Inventing A Millionaire - Bab 114 Pemandangan Yang Indah

“Kamu seharusnya tidak pernah melakukan bimbingan psikologi kan? Atau bisa dikatakan, kamu juga tidak pernah menganggap masalah ini sebagai penyakit psikologi. Tetapi, seseorang yang mempunyai trauma psikologi, tidak sepantasnya menjadi psikolog. Karena hampir semua orang tidak bisa keluar dari trauma yang pernah diderita oleh mereka.” Ujar Robert Huo.

“Kamu sudah selesai?” tanya Pan Simi dengan dingin, dia manambahkan: “Apa kamu sangat paham tentang ilmu psikologi? Jika kamu sehebat itu, untuk apa istrimu mengajakmu menemuiku?”

“Karena dia tidak sepaham diriku.” Robert Huo mengatakan: “Setidaknya, aku bisa tahu kamu tidak terlalu professional. Kamu bahkan tidak bisa menyembuhkan lukamu sendiri, bagaimana mungkin kamu bisa menyembuhkanku. Dan lagi, aku benar-benar baik-baik saja. Juga tidak membutuhkan pengobatan psikologi apapun.”

“Orang yang sakit. Selalu mengatakan kalau dia tidak sakit, seperti orang yang mabuk, tidak mau mengakui kalau dirinya mabuk.” Ujar Pan Simi, tiba-tiba saja dia teringat pada sesuatu, kemarahan dieajah wanita itu pun sirna, kemudian senyuman menghiasi wajah itu: “Aku paham, kamu merasa tidak enak hati, oleh karena itu menggunakan cara seperti ini untuk membuatku marah, dan membuatku menyerah dalam mengobatimu benarkan? Tidak dipungkiri caramu ini memang sangat hebat. Aku memang sangat ingin membiarkanmu selamanya menjadi seorang pria yang tidak berguna! Tetapi, aku tidak bisa seperti itu. Karena aku adalah seorang psikolog, tidak mungkin membiarkan hal kecil seperti itu mempengaruhi pekerjaanku.”

Robert Huo kemudian menggeleng, mengatakan: “Kamu terlalu banyak berpikir, membuatmu marah. Tidak jauh lebih dari membohongi dirimu sendiri. Aku hanya ingin mengatakan padamu, kamu mungkin tidak terlalu memahami Nova Ji. Dia tidak terlalu suka ribut dengan orang lain, dia juga tidak suka berebut, masalah waktu itu, sepertinya ada kesalahpahaman. Mungkin saja, kalian seharusnya saling bertemu, duduk bersama dan membahasnya. Jangan melihatku dengan tatapan seperti itu, aku mengatakan semua ini padamu, itu karena istriku kelihatannya sangat mengkhawatirkan masalah ini. Meskipun dia tidak mengatakannya, tapi aku tahu, dia sangat peduli jika hubungan kalian berdua bisa pulih kembali. Aku juga pernah bersumpah, asalkan aku masih hidup, aku tidak akan membiarkan istri dan putriku mereka mengkhawatirkan sesuatu.”

Melihat Robert Huo yang kelihatan sangat serius, hati Pan Simi benar-benar kaget.

Dia bisa melihat, pria ini sama sekali tidak sedang berbicara bohong.

Akan tetapi, didunia ini mana ada seorang pria yang berpikir sejauh ini demi istrinya?

Hanya karena ada kekhawatiran didalam hati istrinya, pria ini lantas membantunya menyelesaikan kegelisahannya.

Tapi jika dilihat dari perhatian Natalie Ning pada pria ini, Pan Simi pun menyetujui pemikirannya barusan. Mungkin saja hubungan kedua suami istri ini, jauh lebih baik dari bayangannya.

“Kamu tidak takut aku marah, setelah marah aku tidak menggubrismu? Jika seperti itu, bukankah istrimu akan lebih khawatir?” tanya Pan Simi.

Robert Huo malah tertawa, mengatakan: “Apa sekarang kamu marah sekali sampai kamu tidak ingin memperdulikanku lagi?”

Pan Simi kaget, benar sekali, dia tidak marah sampai harus meminta pria ini turun dari mobil, dan menghubungi Natalie Ning untuk melampiaskan kemarahannya.

Mengapa bisa seperti itu?

Kebencian yang tersembunyi didalam lubuk hatinya. Seharusnya membuatnya marah besar, tidak peduli siapapun yang mengungkit masalah ini, pasti akan membuatnya tidak ragu-ragu dan membalas orang itu.

Tetapi mengapa setelah pria ini mengatakannya, mengapa dirinya tidak semarah bayangannya?

“Waktu adalah obat terbaik, bisa menghapus semua hal negatif yang ada. Kamu sudah mempelajari ilmu psikologi untuk waktu yang sangat lama, seharusnya bisa sedikit memahami hal ini, sikap Nova Ji itu, jelas tidak akan mungkin mau berebut dengan orang lain, meskipun dia benar-benar pernah menyukainya. Hanya saja setelah masalah ini cukup lama, maka akan semakin sulit dijelaskan.” Ujar Robert Huo.

Kali ini, Pan Simi sama sekali tidak mengelak, karena apa yang dikatakan Robert Huo, memang sama seperti yang dipikirkannya.

Setelah bergelut dalam ilmu psikologi selama bertahun-tahun, dia tentu pernah memikirkan hal ini.

Nova Ji memiliki latar belakang keluarga terbaik dari mereka semua, dia tentu paling membanggakan dirinya, waktu kuliah dulu, anak perempuan dari guru pembimbing menggunakan koneksi untuk mendapatkan juara satu dalam lomba melukis, Nova Ji juga tidak pernah tertarik untuk berdebat.

Jika dia mendapatkannya ya bagus, jika tidak ya sudah, baik dan buruk, asal didalam hatinya dia sudah mengetahuinya itu sudah cukup.

Jika berdebat dengan orang yang tidak bisa mempercayai kemampuannya sendiri, itu seperti menjadi orang yang tidak disukai oleh dirinya sendiri.

Termasuk saat mendengar orang-orang membahas masalah waktu itu, orang-orang tidak pernah mengatakan, kalau Nova Ji memiliki hubungan dengan junior itu.

Semua kemarahannya, muncul karena dia melihat Nova Ji berpelukan dengan junior itu. Apakah ada sesuatu yang tidak diketahuinya didalam hal itu, dia juga tidak melihatnya lagi.

Percis seperti apa yang dikatakan oleh Robert Huo, setelah banyak yang membicarakannya, setelah masalah cukup lama berlalu, tentu akan sangat gengsi membahasnya kembali, oleh karena itu kesalah pahaman akan menjadi semakin besar.

Ketika masalah itu terpampang, masalah tentu akan dengan mudah dibicarakan.

“Jika kamu terus bengong, mungkin kita tidak bisa tiba di TK tepat waktu.” Robert Huo mencoba mengingatkan wanita itu.

Pan Simi segera sadar, melihat Robert Huo yang tersenyum, tiba-tiba saja wanita itu bertanya dengan wajah yang aneh: “Aku sekarang sedikit curiga, kamu yang psikolog atau aku. Caramu ini, benar-benar sangat professional, apa kamu pernah mempelajarinya sebelumnya?”

“Menurutmu?” Robert Huo balik bertanya.

Pan Simi kemudian terlihat seperti berpikir keras, setelah itu dia tersenyum, bertanya: “Coba tebak aku akan menebaknya atau tidak?”

Robert Huo tertawa, dia tidak banyak berkutat dengan topik ini.

Terkadang bertanya itu tidak musti dijawab. Karena setelah dijawab, maka seseorang akan merasa kalah.

Pan Simi jelas sekali memiliki kepribadian tidak mau kalah, tetapi jika dibandingkan dengan Nova Ji, wanita ini jelas lebih lembut dan berkepribadian keras.

Jika sekarang yang berbicara dengannya ini adalah Nova Ji, wanita itu sekarang mungkin sudah memanyunkan bibirnya. Jika aku bertanya padamu kamu harus menjawabnya, dari mana omong kosong sebanyak ini.

Setelah itu, Robert Huo juga tidak lagi mempersulit Pan Simi, sama, Pan Simi juga tidak lagi mengkritik Robert Huo.

Seperti diagaram kegiatan mereka, pertama pergi ke TK dan menemani anak-anak tersebut bermain, kemudian bersih-bersih di panti jompo.

Setelah makan siang, Pan Simi lantas membawa Robert Huo ke bantaran sungai.

Disini ada banyak merpati, berkeliaran ditempat itu, juga tidak takut orang. Sebaliknya mereka malah terlihat sangat dekat dengan orang-orang.

Katanya dulu, tempat ini adalah sebuah hutan, kemudian karena kota semakin maju, hutam pun ditebang, dan dibuat menjadi tanah lapang.

Burung-burung yang kehilangan tempat tinggal itu, ada yang mengungsi ke tempat lain, ada yang memutuskan untuk menjalin hubungan dengan manusia.

Apakah ada banyak sekali jenis burung yang memilih untuk menetap, orang-orang sudah tidak ingat, tapi di tanah lapang ini ada begitu banyak merpati.

Juga ada banyak orang yang menjajakan remah roti disana, mereka tidak henti-hentinya berusaha menarik pelanggan.

Anak-anak yang paling banyak membelinya. Mereka kelihatan sangat senang, orang-orang yang melihat pemandangan ini juga akan ikut senang.

Pan Simi kemudian pergi membeli dua bngkus remah roti, dan menyerahkan satu pada Robert Huo, setelah itu dia sendiri juga mengambil satu, dia mencomot sebagian kecil remah roti tersebut dan kemudian berjongkok.

Beberapa ekor merpati kemudian menyahut, mereka berlari dan melompat ketangan wanita itu, menunduk dan menghabiskan roti tersebut.

Robert Huo juga ikut menirukan apa yang dilakukannya, sambil memberi makan, dia lantas bertanya: “Kamu sering datang ketempat ini?”

“Tentu saja, waktu kecil ayahku suka membawaku kesini, setelah itu dia selalu sibuk, sehingga dia tidak memiliki waktu untuk menemaniku. Ketika ada waktu luang, aku datang ketempat ini dan bermain sendiri. Memberi makan merpati memang kelihatannya sangat sepele, tetapi ketika dilakukan bisa membuat rileks. Merpati-merpati ini tidak memiliki maksud buruk pada orang-orang, mereka juga tidak menganggap kita memiliki maksud buruk pada mereka, terkadang aku bisa merasa, berinteraksi dengan merpati, lebih mudah dibanding dengan berinteraksi dengan manusia.”

“Aku malah merasa merpati jauh lebih ribet dari manusia.” Ujar Robert Huo.

“Mengapa?” Pan Simi kemudian memalingkan wajahnya melihat pria itu.

Robert Huo menunduk melihat remah-remah roti ditangannya, dan mengatakan: “Kamu memberi makan merpati, dia akan sulit mengingat siapa dirimu. Tapi jika kamu memberi uang pada seseorang. Orang itu akan mengingatmu untuk waktu yang cukup lama. Jadi lain kali ketika kamu datang, dia pasti akan mencarimu, berpikir untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan. Oleh karena itu, mudah mendapatkan teman setelah makan-makan dan minum-minum, tetapi membuat seekor merpati menjadi temanmu. Malah bukan hal yang mudah.”

“Kata-katamu ini kedengarannya agak muram, ada apa, apa pernah ada trauma? Apa kamu bisa mengatakannya?” tanya Pan Simi.

“Tidak mudah mengatakannya.” Robert Huo menggeleng.

“Kamu tidak perlu menganggapku sebagai psikolog, anggap saja aku hanya teman biasa?” tanya Pan Simi.

“Tidak bisa.” Robert Huo menolaknya dengan tegas.

“Dasar pelit.” Pan Simi memanyunkan bibirnya.

Setelah memberi makan merpati, dan membersihkan remah-remah roti. Pan Simi mengeluarkan ponselnya, mengatakan: “Kita sudah datang kesini, kita berfoto ya?”

Untuk selfie ini, Robert Huo sebenarnya tidak terlalu menyukainya, dia sama seperti kebanyakan pria. Dia lebih suka mengambilkan foto untuk wanita.

Melihat Robert Huo yang tidak terlalu bersemangat, Pan Simi segera memberikan ponselnya pada pria itu, dan mengatakan: “Kalau begitu kamu bantu ambilkan fotoku, foto yang cantik ya.”

Menyelesaikan perkataannya, wanita itu kemudian berlari ke pagar di sebelah tanah lapang, dan sedikit memiringkan tubuhnya.

Hari berubah senja, sungai memantulkan cahaya senja, di dalam foto, ada seorang wanita dengan pakaian formalnya sedang berdiri.

Rambut-rambutnya rapi dibelakang telinganya, membuatnya kelihatan sangat serius, dan terlihat agak cantik.

Ekspresi ini kelihatannya sangat cantik, dan menarik begitu banyak orang untuk melihatnya.

Robert Huo menemukan sudut yang bagus untuk mengambil gambar, setelah itu dia berteriak: “Sudah diambil.”

Setelah itu, Pan Simi kemudian melambaikan tangannya pada Robert Huo, setelah Robert Huo mendekat, wanita itu bertanya: “Fotonya bagus tidak?”

“Seharusnya sih bagus.” Jawab Robert Huo.

Pan Simi kemudian merapikan rambut dikeningnya, wajahnya memperlihatkan ekspresi menggemaskan, entah karena wajahnya memerah, atau karena cahaya senja, wanita itu kemudian menggigit bibirnya dengan lembut, bertanya: “Aku lebih cantik, atau istrimu yang lebih cantik?”

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu