The Winner Of Your Heart - Bab 91 Halo, Mantan Istri!

Menjawab telepon, terdengar suara Danielle Xia yang khawatir: “Freddy Shen, Bukannya kamu bilang tidak kenapa napa? Kenapa ada di rumah sakit?”

Aku sedikit tidak berdaya: “Aku benar benar tidak apa apa, hanya dipukuli beberapa pukulan, sekarang di rumah sakit hanya memeriksa saja.”

“Kamu tidak membohongi aku, jika hanya memeriksa saja, kenapa kamu bisa dirawat dirumah sakit? Kenapa tidak di bagian rawat jalan atau di IGD saja? Lagipula kamu semalamkan kelahi, ingin periksa seharusnya semalam periksa, kenapa kamu sekarang masih dirumah sakit?”

Setelah mendengar pertanyaanya, aku tidak tahu harus menjawab apa, Danielle Xia benarbenar terlalu pintar, sama sekali tidak bisa menipunya.

Beberapa saat kemudian aku dengan terpaksa juju: “Baiklah, semalam aku pingsan, pagi ini baru tersadar, sebenarnya tidak ada hal besar apa yang disembunyikan, aku hanya tinggal dirumah sakit sebagai alasan, mengulur waktu kekantor polisi saja.”

“Aku tidak percaya!” Nada suara Danielle Xia sangat tegas.

“Aku benar benar tidak kenapa napa”

“Kamu baik baik tinggal dirumah sakit, tidak boleh sembarangan lari, pihak lawan apakah juga dirumah sakit? Tolong jangan cari masalah lagi dengan pihak lawan, nanti tunggu Paman An sampai baru dibicarakan lagi, aku sekarang harus ada yang diurus dulu, tutup telepon dulu, aku akan meminta Paman An segera terbang pergi.”

Danielle Xia dengan nada tidak ragu menjawabnya, aku dengan pelan mengeluarkan suara ‘Hm’, lalu menutup telepon.

Akhirnya aku tenang, menarik pintu kamar mandi berpfikir untuk melangkah keluar, malah melihat polisi itu berdiri di depan pintu, menatap aku tenang. Malah Paula Jiang berdiri disamping dengan muka pucat.

“Bawa kemari teleponnya.” Polisi dengan dingin berkata.

Aku dengan tenang menjawab: “Ini adalah telepon teman aku, dia bukan tersangka, telepon ini dengan kasus tidak ada kaitan apapun, anda tidak berhak mengambil telepon dia. Lagi pula, tadi aku sudah memberitahu, atasan anda tidak mungkin membantu anda memikul beban.”

Polisi mengerutkan kening menatap aku, tapi tidak berkata apa pun.

Aku didepannya mengembalikan telepon Paula Jiang, dia tidak menghentikan dan juga tidak merebutnya, setelah melihat aku beberapa saat berbalik badan pergi keluar ruang rawat inap.

Aku tertawa menghadap Paula Jian, ingin membuatnya santai sejenak, berkata: “P aula Jiang, bukannya kamu semalaman tidak tidur? Cepatlah istirahat, nanti teman aku akan kemari, kamu tenang saja, dia bisa membantu aku menyelesaikan masalah ini.”

Paula Jiang menggelengkan kepalanya: “Tidak, aku disini menemani kamu, lagi pula, Jim Tan sebentar lagi sampai.”

“Kamu sudah memberitahu dia?”

“Iya! Saat kamu pingsan tadi malam, aku sudah menelpon dia, tidak berani menelpon orangtua mu, jadi hanya bisa menelpon Jim Tan. Jam tujuh pagi tadi, dia menelpon aku, memberitahu dia segera naik pesawat, seharusnya sekarang sudah tiba di GuangZhou, bergegas ke rumah sakit.”

Jim Tan benaran datang, dia adalah saudara lelaki aku yang baik, Setelah mendengar aku dipukuli sampai pingsan, kelihatan dan benar benar khawatir.

“Tidak masalah, kalau begitu biarkan dia kemari liburan dua hari.” Aku sengaja dengan santai berkata, lalu berjalan ke balkon, ingin mengeluarkan rokok untuk merokok, malah menyadari kantong kosong, semua barang sudah dibawa pergi.

“Paula Jiang, kamu bantu aku belikan sebungkus rokok,dan lagi ..... uang aku sudah.”

“Ah! Kamu dari semalam pingsan sampai sekarang belum makan apapun, kenapa aku bisa lupa, aku bantu kamu belikan, tepi, bisakah tidak merokok?”

“Tidak bisa! Tidak ada rokok aku tidak bisa makan.”

“Dasar kamu ini setan rokok!” Paula Jiang akhirnya tertawa.

Dari semalam sampai sekarang, dia yang baru saja bercerai, di GuangZhou perempuan tanpa sandaran selalu ketakutan karena aku, ada sedikit rasa bersalah terhadapnya, semalam aku benar benar bersemangat.

Serelah Paula Jiang pergi, tidak ada yang harus aku lakukan, kembali lagi kedalam kamar mandi mandi. Sekarang adalah musim panas, aku sudah sehari semalam tidak mandi, sekujur badan sudah sangat lengket.

Setelah mandi baru terpikirkan tidak ada handuk, lalu menggunakan baju sendiri melap nya, lalu menjemur bajunya di balkon, dengan telanjang dada berbaring di kasur rumah sakit menonton televisi.

Walaupun kamar yang aku tinggal untuk dua orang, tapi kasur satu lagi kosong, mungkin polisi sengaja meminta dokter mengosongkannya. Jadi, aku tidak masalah bertelanjang dada.

Tidak lama kemudian, Paula Jiang kembali, dibelakangnya diikuti bayangan yang tidak asing, Jim Tan.

Aku sudah dua tahun tidak melihat gambaran mereka berdua jalan bersama, sekarang raut wajah mereka sedikitpun tidak canggung, malah tersenyum dengan alami.

Kelihatannya begitu akrab, begitu serasi, sepertinya mereka berdua seperti tidak pernah berpisah.

Jim Tan memasuki pintu, setelah melihat aku, menggerakkan alisnya seperti menyapa aku.

“Jim Tan, berikan rokok.” Aku tertawa kepadanya menyapa.

Jim Tan mengeluarkan rokok, sambil tersenyum kecil melihat aku, berkata: “Dengar dengar kamu amnesia?”

“Benar amnesia! Berikan dulu rokok untuk mengembalikan ingatan aku.”

Jim Tan pura pura serius menganggukan kepala: “Ng!ingatan adalah sumber penderitaan, baguslah kalau amnesia!”

Sambil berkata, dia meletakkan air dan kotak makan keatas meja, mengeluarkan sebatang rokok dan diberikannya ke aku sebatang. Setelah aku menerima rokok, menarik bahunya berjalan ke balkon. Merokok diruang rawat inap, kelihatannya akan dimarahi oleh adik suster.

Paula Jiang telah lama terbiasa dengan percakapan di antara kami, hanya memindahkan bangku, mengikuti ke balkon dengan tenang duduk, dengan tenang menatap Jim Tan.

“Kepalanya dipukul?” Jim Tan bertanya kepada aku disela sela merokok.

Aku meraba raba belakang kepala: “Tidak dipukul, hanya terbentur saja, brengsek!”

“Ng, rugi! Paula Jiang mengatakan kamu telah menghancurkan mata dan mulut brengsek itu, tulang hidung juga patah.”

Setelah berhenti, Jim Tan bertanya kembali: “Sekarang bagaimana cara menanganinya? Sudah beres dengan mereka, atau cari orang membereskan mereka? Aku ada beberap abang sepupu di DongGuan, bisa minta mereka carikan beberapa orang, menakut nakuti keluarga brengsek itu.”

Aku menggelengkan kepala: “Kamu tenanglah, ada orang yang menggantikan aku menyelesaikannya, kalau tidak ada kesalahan, sore orangnya sudah sampai,”

“Siapa?”

“Danielle Xia.”

Jim Tan terdiam, tidak lama kemudian memperlihatkan senyum penuh makna: “Boleh ya, melibatkan dia!”

“Danielle Xia siapa?” Paula Jiang tiba tiba bertanya.

“Calon istrinya.” Jim tan menjawabnya.

Aku tidak berdaya memelototinya, berkata kepada Paula Jiang: “Jangan dengar kan dia sembarangan berkata, Danielle Xia hanyalah atasan aku saja.”

“O!” Paula Jiang tiba tiba menyadari apa yang terjadi, “Aku tahu, Alicia Fang tadi menghibur aku, membuat aku tenang, mengatakan atasan kamu bisa membantu menyelesaikan masalah ini, rupanya atasan kamu namanya Danielle Xia. Namanya sangat bagus didengar.”

“Apa? Kamu memberitahu masalah ini ke Alicia Fang?” Aku tertegun.

Paula Jiang menganggukan kepala: “Enn, saat tadi kebawah membelikanmu rokok, Alicia menelpon aku bertanya apa yang terjadi, lalu aku memberitahu dia.”

Aku kali ini tidak bisa berkata, dengan terpaksa menarik nafas. Dan Jim Tan disamping merokok dengan tidak jelas dan berkata: “Selamat, kelihatannya mantan istrimu mau menjenguk kamu.”

Aku mencibir: “Mantan istrimu ada disamping, lihat lihatlah dia, benar, kasur rawat inap bisa dipinjamkan ke kalian sebentar, aku dipintu masuk bantu kalian mengawasi.”

“Huk!” Jim Tan nyaris tersedak oleh rokok, setelah mengeluarkan dua kali suara batuk, memutar kepala melihat Paula Jiang tersenyum berkata: “Halo, mantan istri!”

“Bagus kepala mu!” Paula Jiang mendengus, “Kalian berdua tidak bisakah normal?”

“Hahahaha....”

Sata dan Jim Tan tidak dapat menahan tawa, Paula Jiang melototi kami, beberapa saat kemudian juga ikut tertawa.

Saat ini, sudut mata aku melihat beberapa bayangan orang memasuki kamar rawat inap, memutar kepala melihat, semuanya adalah orang asing.

Seorang yang sedikit pendek, perempuan tua yang memakai pakaian emas dan silver juga menggunakan make-up tebal, seorang pria paruh baya yang botak, dibelakangnya masih ada dua orang pria tiga puluhan tahun.

Wanita tua itu dimukanya tampak kebencian, dengan ganasnya bergegas ke balkon dan dengan langkah cepat menyerang.

"Dasar kamu anak kecil kurang ajar, masih bisa tertawa!"

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu