut menirukan apa yang dilakukannya, sambil memberi makan, dia lantas bertanya: “Kamu sering datang ketempat ini?”
“Tentu saja, waktu kecil ayahku suka membawaku kesini, setelah itu dia selalu sibuk, sehingga dia tidak memiliki waktu untuk menemaniku. Ketika ada waktu luang, aku datang ketempat ini dan bermain sendiri. Memberi makan merpati memang kelihatannya sangat sepele, tetapi ketika dilakukan bisa membuat rileks. Merpati-merpati ini tidak memiliki maksud buruk pada orang-orang, mereka juga tidak menganggap kita memiliki maksud buruk pada mereka, terkadang aku bisa merasa, berinteraksi dengan merpati, lebih mudah dibanding dengan berinteraksi dengan manusia.”
“Aku malah merasa merpati jauh lebih ribet dari manusia.” Ujar Robert Huo.
“Mengapa?” Pan Simi kemudian memalingkan wajahnya melihat pria itu.
Robert Huo menunduk melihat remah-remah roti ditangannya, dan mengatakan: “Kamu memberi makan merpati, dia akan sulit mengingat siapa dirimu. Tapi jika kamu memberi uang pada seseorang. Orang itu akan mengingatmu untuk waktu yang cukup lama. Jadi lain kali ketika kamu datang, dia pasti akan mencarimu, berpikir untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan. Oleh karena itu, mudah mendapatkan teman setelah makan-makan dan minum-minum, tetapi membuat seekor merpati menjadi temanmu. Malah bukan hal yang mudah.”
“Kata-katamu ini kedengarannya agak muram, ada apa, apa pernah ada trauma? Apa kamu bisa mengatakannya?” tanya Pan Simi.
“Tidak mudah mengatakannya.” Robert Huo menggeleng.
“Kamu tidak perlu menganggapku sebagai psikolog, anggap saja aku hanya teman biasa?” tanya Pan Simi.
“Tidak bisa.” Robert Huo menolaknya dengan tegas.
“Dasar pelit.” Pan Simi memanyunkan bibirnya.
Setelah memberi makan merpati, dan membersihkan remah-remah roti. Pan Simi mengeluarkan ponselnya, mengatakan: “Kita sudah datang kesini, kita berfoto ya?”
Untuk selfie ini, Robert Huo sebenarnya tidak terlalu menyukainya, dia sama seperti kebanyakan pria. Dia lebih suka mengambilkan foto untuk wanita.
Melihat Robert Huo yang tidak terlalu bersemangat, Pan Simi segera memberikan ponselnya pada pria itu, dan mengatakan: “Kalau begitu kamu bantu ambilkan fotoku, foto yang cantik ya.”
Menyelesaikan perkataannya, wanita itu kemudian berlari ke pagar di sebelah tanah lapang, dan sedikit memiringkan tubuhnya.
Hari berubah senja, sungai memantulkan cahaya senja, di dalam foto, ada seorang wanita dengan pakaian formalnya sedang berdiri.
Rambut-rambutnya rapi dibelakang telinganya, membuatnya kelihatan sangat serius, dan terlihat agak cantik.
Ekspresi ini kelihatannya sangat cantik, dan menarik begitu banyak orang untuk melihatnya.
Robert Huo menemukan sudut yang bagus untuk mengambil gambar, setelah itu dia berteriak: “Sudah diambil.”
Setelah itu, Pan Simi kemudian melambaikan tangannya pada Robert Huo, setelah Robert Huo mendekat, wanita itu bertanya: “Fotonya bagus tidak?”
“Seharusnya sih bagus.” Jawab Robert Huo.
Pan Simi kemudian merapikan rambut dikeningnya, wajahnya memperlihatkan ekspresi menggemaskan, entah karena wajahnya memerah, atau karena cahaya senja, wanita itu kemudian menggigit bibirnya dengan lembut, bertanya: “Aku lebih cantik, atau istrimu yang lebih cantik?”
Novel Terkait
Sang Pendosa
DoniMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeCinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoInnocent Kid
FellaSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaMenaklukkan Suami CEO
Red MapleInventing A Millionaire×
- Bab 1 Tiba-Tiba Mendapat Istri
- Bab 2 Perubahan Sang Suami
- Bab 3 Hidangan Lezat
- Bab 4 Menghasilkan 2000 RMB Dalam 1 Hari
- Bab 5 Adik Ipar Pemarah
- Bab 6 Jasa
- Bab 7 Berkat Dia
- Bab 8 Metode Pemasaran
- Bab 9 Tentukan 1 Tujuan Kecil
- Bab 10 Pendekatan Dengan Adik Ipar
- Bab 11 Harmonis
- Bab 12 Pengganti
- Bab 13 Nova Ji
- Bab 14 Berpura-pura Mengerti
- Bab 15 Berhasil
- Bab 16 Cara-Cara Manusia
- Bab 17 Sekuntum Bunga Magnolia
- Bab 18 Kerepotan Nova Ji
- Bab 19 Ikuti Saja Alurnya
- Bab 20 Ini Adalah Orang Berbakat
- Bab 21 Menghina
- Bab 22 Howard Xia
- Bab 23 Kode
- Bab 24 Membandingkan
- Bab 25 Tidak Bisa Apa-Apa
- Bab 26 Jarak yang Semakin Dekat
- Bab 27 Kesenangan Keluarga Inti
- Bab 28 Berbeda Dari Biasanya
- Bab 29 Menjadi Perwakilan
- Bab 30 Menampar
- Bab 31 Harus Ada Kharisma
- Bab 32 Niat
- Bab 33 Ingin Pulang
- Bab 34 Reaksi Orangtua
- Bab 35 Jalan Buntu
- Bab 36 Sebuah Lelucon
- Bab 37 Mandul
- Bab 38 Menyulitkan
- Bab 39 Kamu Tidak Mengerti
- Bab 40 Perdebatan
- Bab 41 Bertoleransi
- Bab 42 Mengancam
- Bab 43 Rencana Akuisisi
- Bab 44 Berkunjung
- Bab 45 Marah
- Bab 46 Membantu
- Bab 47 Menegur
- Bab 48 Buah sebanyak 3000 kg
- Bab 49 Kualitas Super Tinggi
- Bab 50 Keterkejutan Di Dalam Hati
- Bab 51 Satu Meja Makanan Dan Wine
- Bab 52 Berlomba Minum Wine
- Bab 53 Aturan
- Bab 54 Tempat Penuh Cinta
- Bab 55 Akrab Sejak Awal Bertemu
- Bab 56 Dunia
- Bab 57 Kepedulian Seorang Ayah
- Bab 58 Dipermalukan
- Bab 59 Apa Kamu Gila
- Bab 60 Membujuk
- Bab 61 Hak GM
- Bab 62 Sebuah Kejadian
- Bab 63 Harapan Sang Gadis
- Bab 64 Hidup Sebagai Orang Biasa
- Bab 65 Tipikal Kegagalan
- Bab 66 Kemampuan
- Bab 67 Kesepian
- Bab 68 Bantuan
- Bab 69 Pemikiran Yang Berbahaya
- Bab 70 Kerinduan Anak
- Bab 71 Perhatian
- Bab 72 Kegiatan Toko Buah
- Bab 73 Kamu Harus Belajar Darinya
- Bab 74 Pertemuan
- Bab 75 Menampar Wajah
- Bab 76
- Bab 77 Tersenyum Sampai Akhir
- Bab 78 Kabar
- Bab 79 Berangkat Menuju Ibu Kota Provinsi
- Bab 80 Mempersulit
- Bab 81 Pencemaran Nama Baik
- Bab 82 Memutarbalikkan Keadaan
- Bab 83 Pembalasan Dendam Seorang Pria
- Bab 84 Tidur Di Tempat Tidur Yang Sama
- Bab 85 Saling Menyapa Sebagai Saudara
- Bab 86 Bertemu.
- Bab 87 Berubah.
- Bab 88 Targetnya Berubah.
- Bab 89 Pinjamkan Dan Dipinjamkan.
- Bab 90 Rekaman.
- Bab 91 Berbicara.
- Bab 92 Orang Yang Tidak Seharusnya Kamu Ganggu.
- Bab 93 Tersentuh.
- Bab 94 Psikiater.
- Bab 95 Buku.
- Bab 96 Mengundang
- Bab 97 Orang Keluarga Huo
- Bab 98 Menjebak
- Bab 99 Puas
- Bab 100 Mengagumi
- Bab 101 Kecelakaan
- Bab 102 Hubungan
- Bab 103 Memberi Kompensasi
- Bab 104 Tamu Profesor
- Bab 105 Mimpi
- Bab 106 Kalah Dengan Sangat Cepat
- Bab 107 Orang Yang Menjijikan
- Bab 108 Tamparan
- Bab 109 Thiago Huo Yang Meragukan Kehidupannya
- Bab 110 Minta Maaf
- Bab 111 Omong Kosong Yang Tidak Menyelesaikan Masalah
- Bab 112 Hubungan Kerja Sama Yang Baru
- Bab 113 Dendam Dan Kebencian
- Bab 114 Pemandangan Yang Indah
- Bab 115 Siapa Sih Psikolognya
- Bab 116 Stella Yue Menghilang
- Bab 117 Psikologi Lego
- Bab 118 Keluarga
- Bab 119 Tidak Akan Meninggalkannya
- Bab 120 Mencairkan Cek
- Bab 121 Kesombongan
- Bab 122 Meredakan Kemarahan
- Bab 123 Kebaikan Yang Besar
- Bab 124 Tidak Serakah
- Bab 125 Siapa Dia?
- Bab 126 Dua Kelebihan
- Bab 127 Persiapan
- Bab 128 Ancaman
- Bab 129 Tenang
- Bab 130 Dia Datang
- Bab 131 Orang Gila
- Bab 132 Ajaran Leluhur
- Bab 133 Tidak Bisa Menjadi Teman
- Bab 134 Bercandaan Apa Yang Kamu Katakan
- Bab 135 Event Baru
- Bab 136 Berita Buruk
- Bab 137 Generasi Jahat
- Bab 138 Sekelompok Orang Jahat
- Bab 139 Aktor
- Bab 140 Rapat
- Bab 141 Kamu Jangan Keterlaluan
- Bab 142 Syarat
- Bab 143 Sebuah Jalan
- Bab 144 Moris Liu
- Bab 145 Tanpa Penyesalan
- Bab 146 Tanda-Tanda
- Bab 147 Akar Masalah
- Bab 148 Pihak Yang Banyak Bebicara Dipukuli
- Bab 149 Sebelum Badai Tiba
- Bab 150 Terlalu Mengenaskan
- Bab 151 Satu Kesulitan Yang Ditambah Dengan Banya Kesulitan Lainnya
- Bab 152 Topangan Yang Jatuh Akan Berdampak Pada Orang Disekitarnya
- Bab 153 Segala Jenis Cobaan
- Bab 154 Aku Mau Dua Ratus Juta
- Bab 155 Kuota Dirut
- Bab 156 Hasil
- Bab 157 Memberikan Bunga
- Bab 158 Menjauh
- Bab 159 Tidak Nyaman
- Bab 160 Kegiatan Dimulai
- Bab 161 Orang Yang Paling Akrab.
- Bab 162 Bercanda
- Bab 163 Aku Ingin menjadi Pemilik Saham.
- Bab 164 Kenalan Dekat.
- Bab 165 Kamu Bisa Menghasilkan Berapa Banyak.
- Bab 166 Harapan Baru
- Bab 167 Acara Reuni Kelas
- Bab 168 Tatapan Aneh
- Bab 169 Memesan Bir
- Bab 170 Sangat Suka
- Bab 171 Menyaksikan Kemesraan
- Bab 172 Pendapatan
- Bab 173 Nicho Huo
- Bab 174 Balas Dendam Berikutnya
- Bab 175 Kemalangan yang Tidak Terduga
- Bab 176 Transaksi
- Bab 177 Menyelidiki
- Bab 178 Khawatir
- Bab 179 Berantakan
- Bab 180 Plat Nomor Kendaraan
- Bab 181 Kebebasan
- Bab 182 Memeriksa Mobil
- Bab 183 Tidak Bisa Kabur
- Bab 184 Alex Liao Yang Bingung
- Bab 185 Bukti Kesalahan
- Bab 186 Memikirkan Keuntungan Masa Depan
- Bab 187 Menggali Kuburan Sendiri
- Bab 188 Bantuan
- Bab 189 Tidak Masuk Akal
- Bab 190 Kamu Tidak Pergi, Aku Yang Pergi
- Bab 191 Tahu Sopan Santun Tidak
- Bab 192 Segera Pindah
- Bab 193 Profesior Mengalami Kecelakaan
- Bab 194 Memarahi
- Bab 195 Trik Pahit
- Bab 196 Kesibukan
- Bab 197 Menyewa Teater Menonton Film
- Bab 198 Berbohong
- Bab 199 Dicuri
- Bab 200 Meminta Maaf
- Bab 201 Sanak Saudara
- Bab 202 Kedatangan Tamu
- Bab 203 Terkejut
- Bab 204 Siapa Dia
- Bab 205 Sudah Mati Rasa
- Bab 206 Hadiah Terbaik
- Bab 207 Dia Itu Alex Liao
- Bab 208 Bingung
- Bab 209 Saran
- Bab 210 Muntah Darah
- Bab 211 Kemunafikan Dunia
- Bab 212 Ekspansi
- Bab 213 Keterkejutan Nova Ji
- Bab 214 Perubahan Sikap
- Bab 215 Pemilik Perusahaan Yang Baru
- Bab 216 Ide
- Bab 217 Perusahaan Diet
- Bab 218 Rapat Umum Pemegang Saham
- Bab 219 Mencintai Dan Menghormati
- Bab 220 Hatinya Tergerak
- Bab 221 Petunjuk
- Bab 222 Memalukan
- Bab 223 Zila Tang
- Bab 224 Masalah Keluarga Huo
- Bab 225 Jaga Tubuhmu Agar Tetap Hangat
- Bab 226 Tidak Bisa Diobati
- Bab 227 Kompeten dan Tangkas
- Bab 228 Merugi
- Bab 229 Pilih Satu Saham
- Bab 230 Pengikut
- Bab 231 Penutupan Kenaikan Harga Saham
- Bab 232 Bertemu Dengan Zila Tang Lagi
- Bab 233 Arena Balap
- Bab 253 Situasi Yang Tidak Baik
- Bab 254 Krisis
- Bab 234 Memilih Mobil
- Bab 235 Penghinaan
- Bab 236 Menyelip
- Bab 237 Kecelakaan
- Bab 235 Tamparan Yang Familiar
- Bab 239 Masalah
- Bab 240 Saling Memuji
- Bab 241 Kabar Baik Dan Buruk
- Bab 242 Pemerasan
- Bab 243 Orang Bodoh Yang Mengantarkan Uang
- Bab 244 Memulai Dari Awal
- Bab 245 Pekerjaan Kayu
- Bab 246 Koneksi
- Bab 247 Kata Sandi
- Bab 248 Meninggalkan
- Bab 249 Warisan
- Bab 250 Berpendidikan Dan Bisa Bela Diri
- Bab 251 Tidak Pantas
- Bab 252 Acara Besar
- Bab 255 Kunjungan
- Bab 256 Jalan
- Bab 257 Latar Belakang Yang Mengejutkan
- Bab 258 Ekspansi
- Bab 259 Membeli Mobil
- Bab 260 Tunggu Menangis
- Bab 261 Bos Besar Datang
- Bab 262 Kebenaran
- Bab 263 Mengembalikan Dan Menganti Rugi Sebanyak 3 Kali Lipat
- Bab 264 Meminum Anggur
- Bab 265 Amnesia
- Bab 266 Mencegah Lebih Baik Daripada Mengabaikan
- Bab 267 Perenungan
- Bab 268 Tambahan Uang
- Bab 269 Rasa Simpati
- Bab 270 Popularitas
- Bab 271 Iri Hati
- Bab 272 Beruntung
- Bab 273 Petarungan Tiga Prajurit Dengan lü Bu
- Bab 274 Firasat Buruk
- Bab 275 Iri Hati
- Bab 276 Berpikir Terlalu Jauh.
- Bab 277 Satu Lagi Yang Suka Berpikir Berlebihan.
- Bab 278 Keributan.
- Bab 279 Bertemu.
- Bab 280 Murid.
- Bab 281 Orang Penting
- Bab 282 Hongda Capital
- Bab 283 Nasihat
- Bab 284 Gagal Transaksi
- Bab 285 Persahabatan
- Bab 286 Minum-Minum
- Bab 287 Mabuk
- Bab 288 Mengumpulkan
- Bab 289 Membeli Cincin Berlian
- Bab 290 Memaksa Diri Berlagak Kaya
- Bab 291 Keluar Membantu
- Bab 292 Identitasnya
- Bab 293 Restoran
- Bab 294 Tersentuh
- Bab 295 Mengeluh
- Bab 296 Minta Maaf
- Bab 297 Pekerjaan
- Bab 298 Acara Selesai
- Bab 299 Membalas Budi
- Bab 300 Merayakan Keberhasilan
- Bab 301 Ide Baru
- Bab 302 Pengembangan
- Bab 303 Ancaman
- Bab 304 Serangan
- Bab 305 Jahat
- Bab 306 Tenang
- Bab 307 Terjebak Masuk
- Bab 308 Hasil Penyelidikan
- Bab 309 Tujuan Satu-satunya
- Bab 310 Pendapat Natalie Ning
- Bab 311 Harapan
- Bab 312 Pernah Digit Ular
- Bab 313 Bujukan
- Bab 314 Menangis
- Bab 315 Bertemu Orang Tua
- Bab 316 Pernikahan Kedua Juga Tidak Apa-apa
- Bab 317 Anggap Kamu Menyerahkan Diri
- Bab 318 Nasehat
- Bab 319 Orang Yang Terabaikan
- Bab 320 Kesempatan Besar
- Bab 321 Rahasia Yang Tersembunyi Akhirnya Akan Terbuka Juga
- Bab 322 Pulang Dibicarakan Lagi
- Bab 323 Makan Untuk Pertemanan
- Bab 324 Maaf
- Bab 325 Kenyataan
- Bab 326 Memaafkan
- Bab 327 Undangan
- Bab 328 Menuju Keluarga Li