The Winner Of Your Heart - Bab 361 Masa Muda Yang Telah Berlalu

Jim Tan membenarkan bajunya sebentar, pada awalnya suasana sangat heboh, tapi karena aku marah, sehingga menjadi sedikit gelisah. Mungkin karena suara musik di club sehingga mengubah suasana, kami sedang memperbaiki suasana hati kami.

Sebenarnya aku pada awal dan akhirnya juga tahu akan berakhir begini, akhirnya tidak bisa berubah, aku tahu dan tidak tahu juga tidak apa-apa.

Mungkin, Paula Jiang seumur hidup tidak keluar, aku juga bisa menerimanya.

Setidaknya di dalam hatiku, aku masih memilih untuk percaya, ada orang yang masih menjaga kesucian cintanya, tidak terpengaruh terhadap kecemaran dunia, tidak masuk kedalam kevulgaran.

"Aku meminta kepada dia uang sebesar 2 miliar, maka langsung memberikan perusahaan untukmu. Aku tahu sekarang harga perusahaan berapa, dan tidak bertanya padamu mau banyak mau apa, takut kamu berpikir terlalu banyak, dan dari pengelihatanku, 2 miliar, sudah mencukupi setengah biaya hidupku dan Paula Jiang," Jim Tan berperilaku dengan sembarangan, setidaknya dia sudah mengerti dunia ini dan pasaran, dan aku, masih tengelam di tengah-tengahnya.

Aku tidak tahu kenapa dia awalnya mau menjadi orang yang menonjol, tapi kenapa dalam sekejap memutuskan untuk mundur, mungkin Paula Jiang menjadi salah satu alasannya, tapi yang lebih mungkin lagi, pasti dia sudah melewati suatu kejadian, kalau tidak, dia tidak mungkin begitu bersikeras.

"2 miliar Cukup tidak?" Aku bertanya dengan ringan.

Jim Tan mengangkat kepalanya melihatku, matanya sedikit melotot.

Mungkin, mereka mengira, perkataanku, mengandung makna sindiran.

Sebenarnya, aku tahu, jika mereka ingin menikah, beli rumah, dekor, beli mobil, nanti melahirkan anak, sekolah, melewati hari, masih jauh dari cukup.

"Kami masih bisa berjuang." Paula Jiang Sedikit tersenyum, ia memandang Jim Tan, matanya mengandung ketegasan.

Aku melihat sekilas kepada Paula Jiang, saat dia melihat Jim Tan, matanya terlihat lembut, ada harapan untuk kedepannya, aku tahu, Paula Jiang sangat mencintai Jim Tan, meskipun sekarang Jim Tan tidak mempunyai uang, dia juga tidak akan meninggalkan Jim Tan.

"Jim Tan, kamu ini berkat dari kehidupan mana, dapat mendapatkan wanita yang baik mati pun mau mengikutimu."

Terkadang, aku ingin bangun dan memberi orang ini pukulan dengan keras, membuatnya tahu, dia sudah sangat kelewatan. Memiliki masa depan yang baik tapi tidak dilakukan, mau mundur terhadap Paula Jiang. Jika dia mundur, dapatkah dia memberikan wanita ini masa depan yang baik?

Jim Tan tersenyum datar, dia tidak menjawab apapun.

"Kamu bukannya sekarang sudah ada." Vincent Lu ikutan tertawa, melihat Patricia Mi di sebelahnya, dengan senyuman yang berbeda.

Aku tahu, mungkin semua orang ingin membuat aku melupakan masa lalu, mengucapkan selamat tinggal kepada masa muda yang tidak tahu apa-apa. Tapi bagaimana pun semua itu adalah masa lalu, tapi bagiku itu adalah bekas yang sampai kapanpun tidak akan terhilangkan. Dan bekas itu memberitahuku, aku pernah tidak memperdulikan semuanya dan mencintai seseorang, tapi kenyataan selalu membuatku menjadi satu tongkat. Bekas ini, adalah luka ku yang pertama, dan juga bekas yang masih ada.

Aku pernah muda !

Tapi sekarang, aku bukan anak muda lagi.

"Betul, Patricia Mi sangat baik." Aku menjawabnya.

Dia adalah gadis yang baik, hanya pernah dinobatkan sebagai orang pemberontak. Dan dia sudah melepaskan gelar itu, dia sudah bertumbuh banyak.

"Semuanya tidak mudah bisa berkumpul, kita kenapa harus membahas perasaan sakit yang sudah berlalu ini?" Akhirnya Jim Tan berdiri, dia seperti Kakak tertua, tidak dendam sedikitpun, "Kita bersama-sama kemari, penuh dengan hambatan, pernah tersakiti, pernah bahagia, pernah melewati masa manis, hanya, semua itu lah yang di katakan sudah pernah, bukankah begitu? Orang hidup di dunia ini, kenapa harus hidup dengan masa lalu, bukankah, kita harus hidup terus, hidup untuk masa depan?"

Perkataannya seperti sebuah jarum, dengan tajam menancap hatiku.

Aku tahu, aku sudah tidak dapat membantah perkataannya lagi.

Aku tertawa, ikut bersamanya, berdiri.

Kemudian, Patricia Mi, Paula Jiang, Alicia Fang, termaksud Vincent Lu, satu demi satu, ikutan berdiri.

Semua orang memegang gelas bir dan melakukan cheers, terdengar suara beling, mengucapkan selamat tinggal kepada masa yang di sebut sebagai masa muda.

Kita sudah lama meninggalkan masa-masa kuliahku, kita sudah bukan anak muda lagi. Kita sekarang harus bertanggung jawab kepada setiap tindakan kita, kita harus belajar lebih bertumbuh, mulai dari sekarang, kita, tidak akan bisa kembali lagi ke masa dulu.

Jika tahun demi tahun meninggalkan bekas, maka kita tidak akan ada begitu banyak masa lalu.

Jika waktu berlalu tanpa suara, kita juga tidak mungkin seperti sekarang memiliki beraneka ragam perasaan.

Bertumbuh dewasa, kurang lebih seperti ini.

Sambil menangis, dan sambil tertawa.

Sambil belajar, dan sambil menyerah.

Mungkin suatu hari di masa depan, akan teringat masa lalu, juga merupakan pemandangan yang berbeda-beda.

Suara musik di club masih belum berhenti, seperti masa muda yang kehilangan kendali.

Minat kami menurun, meminum bir dan melupakan segala hal, diri sendiri adalah orang biasa, jika bisa memiliki dua botol arak putih, mungkin aset di seluruh dunia atas namaku.

Sebenarnya kami pun tahu, diri sendiri hanyalah orang biasa dengan gaji menegah.

Kurang lebih jam 12 tengah malam, kami satu persatu tidak menyisahkan orang.

Berenam saling bergandengan berjalan di jalan raya, setidaknya kita lupa bahwa kita membuat jalanan macet. Pada akhirnya juga kita tidak tahu bagaimana kita pulang, saat aku bangun, menyadari bahwa aku sudah berbaring di sebuah sofa.

Kamarnya di dekorasi dengan warna krem, tercium samar-samar wangi parfum Dior.

Seketika hatiku berdetak dengan kencang, ini terlihat jelas ini kamar seorang wanita. Bagaimana aku bisa berada di kamar seorang wanita, ini dimana ? Patricia Mi? Jim Tan mereka? Gawat!

Membuka mata melihat kesekeliling, tidak menemukan satu orangpun.

Mengelus kantong sendiri, tidak menemukan ponselku.

Aku seketika menjadi sedikit panik, merasa diriku telah dipenjara.

Aku kemarin malam minum terlalu banyak bir, setidaknya lupa apa yang terjadi kemarin malam. Tapi hanya mengingat samar-samar berjalan di jalanan, lalu tidak ada lagi.

Melihat ke segala arah ruangan asing ini, tiba-tiba aku mendengar suara pintu di buka oleh orang.

Aku melihat ke arah situ, dan menemukan Patricia Mi dan Alicia Fang sedang bergandengan tangan dari luar masuk ke dalam. Mereka satu di depan satu di belakang, tangannya membawa makanan. Wajah masing-masing dari mereka menunjukkan senyuman, sedikit lagi, mereka terlihat seperti adik kakak kandung.

Aku sedikit tertegun melihat mereka, sejujurnya, tidak pernah terpikirkan olehku, mereka bisa seharmonis ini.

Meskipun aku dan Alicia Fang sudah selesai, tapi, mereka juga tidak merasa keberatan. Dan lagi, ini dimana?

"Kamu sudah bagun?" Patricia Mi mendekat kearahku kemudian mencium bibirku.

Aku terkejut, mengusap bibirku, aku seperti antara tahu dan tidak tahu bertanya, "Ini dimana, Dimana Jim Tan mereka?"

Alicia Fang Tersenyum datar, "Ini tempat tinggalku, Jim Tan dan Paula Jiang sudah pulang, Vincent Lu tidur di kamar sebelah, sama sepertimu, tidak bisa di bangunkan."

Aku mengelus-elus kepalaku, merasa sedikit sakit kepala dan melihat ke sekeliling.

"Sudahlah, lapar bukan, kemarin malam minum begitu banyak tapi tidak makan apapun, makan sedikit untuk menghangatkan perut." Setelah berkata seperti itu, Patricia Mi membukakan untukku sepaket makanan, di dalamnya terisi penuh kebab buah, dan ada dua biji telur yang direbus oleh air teh, di bungkus dengan kantong plastik. "Ingat sisakan satu biji telur untuk Vincent Lu."

Aku melihat-lihat mereka, meskipun dalam hati bertanya-tanya tapi pada akhirnya aku tidak bertanya.

Sudahlah, tidak peduli, bahkan orang lain bisa hidup tanpa rasa peduli, kenapa diri sendiri tidak bisa.

Tidak ingin memikirkannya lagi, mengambil kebab buah memasukannya ke mulut, setelah kenyang aku meminum segelas susu kacang. Tiba-tiba merasa, perasaan yang tidak memikirkan apapun sungguh enak, mungkin, ini makanan paling simpel yang aku makan, dan juga makan yang paling nyaman yang pernah ku makan.

Tunggu hingga aku makan cukup banyak, Patricia Mi membawa Alicia Fang pergi.

Mereka seperti ingin membicarakan sesuatu.

Aku melihat mereka, pada awalnya aku ingin bertanya pada mereka, tapi akhirnya aku memilih untuk tidak bertanya.

Bengong beberapa saat, Patricia Mi tiba-tiba bertanya, "Apakah kamu bisa jadi Bridesmaidku, di hari pernikahaanku."

Kalimatnya itu, membuat kecepatan aku makan, semakin lambat.

Novel Terkait

My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu